BOYOLALI - Ribuan pengunjung memadati acara padusan yang digelar di Umbul Pengging, Kecamatan Banyudono, dan kawasan wisata Tlatar, Desa Kebonbimo, Minggu (31/7). Namun, sebagian besar pengunjung hanya jalan-jalan dan melihat keramaian acara tradisi menyambut datangnya Ramadan tersebut.
Tradisi padusan juga berlangsung di Umbul Ingas, Desa Cokro, Tulung, Klaten. Tradisi padusan berupa pembersihan diri dengan mandi di tempat pemandian. Ada yang percaya dengan mengikuti tradisi seperti itu puasanya dapat lancar.
Untuk meramaikan acara, panitia menyediakan pentas dangdut. Akibat membludaknya pengunjung, terjadi kemacetan hingga 1 km lebih. Kemacetan terjadi akibat para pengunjung memarkir sepeda motor di pinggir jalan dekat komplek pemandian dan memarkir mobil di lajur jalan. Sentot (32), warga Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, menyatakan dia rutin datang ke padusan di Pengging setiap menjelang Ramadan. Karena itu, dia mengaku bisa membedakan tingkat keramaiannya dari tahun ke tahun. ’’Meski terlihat masih ramai, tahun ini jumlah pengunjung lebih sedikit,’’ katanya.
Kondisi itu juga diakui petugas bagian karcis, yang menduga penurunan pengunjung karena banyaknya saingan lokasi pemandian semacam waterboom milik swasta yang kini menjamur. Keramaian pengunjung ternyata juga tidak mendongkrak pendapatan para kusir andong dan dokar yang mangkal di pertigaan Ngangkruk. Mereka mengaku, pendapatannya tak lebih besar dibandingkan saat pasaran pahing dan wage, yang menjadi hari pasaran di Pasar Pengging.
Kondisi sebaliknya terjadi di Pemandian Tlatar. Acara padusan turut mendongkrak pendapatan warung makan apung di loaksi tersebut. Seperti pengakuan Hartanto, pengelola Taman Wisata Eko Wisata Air (Etasia). Dia mengaku pengunjung warungnya melonjak hingga 300 persen lebih.
”Kalau pengunjung pasti ada kenaikan, biasanya sehari sekitar 1.500 pengunjung, kini bisa lebih dari 6.000 orang. Kami memang menyediakan pemandian dan taman air di samping warung makan untuk menarik pengunjung,” katanya.
Sularso, pemilik warung makan Tirto Wening menjelaskan, padusan menjadi momen berharga karena meningkatkan jumlah pengunjung. ”Kami juga menyediakan hiburan organ tunggal untuk menarik pengunjung. Pengunjung juga bisa turut bernyanyi sembari menunggu pesanan makanan.”
Kepala Disparbud, Rahmat Hadi Santosa mengakui, keberadaan waterboom dan pemandian yang menjamur milik perorangan berdampak terhadap jumlah pengunjung di Pemandian Pengging dan Tlatar. ”Namun kami optimistis pemasukan Rp 40 juta bisa tercapai. Kalau di Pengging, acara padusan langsung dikelola Disparbud, sedangkan di Tlatar bekerjasama dengan Pemerintah Desa Kebonbimo.” (G10-35)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/01/154608
0 komentar:
Posting Komentar