Minggu, 25 September 2011

Jaringan Cirebon Guncang Solo

SOLO - Bom bunuh diri yang mengguncang Kota Solo, Minggu (25/9) sekitar pukul 10.55, diduga kuat dilakukan anggota jaringan Cirebon. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan, penyelidikan sementara pihak kepolisian menengarai pelaku bom di gereja di Solo masih terkait dengan jaringan pelaku peledakan masjid di Mapolresta Cirebon pada April lalu. ”Investigasi sementara yang dilakukan, pelaku pengeboman bunuh diri adalah anggota dari jaringan teroris Cirebon. Kelompok itu juga melakukan aksi terorisme di Cirebon sebagaimana yang saya sampaikan beberapa waktu lalu,” ujar Presiden dalam jumpa pers di Kantor Presiden, semalam.
Seorang lelaki yang diperkirakan berusia 25-35 tahun meledakkan diri di pintu utama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Jalan Arif Rahman Hakim 49 Tegalharjo, Jebres. Pelaku tewas di lokasi kejadian dengan perut terburai.
Puluhan jemaat dan paduan suara yang hendak keluar dari gereja menderita luka berat dan ringan. Sebagian besar korban terluka akibat terkena serpihan bom yang terdiri atas mur, baut, paku, dan patahan seng. Kejadian itu menimbulkan kepanikan jemaat GBIS. Mereka yang selamat atau terluka berhamburan keluar menyelamatkan diri.
Hasil penyelidikan polisi, pelaku sebelum meledakkan diri masuk ke lingkungan gereja melalui pintu samping sebelah barat. Masuknya pelaku itu terekam oleh kamera CCTV yang dipasang di sudut pintu masuk. 
Pada saat yang sama, kebaktian yang dipimpin Pendeta Sigit Subandoro baru selesai. Setelah kebaktian, berlanjut doa pemberkatan yang dipimpin pendeta lain, Yonathan Setiawan. Tak berapa lama, terdengar suara ledakan dahsyat. ‘’Suaranya seperti trafo yang meledak,’’ jelas Hendro Simon (50), jemaat yang selamat dari maut.
Para peserta kebaktian pun berhamburan keluar gereja menyelamatkan diri. Hendro sempat melihat puluhan jemaat terluka dengan tubuh berdarah terkena ledakan. ‘’Saya tidak terluka karena berada jauh dari ledakan,’’ lanjutnya.
Hendro sempat melihat pelaku menerobos anggota paduan suara yang hendak keluar melalui pintu utama. Anggota koor gereja itu mayoritas perempuan dan kanak-kanak.
Keinginan pelaku masuk ke dalam gereja sebelumnya sempat dihalang-halangi petugas keamanan. ‘’Tidak lama kemudian terdengar suara ledakan. Pelaku roboh dalam kerumunan jemaat,’’ ungkap Hendro.
Tes DNA
Di seputar halaman GBIS, serpihan seng, mur, baut, dan paku berserakan. Bercak darah korban juga tampak di bagian depan hingga pintu gerbong gereja.
Puluhan korban yang terluka dilarikan ke RS Dr Oen Kandangsapi, Jebres, dan RS Brayat Minulya. Sebanyak 24 korban dirawat di RS Dr Oen. Dua di antaranya kritis dan harus menjalani operasi, yakni Defiana (18) dan Febriana Puspa Dewi (44). Adapun 11 korban lain menjalani operasi kecil. Sisanya sebanyak 11 jemaat sudah diperbolehkan pulang untuk rawat jalan.
Mereka hanya menderita luka ringan berupa gangguan pendengaran. Kondisi seluruh korban itu dikemukakan Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan dokter Supriyantoro.
Tiga korban yang dirawat di RS Brayat diperbolehkan pulang karena menderita luka ringan. Satu korban lain luka ringan lain yang belum dikenali identitasnya sempat dirawat di salah satu klinik. Kapolri Jenderal Timur Pradopo yang datang ke lokasi menegaskan aksi bom bunuh diri itu dilakukan teroris. Identitas pelaku masih dalam penyelidikan. Kapolri yakin dalam waktu tidak lama pelaku segera terungkap. Identitas pelaku akan dicocokkan berdasar database di kepolisian. Polisi juga akan melakukan tes DNA. 
Menurut Timur, bom yang meledak berdasar hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) hingga dampak yang ditimbulkan termasuk low eksplosive. Proses identitifikasi pelaku bom bunuh diri itu membutuhkan waktu lama.
Pelaku sekitar pukul 19.45 baru diangkat dari lokasi kejadian. Setengah jam kemudian, jenazahnya dibawa ke RS Bhayangkara Kramat Jati, Jakarta.
Di Jakarta, Presiden SBY mengutuk keras kemunculan kembali aksi terorisme. Dia memastikan kepolisian akan melakukan investigasi menyeluruh, termasuk mencari otak pelaku teror tersebut.
“Jika pemerintah, pihak kepolisian, terus mengingatkan akan ancaman atau bahaya terorisme, itu bukan mengada-ada. Peringatan itu didorong oleh tanggung jawab, kesadaran, dan pengetahuan intelijen tentang keberadaan ancaman tersebut,” tandas Presiden.
SBY mengurai kembali arahannya beberapa bulan lalu kepada para gubernur, kapolda, pangdam, dan danrem agar berkoordinasi dan memantapkan sinergi untuk mencegah aksi terorisme. “Kejadian di Solo mengingatkan kembali bahwa tugas yang telah saya sampaikan beberapa bulan lalu harus terus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,” tegasnya. (G11,K23,H73,K4, H80,A20-65)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/09/26/160519/

0 komentar:

Posting Komentar