KENDATI cuaca saat ini tak menentu, namun sedikitnya 500 orang tetap antusias melakukan pendakian masal ke Gunung Slamet, Sabtu (4/6) pagi. Kegiatan rutin tahunan ini digelar seiring dengan perayaan Hari Jadi Kabupaten Tegal ke-410, juga untuk memperingati Hari Lingungan Hidup Sedunia yang jatuh tepat tanggal 5 Juni.
Peserta pendakian masal yang dilepas oleh panitia di area parkir Obyek Wisata (OW) Guci ini, berasal dari berbagai propinsi yang tersebar di tanah air. Tak luput pula peserta dari Jerman, yang juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Acara pelepasan pendakian masal itu juga dihadiri jajaran Muspida, Muspika Bojong dan Bumijawa, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Dikpora, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), PMI, Orari, serta Pramuka Kwarcab 11.28 Tegal.
Bupati Tegal H Agus Riyanto melalui Asisten I Bidang Pemerintahan, Drs Nurkholis, mengatakan, pendakian masal ini bertujuan untuk menciptakan rasa nasionalisme terutama kepada generasi muda. Serta memberikan rasa patriotisme untuk menjaga lingkungan alam semesta ini.
"Yang terpenting, sekaligus untuk mempromosikan keindahan alam yang dimiliki oleh Kabupaten Tegal. Termasuk OW Guci ini. Dan sasaran kita, memacu peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)," katanya, usai melepas peserta pendakian masal.
Dikatakannya, peserta pendakian tahun ini jumlahnya meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini mencapai 500 orang yang berasal dari berbagai daerah. Bahkan ada satu peserta yang berasal dari Jerman. "Peserta tahun sebelumnya hanya 257 orang," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Pecinta Alam Slamet (Galas), Bambang Hariyanto, mengatakan, pendakian masal ini berlangsung selama dua hari satu malam. Pendaki lebih dulu menuju ke Pos 5. Sampainya di tempat itu, pendaki akan beristirahat sekaligus mendirikan tenda serta menikmati sunset (matahari terbenam, red). Pendaki akan berangkat kembali setelah pukul 02.00 WIB dini hari.
"Perjalanan menuju ke puncak memakan waktu sekitar 8 jam. Sedangkan turunnya, enghabiskan waktu sekitar 4 jam," ucapnya.
Terkait dengan adanya dampak gas beracun C02 yang ditimbulkan oleh Kawah Timbang di Kabupaten Banjarnegara yang lokasinya cukup berdekatan dengan Gunung Slamet, Bambang mengatakan, panitia telah melakukan survei untuk memastikan keamanan di jalur pendakian tersebut. Tim survei berjumlah 70 orang. Antara lain anggota Kodim, Polres, Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani), Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan SAR setempat.
"Dari hasil survei, kondisi di lokasi tujuan ke tempat pendakian masih bebas dari polusi gas beracun," katanya.
Selain pendakian, lanjut Bambang, para peserta diwajibkan melakukan pembersihan sampah di sepanjang perjalanan pulang. Hal tersebut, menurutnya, guna memupuk kepedulian untuk menjaga lingkungan hidup sekitar.
"Kami juga telah menyiapkan tim medis dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Bhamada Slawi, Dinas Kesehatan, dan Palang Merah Indonesia (PMI). Dan pendakian ini merupakan acara pendakian masal ke Gunung Slamet yang kelima," tutupnya.
Salah satu peserta yang berasal dari Jerman, Philips, mengaku sangat senang dengan kegiatan pendakian masal ini. Dalam misinya, dirinya ingin melestarikan lingkungan hidup khususnya di Kabupaten Tegal.
"Saya pernah satu kali mendaki ke Gunung Slamet, tapi sayangnya tidak sampai ke puncak. Maka dari itulah, kali ini saya mengikuti kegiatan ini supaya bisa sampai ke puncak," kata Philip dalam Bahasa Indonesia yang kental dengan logat Jermannya.Sumber Berita : Radar Tegal 5 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar