ITIK menjadi salah satu sumber pendapatan dan penyumbang protein hewani bagi masyarakat di Kota Tegal. Ternak itik banyak ditemui di wilayah Kecamatan Margadana antara lain di Kelurahan Margadana, Kalinyamat Kulon, Sumurpanggang dan Pesurungan Lor.
Seperti diketahui, Kelurahan Pesurungan Lor merupakan daerah sentra itik. Berkembangnya usaha peternakan itik di kelurahan ini tak lepas dari tersedianya sumber pakan berupa ikan segar yang berlimpah dan hampir selalu tersedia serta pangsa pasar telur itik yang terbuka lebar.
Telur itik bahkan menjadi penopang ekonomi masyarakat setempat. Dari produksi telur saja, perputaran uang yang terjadi mencapai Rp 37,8 miliar per tahun.
Adapun jumlah peternak itik di wilayah ini mencapai 350 orang dan memiliki delapan Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) yakni Satelit Sejahtera, Gumbeng, Samadikun, Martapura, Mataram, Berkah Abadi, Kemiri Timur, dan Kemiri Barat.
Hasil ternak itik yang dihasilkan umumnya berupa telur itik. Sebagian besar telur itik dipasok ke Brebes untuk kebutuhan membuat telur asin. Saat ini, tak hanya telur yang dipasok peternak namun juga daging itik.
Seiring dengan menjamurnya rumah makan yang menyediakan masakan dengan bahan baku daging itik, kini masyarakat mulai memasok daging itik ke sejumlah kota besar termasuk Kota Tegal sendiri.
Pemenuhan kebutuhan daging itik untuk konsumsi dan kuliner bagi wilayah Jakarta mencapai 10.000/hari, Bali 1.000 ekor/hari, dan Semarang 400 ekor/hari.
Itik yang dijual untuk konsumsi saat ini masih menggunakan itik afkir atau yang sudah tidak menghasilkan telur. Dimanfaatkannya itik tersebut karena belum ada peternak yang khusus membudidayakan ternak itik pedaging.
Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian (Dislatan) Kota Tegal Drs Agus Santoso melalui Kepala Seksi Budidaya Slamet Hermanto SP menyebutkan, secara nasional itik tegal atau Branjangan Putih sudah diakui keunggulannya di antaranya hemat pakan dan tingkat produksi tinggi.
Mengenai asal-usul itik tegal, merupakan keturunan dari itik pengging (Rowen) dengan itik petelur (Indian Runner). Itik jenis ini memiliki ciri-ciri bentuk tubuh ramping, leher kecil dan panjang, berjalan cenderung tegak dan warna bulu dominan putih kotor kecoklatan.
Untuk mendapatkan bibit sampai saat ini peternak di Kota Tegal belum bisa sepenuhnya mandiri menghasilkan bibit. Bibit berupa bebek usia sehari (DOD) masih mengandalkan pasokan daerah lain seperti Pati, Batang, Pemalang, dan Brebes.
Penghasilan Tambahan
Melihat kebutuhan bibit yang cukup besar, saat ini sejumlah peternak mulai memproduksi bibit itik. Mereka menggunakan alat tetas semi otomatis untuk menetaskan telur. Ratusan telur yang dimasukkan dalam mesin biasanya akan menetas dalam waktu 28-30 hari.
Salah satu yang telah mengembangkan bibit itik adalah Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Satelit Sejahtera Kelurahan Pesurungan Lor, Kecamatan Margadana, Kota Tegal. Penetasan dilakukan menggunakan enam unit mesin tetas yang diletakkan di salah satu ruangan di areal peternakan tersebut.
Rasanto salah seorang anggota KTTI Satelit Sejahtera menerangkan, usaha penetasan telur memberi penghasilan tambahan bagi peternak. Harga DOD betina bisa dijual dengan harga Rp 5.000/ekor sedangkan bibit jantan Rp 4.000/ekor.
Meski memiliki potensi yang besar, beberapa kendala dihadapi peternak dalam menjalankan usahanya. Harga pakan yang fluktuatif dan tergantung musim membuat sejumlah peternak yang bermodal pas-pasan harus menutup sementara kandangnya dan menjual ternak itiknya untuk mengurangi biaya produksi.
Kendala lainnya yakni tidak memiliki lahan sendiri. Dari jumlah peternak yang ada 80% di antaranya masih menggunakan lahan sewa. Bahkan masih banyak ditemukan kandang itik di tengah-tengah pemukiman warga. Hal ini jelas berpengaruh terhadap kesehatan.
Sementara itu, perkembangan pembangunan di daerah itu semakin pesat. Dengan dibangunnya Kampus Politeknik Harapan Bersama dan yang akan datang Kampus Politeknik Keselamatan Transportasi Darat, tidak menutup kemungkinan lahan yang semula disewakan untuk ternak itik akan beralih fungsi untuk dijadikan kos-kosan atau tempat tinggal yang lebih menguntungkan.
Hal ini membuat peternak di sekitar bangunan kampus resah. Sebab, lahan yang mereka gunakan saat ini berdekatan dengan kampus tersebut, sehingga terpaksa harus mencari tempat lain.
Sementara itu, areal sentra itik yang disiapkan pemerintah belum memungkinkan untuk menampung 350 peternak karena belum semua lahan diuruk.
Melalui APBD Kota Tegal 2012, Pemkot berencana menguruk lahan tambak eks bengkok Kelurahan Pesurungan Lor untuk membantu peternak itik.
Hal ini dilakukan karena realisasi pembangunan sentra kawasan peternak itik dari Kementerian Pertanian yang menelan biaya Rp 117 miliar sampai saat ini belum ada kepastian.
Lurah Pesurungan Lor Dorres Indrian Nugroho menjelaskan, lahan untuk sentra peternakan itik yang disiapkan seluas 18 hektare. Lahan tersebut mampu menampung 350 peternak.
Saat ini lahan tersebut baru ditempati 31 peternak anggota KTTI Satelit Sejahtera.(58)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/07/24/153602
0 komentar:
Posting Komentar