SUBANG- Setahun lalu, Darsem adalah tenaga kerja wanita (TKW) yang divonis hukuman mati di Riyadh, Arab Saudi, karena terbukti membunuh majikan prianya.
Namun sekarang, kehidupan wanita asal Desa Truntum, RT 9 RW 4, Desa Patimban, Kecamatan Pusakanaga, Kabupaten Subang, Jawa Barat, itu berubah 180 derajat.
Darsem kini adalah ibu muda pesolek. Dia bak toko emas berjalan karena beragam perhiasan emas —tentu dengan ukuran yang serba besar— menempel di hampir seluruh tubuhnya. Kalung, cincin, gelang, dan tindik, semuanya serba emas.
Penampilan Darsem sungguhlah ironi. Selamat dari hukuman mati karena diyat —denda untuk menebus nyawanya dalam hukum Arab Saudi— sebesar dua juta riyal (Rp 4,7 miliar) dibayar oleh negara, dia kini berlimpah harta.
Dia menerima sumbangan pemirsa televisi, yang dikumpulkan oleh TV One lewat program “Koin untuk Darsem” sebesar Rp 1,2 miliar. Sumbangan pemirsa itu diserahkan utuh oleh pihak TV One pada 25 Juli lalu, Rp 200 juta tunai dan sisanya Rp 2 miliar dalam bentuk tabungan di rekening BRI Subang.
Ketika diberitahu bakal menerima sumbangan itu, Darsem berjanji akan menggunakannya untuk hal-hal positif, termasuk akan membaginya dengan TKW yang senasib dengannya, Ruyati. Ruyati bahkan bernasib lebih tragis karena telanjur dipancung sebelum pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan keringanan hukuman.
Nah, begitu menerima koin yang dikumpulkan oleh TV One dari para pemirsa yang merasa terketuk hatinya inilah kehidupan Darsem langsung berubah. Rumah lamanya dirobohkan untuk mulai dibangun baru yang jauh lebih megah.
Sawah dan ladang dibelinya. Perhiasan emas tak terhitung lagi. Sederhananya, apa yang dia inginkan, langsung dibelinya dengan uang tersebut.
Sayang, bagian yang dijanjikannya untuk keluarga Ruyati hanya “cair” amat sedikit. Darsem cuma menyisihkan Rp 20 juta dari total Rp 1,259 miliar yang diterimanya untuk disumbangkan ke keluarga Ruyati yang dihukum mati.
Pengacara Darsem, Elyasa Budianto, bahkan mengeluh dan jengah melihat sikap kliennya itu.
”Ke mana-mana pakai emas, sudah kayak toko berjalan. Saya tidak enak juga melihatnya, itu kan uang sumbangan ya,” kata Elyasa, kemarin.
Menurut Elyasa, bukan hanya gaya hidup Darsem yang berubah. Sikap ibu satu anak itu juga tak lagi seperti dulu. Jika dulu Darsem terkesan pendiam, kini lebih banyak bicara dan senang diwawancara.
”Sikapnya berubah, sama tetangga-tetangganya juga berubah. Yang lebih nggak enak, dia seperti ingkar dengan janji-janjinya dulu. Dulu kan dia mau bantu memperbaiki jalan kampung, tapi ternyata setelah dapat uang, nggak mau. Itu yang bikin warga nggak senang,” kata Elyasa.
Sikap Darsem ini juga yang membuat Elyasa sedikit malu mendampinginya. Selama ini dia telah berusaha membantu keluarga Darsem agar mendapat simpati masyarakat, tapi ternyata saat ini sikapnya berubah.
”Dulu saya bantu atas dasar kemanusiaan, tapi kok jadi begini. Saya malu juga sama masyarakat,” kata Elyasa.
Saat diwawancara, Darsem memang terlihat bling-bling. Perhiasan emas seperti anting, gelang, kalung, dan cincin bernilai puluhan juta melekat di tubuhnya.
Sumbangan untuk Darsem dari pemirsa TVOne semula dimaksudkan untuk membantunya membayar diyat atau tebusan Rp 4,7 miliar. Namun diyat ternyata dibayar oleh pemerintah Indonesia, sehingga dana pemirsa TV One yang terkumpul, diserahkan semua kepada Darsem.
Pihak TV One semula berharap Darsem menggunakan sumbangan pemirsa itu dengan bijak.
”Kami berharap dia menggunakannya untuk kemaslahatan keluarga. Kami juga berharap jangan berfoya-foya, sebaiknya untuk membangun keluarga menjadi lebih baik ke depan,” kata GM News and Sports TV One Totok Suryanto.
”Sebenarnya kami sudah pernah menawarkan uang itu ke Kementerian Luar Negeri. Namun ternyata tidak boleh. Uang untuk diyat semua ditanggung pemerintah, jadi tidak perlu sumbangan,” jelasnya. Alhasil, pihaknya pun memberikan semua sumbangan itu kepada Darsem.
Ayah Darsem, Dawud Tawar, menolak anggapan anaknya menyalahgunakan sumbangan pemirsa.
”Anak saya kan sudah memberi sumbangan ke mana-mana. Ke orang jompo, anak yatim, sama bangun masjid. Kami sudah bagi-bagi itu,” kata Dawud.
Dawud juga mengklaim, Darsem telah berbagi dengan keluarga Ruyati, TKI yang dipancung di Arab Saudi. Namun mengenai jumlahnya yang hanya Rp 20 juta, Dawud enggan berkomentar.
”Kalau itu terserah anak saya, kan itu hak anak saya,” kata Dawud.
Perilaku Darsem yang pamer kekayaan, menurut peneliti MASIKA ICMI Yulianto, bisa dianggap semacam ’balas dendam’ atas kondisi sosial ekonomi yang bersangkutan saat masih menjadi orang miskin di desanya, sehingga rela menyabung nyawa menjadi TKI di Timur Tengah.
”Bisa semacam ’balas dendam’ atas kondisi sosial ekonomi sebelumnya. Juga kondisi saat dia menjadi PRT di Timur Tengah, yang secara sosiologis bangsa Arab, adalah golongan yang direndahkan,” kata Yulianto.
Namun menurutnya, sikap bermewah-mewah Darsem patut disayangkan di tengah kondisi masyarakat yang tengah sulit secara ekonomi. (F4,dtc-43)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/06/155232
0 komentar:
Posting Komentar