SEMARANG - Sampai Desember 2011 mendatang Bulog diperkirakan hanya mampu menyerap 1,6 juta ton beras. Jumlah tersebut jauh dari cukup untuk memenuhi stok beras nasional.
Untuk mencukupi stok beras nasional, setidaknya Bulog harus memiliki persediaan di gudang sekitar 3 juta ton setara beras. ”Itu menunjukkan kondisi pangan di Indonesia mengkhawatirkan,” kata Bungaran Saragih, Guru Besar IPB setelah diskusi mengenai pangan di Jateng, Senin).
Menurut mantan menteri pertanian itu, harga beras yang tinggi membuat Bulog kesulitan melakukan pengadaan tahun ini. Kondisi tersebut masih dipersulit dengan keterlambatan pemerintah dalam mengumumkan kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) dan penetapan pemberian insentif.
Keluarnya Inpres No 8/2011 pada Maret 2011, lanjut dia, juga menjadi kendala. Inpres itu memberi kewenangan kepada Bulog untuk bisa membeli beras dan gabah sesuai dengan harga pasar berdasarkan data BPS.
”Untuk menyelamatkan program pengadaan Bulog dan mengejar stok hingga 3 juta ton, Bulog harus berani mengubah strategi pengadaan, yaitu dari pembelian beras ke pembelian gabah. Dengan mengubah strategi, saya yakin Bulog akan bisa melakukan penyerapan secara maksimal,” ujarnya.
Menguntungkan
Pengadaan gabah, kata dia, lebih menguntungkan petani karena mereka bisa berhubungan langsung dengan Bulog di lokasi panen. ”Bulog harus mengutamakan pembelian gabah untuk mengejar prognosa yang telah ditetapkan. Jika membeli beras, selain harga yang mahal, yang menikmati pedagang beras dan bukan petani,” papar Bungaran.
Dewan Pengawas Bulog, Kamal Nainggolan, membenarkan kesulitan Bulog untuk melakukan pengadaan beras karena harga yang tinggi jauh dari HPP.
Meski demikian, Bulog berharap Inpres No 8/2011 yang memberikan keluwesan kepada Bulog untuk melakukan pembelian dengan harga pasar bisa menjadi penyelamat program pengadaan tahun ini.
”Dengan inpres tersebut, Bulog bisa melakukan pembelian beras dengan harga Rp 5.400/kg dari HPP Rp 5.060/kg,” tuturnya.
Kepala Bulog Divre Jateng Hery Susetyo menambahkan saat ini Bulog Jateng menyerap hasil panen petani melalui pembelian gabah. Hasil penyerapannya terbesar secara nasional, yakni 48% dari prognosa sebesar 570.000 ton.
Sumber Berita : Suara Merdeka, 8 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar