Rabu, 13 Juli 2011

Lagu Tegalan Menembus Batas

Siapa bilang lagu tegalan tak enak didengar? Ya, lagu berbahasa daerah itu kini semakin digandrungi. Tak hanya disukai warga setempat, tetapi juga
dari luar daerah.

Bagi warga dari luar Tegal, lagu tersebut terdengar aneh. Meski demikian, makin lama didengar kian mengasyikkan. Simak saja lagu berjudul ’’Man Draup Teol’’ ciptaan Najeeb B (Bahresy) yang tenar pada era 1980-an.
 //Man Draup tukang becak/ Becake sering rusak/ Dasar lucu uwonge/ Sabar laka jengkele/Ari olih muatan/ Bocah wadon dewekan/ Nggenjote alon-alon karo diejak guyon/ Man Draup seneng guyon...//
Pada zamannya, lagu itu begitu ngetop. Tua, muda sampai anak-anak familiar dengan lagu tersebut. Bahkan, dari lagu itulah muncul sebutan Man Draup bagi tukang becak.

Najeeb B menjadi peletak tonggak sejarah lagu tegalan di era 70-an. Lagu-lagunya di antaranya ’’Man Draup Teol’’, ’’Man Pian’’, ’’Teh Poci Gula Batu’’, dan ’’Menek Pucang’’.
Pertama masuk dapur rekaman, ia berduet dengan Tri Widarti, penyanyi asal Tegal yang lagi naik daun, hingga ia dijuluki Elvie Sukaesih-nya Tegal. Dan, pada pertengahan 2005 ia mengeluarkan album Ratu Gendut.

Pecinta lagu terbaik Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR), mendiang Bram Moersas pun turut terseret arus rekaman lagu tegalan. Bram lewat lagu ciptaanya berjudul ’’Jujur’’, berhasil meraih juara terbaik LCLR belasan tahun silam. Ia membesut lagu-lagu tegalan ciptaanya dengan polesan beragam irama, seperti bosas dan country.
’’Yah sayangnya, aksen menyanyi Bram tidak medok sehingga mempengaruhi peredaran kaset,’’ kata produsernya Bambang Teguh Iman Santoso. Dalam rekamannya itu, Bram menjagokan lagu ’’Jaman Bocah’’ dan ’’Bi Tarwi’’.

Perkembangan lagu tegalan kian menggembirakan. Dari penyanyi jalanan, seperti Ipuk dan sederat birokrat yang seolah tak mau kalah beradu kreasi mencipta lagu. Dari unsur birokrat misalnya, muncul nama Bupati Tegal Agus Riyanto, Ketua DPRD Rojikin AH, mantan Sekda Pemkab Tegal Sriyanto HS, mantan Kepala Badan Kesbangpolinmas Jateng, Ristanto.

Sedangkan non birokrasi, di antaranya Ki Enthus Susmono, Lanang Setiawan, Santi Sartika, Fety, Arif Efato, Ipuk NM Nur, termasuk Dhimas Riyanto, dan Bram Moersas
Dalam rekamanya, Agus Riyanto mencoba untuk keluar dari nada pentatonis cirebonan, sehingga di situ ada irama keroncong dan rock’d roll.

’’Album Pak Agus Riyanto lebih banyak ditujukan untuk menggelorakan semangat agar warga lebih cinta daerahnya,’’ kata Imam Joend, pencipta lagu di album Agus. Paguyuban Seniman Tembang Tegalan, pada 2009 juga mengeluarkan album Campur Bawur.

Di Internet

Beberapa lagu tegalan yang biasa disiarkan radio di daerah setempat dan dapat diakses di internet, di antaranya ’’Alun-alun Slawi’’, ’’Kasri’’, ’’Sawengi ing Guci’’, ’’T Q Yem’’ (tukiyem), ’’Aja Ngalub’’, ’’Apus Asmara’’, ’’Rika Tega Enyong Tega’’, ’’Mumpung Ketemu’’, dan ’’Tragedi Jatilawang’’.

“Mengunggah ke internet merupakan sedekah. Sudah tidak zamannya bajak-membajak. Meski tidak dapat keuntungan secara financial tetapi lewat situs internet  kami bisa mengenalkan tembang tegalan kepada dunia termasuk potensi daerah. Karena dalam video klip juga ditampilkan potensi yang dimiliki daerah termasuk pemandangan alamnya,” kata Lanang Setiawan, musisi yang produktif menciptakan lagu tegalan secara indie label.
Sementara itu, untuk mengangkat citra daerah, Forum Penggiat Seni Tegalan, pada 19 Juni lalu menggelar lomba karaoke lagu tegalan tingkat Jateng di Gedung Kesenian Kota Tegal.

Kegiatan itu disambut antusias masyarakat. Bahkan beberapa pelajar, penyair, dalang, dan penyanyi ikut ambil bagian.
Penyair yang tampil adalah Apito Lahire dan Julis Nur Hussein dari Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal. Selain itu, dalang Ki Barep dari Kota Tegal serta pelawak Syaiful dari Brebes dan Mas Untung Bindeng. Tak kalah ketinggalan penyanyi Verani, Risty, dan Preti. (71)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/10 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar