HARGA bawang merah di wilayah Pantura Kabupaten Tegal, semakin anjlok, hingga mencapai Rp 3.000 per kilogram di tingkat petani. Padahal bulan lalu, harga bawang merah masih sekira Rp 12.000 hingga Rp 13.000 per kilogram.
Anjloknya harga bawang merah, disinyalir karena bulan ini merupakan panen raya di wilayah setempat. Selain itu, juga akibat masuknya bawang merah dari daerah lain, serta bawang merah impor. Kondisi tersebut mengakibatkan para petani merugi, karena penghasilan yang mereka peroleh tidak cukup untuk menutup kebutuhan biaya tanam.
Castro (57), petani bawang merah di Desa Maribaya Kecamatan Kramat, mengatakan, penurunan harga bawang merah bermula ketika awal bulan lalu. Yakni dari harga Rp 12.000 menjadi Rp 8.000 per kilogram, dan pekan lalu kembali turun menjadi Rp 6.000 per kilogram, kemudian saat ini hanya Rp 3.000 per kilogram.
Selain harganya turun, lanjutnya, panen kali ini juga mengalami puso. Yang biasanya panen mendapatkan 10 ton setiap hektarnya, kini cenderung menurun. Dan kerugian petani akan semakin bertambah karenanya.
"Modal tanam setiap hektarnya, sekitar Rp 25 juta. Sedangkan kerugian setiap hektarnya, mencapai Rp 10 juta. Sementara, kami memiliki tanah seluas 4 hektar. Dan kerugian kami sampai dengan hari ini, sekitar Rp 40 jutaan," katanya, Selasa (2/8) siang.
Menurut Castro, hasil panen bawangnya kali ini, tidak akan dijual ke tengkulak maupun ke pabrik. Alasannya, bawang merah akan disimpan untuk stok di gudang rumahnya hingga usai lebaran kelak. "Barangkali setelah lebaran nanti, harga akan kembali normal," akunya.
Sementara petani lainnya, Wasto (47) menyatakan, mestinya menjelang bulan Ramadhan, harga bawang merah naik seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun anehnya, saat ini justru sebaliknya.
Menurut dia, penurunan harga tersebut sangat merugikan bagi petani. Karena itu, dirinya berharap, pemerintah daerah setempat segera turun tangan membantu mengatasi kondisi tersebut. "Minimal pemerintah dapat mencegah masuknya bawang dari luar," katanya.
Kepala Desa Maribaya, Sumarto, mengatakan, hampir seluruh petani di wilayah desanya, mengalami kerugian yang tinggi. Padahal menurutnya, modal yang digunakan petani, mayoritas dapat pinjaman dari bank. Jika panennya merugi, tentunya tidak akan bisa menutup hutang-hutang tersebut.
Tidak dipungkirinya, kepala desa juga mengalami kerugian yang tidak sedikit. Meski tanaman bawangnya dapat panen, namun tidak sesuai dengan harapannya. "Kerugian saya mencapai puluhan juta rupiah," ungkapnya lirih. (yeri novel)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/2 Agustus 2011
0 komentar:
Posting Komentar