JAKARTA - Dewan Pembina DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarok berpendapat pendeklarasian Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) dan pengajuan Sri Mulyani Indrawati sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014 merupakan langkah blunder yang bisa digunakan lawan-lawan politiknya.
Menurut Mubarok, kehadiran Partai SRI justru menjadi penghalang bagi kiprah politik Sri Mulyani, apalagi belum apa-apa, tokoh-tokoh SRI sudah bicara vulgar. Seandainya Sri Mulyani mau bersabar sebentar, maka Managing Director IMF ini akan menuai hasil, karena di saat terjadi kekosongan pemimpin seperti sekarang ini, orang akan mencalonkannya sebagai presiden bila tidak menemukan tokoh yang tepat.
”Biasanya perempuan kecil dan kurus seperti dia itu memiliki keberanian dibanding laki-laki besar. Sri Mulyani itu sekaliber PM Inggris Margaret Thatcher dan PM Israel Golda Meir. Tapi sayang, Sri Mulyani terlalu grusa-grusu alias kurang perhitungan,” kata Mubarok di Jakarta, kemarin.
Mubarok menambahkan, pendirian Partai SRI tergolong kontraproduktif bagi Sri Mulyani, sehingga dia bisa dicap sebagai tokoh ambisius dan mabuk kekuasaan. Selain itu, pencalonannya sebagai presiden akan dituding ditunggangi kekuatan asing.
”Saya menyayangkan pendeklarasian Partai SRI. Mestinya tidak usah, Sri Mulyani diam saja. Sekarang bertapa dulu, belum saatnya muncul ke publik. Sebagai pemimpin, harusnya Sri Mulyani sadar akan posisinya sebagai aset bangsa yang dilirik banyak orang,” tegas Mubarok.
Pragmatis
Ketika ditanya peluang Partai SRI pada Pemilu 2014, Mubarok menyatakan tidak yakin bahwa partai tersebut mampu meraih lima persen suara, bahkan untuk lolos sebagai partai saja berat. ”Saya lihat di belakangnya kebanyakan orang-orang pragmatis yang dibungkus ideologi, sehingga seolah-olah sikapnya independen. Sejatinya mereka bukan murni pejuang juga,” tegasnya.
Lalu, siapa calon presiden dari Partai Demokrat? Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan menyatakan partainya tidak akan buru-buru menjagokan figur tertentu sebagai capres. ”Yang pasti Partai Demokrat tidak mungkin memilih sosok capres yang mendadak turun dari langit,” kata Ramadhan Pohan usai pelantikan Ketua DPD Demokrat Jatim, Soekarwo di The Empire Palace Surabaya, Kamis (4/8).
Pohan menyatakan partainya tak mau ikut-ikutan parpol lain yang mulai mengusung figur capres, seperti Partai SRI) yang mengusung Sri Mulyani dan Partai Golkar bakal mengusung ketua umumnya, Aburizal Bakrie. Begitu pula PAN yang kemungkinan besar mengusung ketua umumnya, Hatta Radjasa.
Dia menegaskan, Sri Mulyani hingga saat ini belum ada kepastian apapun menjadi capres yang diusung Partai SRI. ”Bu Sri Mulyani mau diusung maju capres oleh Partai SRI atau partai lainnya, bagi Demokrat nggak ada pengaruhnya”.
Apa Demokrat juga melirik Sri Mulyani? Pohan mengatakan, diprioritaskan capres akan diusung dari kader internal. Jika tak ada, baru kemudian mengusung dari eksternal. Kemungkinan besar baru akhir 2012 dan awal 2013 Demokrat mulai menggodok capres yang akan dilakukan majelis tinggi partai, yang anggotanya antara lain Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Anas Urbaningrum, Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono, Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie, Andi Malarangeng dan Wakil Ketua Umum Max Sopacua.
Sementara itu, Wakil Sekjen DPP PKS, Fahri Hamzah menyatakan partainya mulai memperhitungkan gerakan Partai SRI yang mengusung Sri Mulyani sebagai calon presiden 2014. Namun, dia mengingatkan agar Sri Mulyani jangan mau dimanfaatkan oleh kelompok haus kekuasaan yang ingin berkuasa.
”Tapi jangan mau dimanfaatkan. Kita sudah hafal pola operasional mereka. Termasuk, mereka marah sama SBY karena SBY rangkul orang partai,” katanya.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Partai SRI, Damianus Taufan mengaku bahwa Sri Mulyani hingga kini belum memberikan pernyataan apapun terkait kesediaannya diusung menjadi capres.
”Belum ada kepastian, apakah Sri Mulyani bersedia dicalonkan atau tidak karena dia masih terikat kerja dengan World Bank. Ya, tentu saja dia tidak akan menyatakan mau maju dong. Kami pun tidak akan meminta dia untuk menyatakan itu. Kami hanya mencalonkan dia saja,” jelasnya.
Dia menegaskan, suatu hal yang wajar jika ekonom asal Semarang itu tidak memberi ketegasan kesediaannya dijadikan calon presiden. ”Kalau dia menyatakan bersedia justru salah. Itu tindakan yang tidak etis dan bisa merusak integritasnya,” tegas Taufan.
Sementara itu, pengamat politik Arbi Sanit, yang juga ikut membidani kelahiran Partai SRI, mengaku telah melakukan studi mendalam terhadap 30 tokoh nasional sebelum menjatuhkan pilihan pada Sri Mulyani Indrawati sebagai calon presiden.
Dia mengungkapkan, nama Ani Yudhoyono dan Mahfud MD masuk di antara 30 tokoh yang dipelajarinya. Namun, nama Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum tidak masuk. ”Sejak awal saya memang tidak memasukan dia (Anas) karena dia bukan kaliber jadi presiden,” tegas Arbi Sanit.
Menurut dia, tim Partai SRI juga memasukkan nama Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan mantan menko ekonomi Rizal Ramli. Studi yang dilakukan Partai SRI meliputi indikator integritas, pengalaman politik, pengalaman mengatasi masalah sebagai negarawan, pengalaman manajerial pemerintahan negara, pengalaman internasional, dan pengalaman melakukan perubahan.
”Itu semua masing-masing diberi skor, kemudian kami memperoleh, nilai Sri Mulyani yang tertinggi,” katanya.
Partai SRI telah mendaftarkan diri ke Kemenkumham sebagai parpol baru. Selain Arbi, tokoh lain yang duduk dalam Majelis Pertimbangan Partai terdapat nama Todung Mulya Lubis, Dana Iswara, Rocky Gerung, dan Rahman Tolleng. Ketua Umum dijabat oleh Damianus Taufan dan Sekretaris Nasioal Yoshi Erlina.(J22,G14,D3-25,35)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/05/155120
0 komentar:
Posting Komentar