Jumat, 07 Oktober 2011

Usaha Kebun Strawberry Petik Sendiri

BOJONG - Bisnis perkebunan strawberry petik sendiri, terus dilirik oleh sejumlah petani di wilayah Desa Tuwel Kecamatan Bojong. Selain mudah dalam pengelolaannya, juga memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Apalagi, didukung oleh adanya OW Guci yang merupakan wisata tujuan di daerah itu, yang sudah dikenal wisatawan baik regional, nasional, maupun wisatawan asing dari sejumlah negara tetangga.
Bahkan, bisnis perkebunan strawberry petik sendiri, saat ini semakin berkembang. Dari semula yang hanya ada satu saja, saat ini sudah menjadi tiga lokasi.
Salah satu pengusaha perkebunan strawberry petik sendiri, H BUstan, berpendapat, bisnis itu tidak bakal merugi. Karena jumlah strawberry panen selalu habis dibeli pengunjung, bahkan pihaknya seringkali kekurangan hasil panen.
“Panen buah kebun strawberry kami, selalu habis dipetik oleh pembeli yang biasa memetik sendiri di lahan perkebunan kami,” kata H Bustan.
Dikatakan H Bustan, dirinya sudah menekuni usaha kebun strawberry petik sendiri selama tiga tahun. Usaha yang digelutinya itu, cukup membuahkan hasil. Saat mengawali usaha, dia membuka lahan untuk kebun strawberrynya seluas 1 Ha. Sedang untuk bibit strawberry, diambil dari daerah Bandung.
Menurut dia, dari usaha semula yang ternyata menjanjikan, pihaknya ingin memperluas lahan dan berencana menambah luasan sekitar 0,5 Ha lagi. Untuk saat ini, dirinya sudah tidak kesulitan bibit. Karena sudah biasa melakukan penyetekan sendiri. Apalagi, suhu udara di Desa Tuwel Bojong tidak jauh berbeda dengan suhu di wilayah perkebunan srtrawberry di Bandung.
“Produksi dari usaha kami, sebulan mencapai Rp 30 juta dengan harga setiap kilogram untuk petiuk sendiri, Rp 40 ribu,” ujarnya.
PEMELIHARAAN RUTIN
Guna menjaga keberlangsungan hidup dan panen tanaman strawberry miliknya, H Bustan harus rutin melakukan pemeliharaan. Setiap sepuluh hari sekali, dia mengerahkan 50 orang untuk menyiangi tanamannya. Menurutnya, untuk 1 Ha lahan, dia harus membeli 20 ribu bibit dengan harga Rp 500 per batang bibit. Selanjutnya, tanaman yang sudah tumbuh ditutup dengan plastik. Setelah berusia cukup sekitar dua sampai tiga bulan tanaman mulai berbuah dan selanjutnya setelah masak baru bisa dipetik untuk dipanen.
“Selain modal untuk membeli bibit, perawatan, dan untuk pengolahan lahan awal sebelum ditanami, biaya yang kami keluarkan sekitar Rp 5 juta,” ucapnya.
Sementara, setelah berbuah, tanaman terus dilakukan perwatan agar kembali berbuah setelah dipetik. Tanaman strawberry sendiri mampu bertahan selama satu tahun setelah berbuah perdana.
Namun dari semua biaya yang dikeluarkan, dirinya mengakui, bisnis strawberry petik sendiri sangat menjanjikan. “Kami juga bakal memperluas lahan sekitar 0,5 Ha lagi karena bisnis ini memang menghasilkan keuntungan,” tuturnya.
Ditambahkan, menyikapi pemasaran, pihaknya tidak segan bekerjasama dengan sejumlah angkutan umum bak terbuka yang mencari penumpang saat ramai pengunjung di OW Guci. Para sopir yang dia ajak kerjasama, juga sangat senang. Karena selain mendapat ongkos transport, juga mendapat imbalan sebesar 10 persen dari pembelian wisatawan terhadap strawberry miliknya.
"Ini kiat yang kami terapkan dan sampai saat ini cukup jitu dan menguntungkan," pungkasnya. (mohammad ghoni)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar