TAK semua ustad dan dai berasal dari mereka yang jalan hidupnya lurus seperti ajakan yang selalu disampaikannya di atas mimbar. Tak sedikit dari mereka yang justru mengawali dunia dakwahnya dari dunia kelam, seperti Johny Indo dan Anton Medan, dua mantan gembong kriminal yang belakangan bertobat dan ikut beramar makruf nahi munkar. Meski tak seekstrem Johny dan Anton, Ustad Subki Al-Bughury termasuk di antara dai yang masa lalunya pernah bergelut dengan dunia kelam. Pria kelahiran Bogor, 7 September 1972, yang wajahnya kerap muncul menyampaikan tausiah di layar televisi itu sejak masa muda sudah tinggal di pinggiran Jakarta yang menjadi lokasi jual beli narkoba. Jadi bisa dibayangkan bagaimana Subki dibesarkan.
”Berbagai bentuk kenakalan remaja pernah saya lakukan, mulai dari maling mangga sampai tawuran. Saya baru berhenti merokok saat duduk di bangku kelas 3 SD,” tuturnya.
Meski dibesarkan dalam lingkungan yang tidak terpuji dan sempat melakukan hal tak terpuji, dia bersyukur masih dibimbing Allah. Hatinya selalu berontak setiap ada ajakan berbuat tidak baik.
”Teman-teman maling mangga, saya tidak ikut makan. Saat Ramadan, setelah jualan kantong kresek di Masjid Istiqlal, teman minum es, saya masuk masjid,” tuturnya seperti dikutip majalah Ummi.
Hidupnya mulai berada di “jalur yang benar” saat duduk di bangku SMA. Alumnus SMAN 33 Cengkareng Jakarta ini aktif mengikuti kegiatan keagamaan mulai dari tarbiyah sampai halaqah. Bahkan, bersama tiga teman lainnya Subki dipercaya guru mengisi khotbah Jumat di sekolahnya.
Tentu saja dia bangga. Apalagi banyak kawan yang mengaku senang mendengar ceramahnya.
”Banyak yang mengaku senang mendengar ceramah saya. Saya jadi tambah semangat,” katanya.
Kenikmatan
Menurutnya, ada kenikmatan tersendiri saat mengisi ceramah. Dari situ lulusan Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Institut Agama Islam Al-Aqidah (IAIA) Jakarta ini kian termotivasi.”Saya tidak berpikir, bahkan membayangkan, menjadi ustad tidak berprospek cerah karena tidak menghasilkan uang,” jelasnya.
Ustad Subki mengaku keberhasilannya sebagai pendakwah tak terlepas dari doa dan dukungan orangtua. Karena itu, kebanggaan terbesarnya setelah berhasil menjadi pendakwah adalah saat dia mampu membiayai kedua orang tuanya, pasangan Sugandi Syu’aib dan Salkah Sa’ad, menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Untuk memperdalam ilmunya, Subki berkuliah di Universitas Muhammad Ibn Su’ud, Riyadh, Arab Saudi. Kemampuannya berbahasa Arab menjadi modal berharga untuk bekerja sebagai pembimbing haji dan umroh.
Ketua Majelis Dzikir Al-Ma’tsurat Jakarta ini pernah memohon kepada Allah agar diberikan kesempatan untuk nikah muda, cepat dapat kerja sekaligus kuliah.
Ternyata, sang Khalik mengabulkan permintaannya. Ia bertemu sang pujaan hati pada usia 21 tahun, saat dirinya masih berstatus mahasiswa. Meski telah menikah, Subki tetap bekerja sambil meneruskan kuliahnya.
Jalan hidupnya memang tidak selalu mudah. Tapi saat kuliahnya terseok-seok, dikaruniai lima anak, rumah masih mengontrak, satu per satu pintu rezeki mulai terbuka.
Ia bertemu kakak kelasnya semasa SMA yang saat itu bekerja di Indosiar. Si kakak kelas ini menawarinya mengisi tayangan “Embun Pagi, Belajar dari Kisah” pada 2002.
”Tahun berikutnya giliran Lativi menggaet saya untuk tayangan Gerebeg Sahur. Setelah itu, kesempatan berdakwah di televisi terus berlanjut sampai sekarang,” urainya.
Subki menyebut tahun 2002-2003 sebagai era keemasannya dalam berdakwah. Selain “Embun Pagi”, dia juga dilibatkan mengisi acara “Kafe Pasaur” dan sinetron dakwah arahan Deddy Mizwar. Namanya pun kian dikenal, sehingga sejumlah radio menggaetnya sebagai narasumber, juga acara ”Jendela Iman” di TVRI.
Setelah itu, pria berpenampilan khas dengan kacamata dan senyuman meneduhkan itu sering muncul di layar kaca.
Tak cuma pada acara tausiah dan dakwah serius. Ternyata lelaki alim ini juga doyan juga bercanda. Buktinya, beberapa kali dia tampak dalam tayangan bersama artis komedi, misalnya dengan Ucok Baba pada segmen “Gerebeg Sahur” atau dengan Komeng dan Adul lewat tayangan “Wara Wiri Ramadhan” (WWR).
Pada tayangan terakhir ini Subki tampil beda, karena dituntut beradu akting dengan dua artis komedi meski hanya memainkan lakon dirinya sendiri. (Fauzan Dj-43)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/03/154877/
0 komentar:
Posting Komentar