Senin, 23 Januari 2012

Dari Ritual sampai Pesta Rakyat

SEMARANG- Berbagai ritual sembahyang dilakukan warga Tionghoa Semarang pada malam perayaan Imlek 2563. Dengan berkumpul di kelenteng di area Pecinan Semarang, mereka melakukan doa bersama bersama keluarga.
Warga Tionghoa memadati beberapa kelenteng di antaranya di Kelenteng Tay Kak Sie, Sam Poo Kong, dan Ling Hok Bio. Mereka memilih memanjatkan doa harapan di tahun baru Cina tersebut setelah melakukan sembahyang utama.
Mariana (34), warga Gang Baru yang datang bersama keluarga ke Kelenteng Tay Kak Sie menuturkan, dia memang sudah turun temurun melakukan sembahyang ke kelenteng yang beralamat di Gang Lombok tersebut.
“Kami biasa berdoa hingga dini hari, setelah itu baru melakukan sembahyang di rumah bersama saudara yang datang dari luar kota,” tuturnya.
Sementara itu, kegiatan di Pasar Semawis memasuki puncak pada Minggu (22/1). Panitia melalui dewan juri yang telah melakukan penilaian pada lomba menghias rumah menyatakan Edwin, warga Gang Baru 136 sebagai Juara I, Juara II diraih Saliro Mukti Harjo warga Wot Gandul Timur 9, dan Juara III dimenangkan oleh Siao Joe Lai warga Gang Baru 104.
Untuk juara harapan diberikan kepada dua rumah, masing-masing mendapatkan uang Rp 1 juta diraih Henri Santoso warga Gang Belakang 55 dan Widyo Widodo warga Gang Belakang 95.
Ketua Kopi Semawis, Haryanto Halim mengatakan, pihaknya mengacu pada konsep kembali pada era leluhur, yakni dengan menghidupkan kembali kenangan masa lalu melalui lomba menghias rumah dengan sepasang tebu, bunga sedap malam, terong susu, dan hiasan lainnya.
 “Belum tentu keturunan kita selanjutnya bisa melihat rumah khas Tionghoa. Selain nostalgia, pelestarian akan bangunan harus dilakukan,” katanya.
Kehadiran Komunitas Karya Bakti akan mengusung kuliner dan batik perpaduan Tionghoa, Dayak, Melayu (Tidayu) khas Kalbar juga ikut menyemarakkan area Semawis.
Pengunjung yang datang juga bisa berfoto bersama dengan tokoh Tionghoa dan pelbagai dewa yang telah disiapkan panitia. Pemeran Cengge menjadi perhatian pengunjung yang memadati Semawis meski hujan sempat mengguyur beberapa saat.
Perayaan Imlek juga dilakukan di tempat berbeda, Kampoeng Sincia di Sri Ratu Jalan Pemuda telah menjadi agenda rutin tiap tahunnya. Penyelenggaraan kali ke enam ini disemarakkan dengan atraksi barongsai, liong dan gedawang dari perkumpulan Hoo Hap Hwee.
Sejak siang, ribuan warga mulai dari anak-anak hingga orang tua memadati jalan Pemuda untuk menyaksikan atraksi tersebut. Ratusan karyawan dengan kostum serba merah membawa umbul-umbul dan lampion juga menjadi daya tarik sendiri.
Kepala Divisi dan Promosi Sri Ratu, Tri Budi mengatakan, rangkaian acara berlangsung hingga 19 Februari mendatang. Selain parade di sepanjang Jalan Pemuda, Kampoeng Sincia digelar di area parkir hingga di dalam yang menyediakan beragam jajanan seperti makanan khas Semarangan, peramal nasib melalui wajah, serta pernak pernik Imlek lainnya.
Menurutnya, kegiatan itu merupakan agenda tahunan Sri Ratu memperingati Tahun Baru Imlek tepatnya pada tahun Naga Air ini. “Tahun ini mengamali peningkatan pengunjung dari tahun sebelumnya. Hal ini menandakan perayaan ini telah menjadi pesta rakyat,” ujarnya.
Tri Budi Menambahkan, acara multieven ini juga bekerjasama dengan Paguyuban Lansia Dharma Wulan untuk menyemarakkan Imlek. “Di Tahun Naga Air ini akan dipenuhi keberuntungan yang tentunya diraih dengan usaha, sebab untuk bisa memegang Naga perlu untuk dikejar,” katanya. (K16,H86-39)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/01/24/174674/Dari-Ritual-sampai-Pesta-Rakyat

0 komentar:

Posting Komentar