Sabtu, 01 Oktober 2011

Kerajinan Ban Bekas Jadi Komoditas Ekspor

DUKUHWARU - Home industri kerajinan ban bekas atau yang dikenal masyarakat sekitar sebagai Bandol (kependekan dari ban bodol atau ban bekas, Red) di Kabupaten Tegal, berpusat di Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru.
Sejak beerapa bulan terakhir, produk kerajinan berbahan dasar ban bekas dari desa itu, bahkan sudah mampu merambah pangsa pasar internasional. Ban bekas yang disulap menjadi karet mebel dan spring bed itu telah dipasarkan di Korea, Vietnam, dan Filipina, bahkan Australia.
Walaupun telah berhasil bersaing di pasar internasional, namun kelembagaan perajin masih lemah. Bahkan kesuksesan melakukan ekspor, berkat kerjasama dengan seorang pengusaha luar daerah sebagai pengepul produk mereka dan pengusaha itu berada di Surabaya.
Dikatakan seorang perajin ban bekas, Khamdan (46), produk kerajinan ban bekas yang disulap menjadi karet mebel dan spring bed saat ini sudah bisa diterima pasar internasional. “Kami akui, kesuksesan itu merupakan hasil kerja sama dengan seorang pengusaha luar daerah yang meminta untuk rutin mengirimkan produk kami dan teman-teman asal Desa Kabunan,” jelas Khamdan.
Apa yang dilakukan dengan bermitra bersama pengusaha luar daerah, telah berhasil mengirim produksinya untuk menembus pasar internasional. Pengiriman sendiri, dilakukan setiap sebulan sekali. Adapun kemampuan produksinya, bisa mencapai sekitar 3 ton.
Menurut dia, untuk memenuhi permintaan pasar internasional, dia bahkan menambah pasokannya dengan hasil produksi sejumlah pengrajin yang lain. Namun demikian, jumlah sebanyak itu masih dirasa minim. Hal itu dikarenakan minimnya modal usaha. Selain itu, pengrajin di desa tersebut belum memiliki kelembagaan yang kuat. Pengrajin memasarkan sendiri produknya, tanpa bantuan lembaga atau paguyuban pengrajin ban bekas.
“Kami berharap, ada lembaga berbadan hukum yang mengakomodir pengrajin disini. Jika ada, tidak menutup kemungkinan pengrajin di sini bisa maju. Pemkab Tegal juga belum pernah melirik kesulitan modal  pengembangan usaha kami ini,” terangnya.
Disisi lain Kepala Desa Kabunan, Musaropah, mengakui, pengrajin di desanya belum terdukung oleh  adanya lembaga yang kuat dan berbadan hukum. Pihaknya telah merencanakan, dalam waktu dekat akan membuat koperasi pengrajin ban bekas. Hal itu dilakukan agar kesulitan permodalan bisa diatasi.
“Kami siap mengusahakan agar Desa Kabunan menjadi sentra kerajinan ban bekas. Ini akan memudahkan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah,” kata Musaropah.
Ditambahkan, usaha kerajinan ban bekas merupakan peninggalan nenek moyang warga di desa itu. Bahkan Desa Kabunan telah mendominasi pasar nasional. Dirinya melihat itu sebagai potensi dan perlu untuk meningkatkan variasi produk yang bisa diterima pasar. Seperti halnya vulkanisir ban, kursi hias, dan kerajinan lainnya.
“Semua produk yang dihasilkan dari ban bekas, selama ini terbukti bisa diterima pasar,” pungkasnya. (mohammad ghoni)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar