Senin, 26 September 2011

Pelaku Buron Bom Cirebon

JAKARTA - Pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Jebres, Solo, akhirnya teridentifikasi. Pelaku diduga Achmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Ahmad Abu Daud alias Raharjo. Dia merupakan salah satu dari lima buronan polisi dalam kasus bom bunuh diri di Masjid Adz-Zikra kompleks Mapolresta Cirebon, 15 April silam. Kendati demikian, Polri masih menunggu hasil identifikasi lebih lanjut oleh tim forensik. Kemarin orang tua Hayat telah diperiksa untuk dicocokkan dengan DNA pelaku.
”Sudah teridentifikasi, namun kami menunggu hasil laboratorium forensik terkait DNA,” ujar Kapolri Jenderal Timur Pardopo di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (26/9).
Dia berharap hasil pemeriksaan laboratorium selesai dan diumumkan hari ini (Selasa 27/9). Hayat terakhir kali tercatat tinggal bersama istri dan anak serta mertuanya di Perumahan GKBI RT 19 RW 7 Desa/Kecamatan Plumbon, Cirebon.
Menurut Kepala Bidang Penerangan Umum (Kabid Penum) Polri Kombes Boy Rafli Amar, ada kemiripan fisik antara Hayat dan pelaku bom bunuh diri di GBIS Solo. Untuk memastikan hal itu, polisi tengah membandingkan DNA pelaku dengan DNA ayah dan anak Hayat.
Nama Hayat tercantum dalam daftar pencarian orang (DPO) yang dirilis Mabes Polri, Kamis (19/5). Mereka adalah perencana sekaligus perakit bom bunuh diri di Masjid Adz-Zikra kompleks Mapolresta Cirebon. Selain memberi perintah pelatihan pada bom di Masjid Adz-Zikra, Hayat juga menyembunyikan pelaku teror bom di sejumlah gereja di Klaten.
Empat buron lainnya yaitu Yadi al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Heru Komarudin, Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Gendut alias Rian, dan Beni Asri.
Menurut Kadiv Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam, penyidik telah mengumpulkan sejumlah barang bukti yang ditemukan di TKP dan di Warnet Solonet tak jauh dari GBIS, di antaranya rekaman CCTV dan tas hitam milik pelaku. Sebelum menjalankan aksinya, pelaku mampir di warnet itu. Pelaku juga terekam di CCTV gereja.
Proses identifikasi jenazah pelaku, menurut Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokes) Polri Irjen Musaddeq Ishaq, memakai standar internasional. Pihaknya tengah membandingkan data post mortem dan data ante mortem. Post mortem merupakan data jenazah yang diambil setelah kematian, sedangkan ante mortem adalah data korban sebelum kematian.
”Sampai saat ini identifikasi belum selesai,” ujarnya seusai memantau proses identifikasi di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin.
Kabid Humas Polda Jateng Kombes Djihartono menjelaskan, polisi telah menyita software komputer di warnet yang digunakan pelaku untuk membuka situs. Warnet tersebut untuk sementara ditutup demi kepentingan penyelidikan.
”Warnet akan dibuka kembali apabila penyelidikan telah selesai,” kata Djihartono di sela-sela rapat koordinasi pengamanan di Mapolresta Surakarta.
Jadi Sasaran
Selain Solo, Semarang dan Surabaya dikabarkan juga menjadi sasaran bom bunuh diri. Hal itu tertuang dalam laporan Kementerian Luar Negeri Inggris yang dipublikasikan di http://www.fco.gov.uk. Disebutkan, perkiraan Semarang dan Surabaya menjadi target teroris itu menyusul terjadinya bom bunuh di Cirebon pada 15 April 2011. Tulisan di laman tersebut diperbarui pada 25 September 2011, saat bom bunuh diri meledak di Solo.
Kemlu Inggris juga menyebut, serangan semacam itu menargetkan pemerintah Indonesia, kepentingan penegak hukum atau tempat umum, termasuk tempat ibadah. Terkait bom bunuh diri di Solo, Inggris meminta warganya memonitor media lokal Indonesia.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto mengaku tidak percaya. Sutanto memilih percaya pada aparat keamanan.
“Aparat keamanan yang lebih tahu,” ujar Sutanto sebelum rapat dengan Komisi I membahas bom Solo di Gedung DPR.
Mantan kapolri itu mengaku baru mendengar tentang perkiraan target teroris dari Kemlu Inggris tersebut.
Sutanto menilai, kondisi ekonomi Indonesia tidak terpengaruh dengan perkiraan itu. Dia meminta hal tersebut tidak dinilai berlebihan. “Teror kan tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain, Pakistan, Afghanistan, dan dengan korban yang besar,” ujarnya.
Digratiskan
Empat korban yang dirawat di RS Dr Oen Kandang Sapi telah menjalani operasi sejak Minggu malam hingga Senin. Dua diantaranya, yakni Defiana dan Febe, telah melewati masa kritis. Sementara, 14 korban lain dirawat jalan di tiga lokasi, yakni RS Dr Oen, RS Brayat Minulya, dan sebuah klinik di Mojosongo.
Seluruh korban dipastikan terbebas dari biaya perawatan medis. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemkot Surakarta memastikan bakal menanggung seluruh biaya tersebut. Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, pihaknya telah menyiapkan anggaran dari alokasi penanggulangan krisis, untuk merealisasikan kebijakan tersebut.
“Tapi yang kami tanggung sebatas tagihan operasi dan perawatan setara kelas III,” katanya saat memberi keterangan pers usai menjenguk 14 korban di RS Dr Oen.
Untuk korban yang mendapat perawatan di atas kelas III, imbuh Endang, selisih biayanya bakal ditanggung Pemkot. “Hal ini sudah kami bahas bersama direktorat jenderal (ditjen) terkait. Prinsipnya, pemerintah akan menjamin pelayanan kesehatan bagi para korban.”
Endang juga tidak mempersoalkan seandainya pasien ingin pindah kelas perawatan. “Yang penting, jangan sampai biaya membebani mereka,” tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Kota Surakarta, Siti Wahyuningsih mengatakan, pemkot telah mengalokasikan dana perawatan dari anggaran kasuistik untuk membantu pengobatan para korban luka, yang seluruhnya adalah jemaat GBIS Kepunton.
Mengenai jumlah anggaran yang disediakan, Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kemenkes, Chairul Radjab Nasution mengaku belum bisa memastikan. Pencairan anggaran masih diproses.
“Kisarannya Rp 2 miliar hingga 3 miliar,” kata dia seraya menjamin bahwa dana itu nantinya bisa langsung diklaim oleh RS terkait. Tentang upaya penanganan pascaoperasi, Endang menyatakan, RS Dr Oen telah menyiapkan tim khusus, di antaranya terdiri atas ahli THT dan psikolog. “Tim itu akan menangani trauma dan gangguan kesehatan lain, yang bisa saja masih dialami korban,” jelasnya. (K24,A20, F4,J10,G11,K23, H73,K15-25,59)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/

0 komentar:

Posting Komentar