SEMARANG - Dua tokoh organisasi masyarakat Nasional Demokrat (Nasdem), yakni Sri Sultan Hamengku Buwono X dan H Ali Mufiz MPA, mengundurkan diri. Mereka mundur seiring dengan kemunculan Partai Nasdem. Jika Sri Sultan dan Ali Mufiz bersikap tegas dengan menyatakan mundur, sikap berbeda ditunjukkan oleh Rustriningsih.
Wakil Gubernur Jateng yang menjabat ketua Dewan Pimpinan Nasional Demokrat Jateng itu masih bimbang. Dia belum mengambil sikap apakah akan mengikuti jejak dua tokoh berpengaruh itu ataukah tetap bertahan. Rustri mengakui, berdirinya Partai Nasdem memunculkan kegelisahan yang tidak terjawab di kalangan anggota maupun pengurus ormasnya. Bukan hanya pegawai negeri sipil (PNS), terdapat pula anggota Nasdem yang berisiko apabila ormas ini berkaitan dengan partai. Kegelisahan mereka harus dijawab.
Rustri menjelaskan, dalam waktu dekat ini akan menggelar pertemuan dengan tokoh ormas Nasdem. Tujuannya untuk menyamakan persepsi dalam menyikapi situasi terakhir. Kapan pertemuan dan pembahasan ini dilaksanakan, Rustri tak memberikan jawaban pasti. ”Dalam waktu dekat akan dibahas, nanti saya kabari,” katanya sembari tersenyum, Kamis (7/6).
Menurut dia, kesulitan mulai dirasakannya sejak kemunculan partai bernama dan lambang nyaris sama dengan ormas Nasdem tersebut. Sejak awal, banyak yang berharap ormas Nasdem mengakomodasi anggota berlatar belakang partai, PNS, dan masyarakat independen. Rustriningsih menegaskan, tidak pernah ada komunikasi sama sekali dengan Partai Nasdem.
Mengenai pengunduran diri inisiator nasional Sri Sultan Hamengku Buwono X yang juga ketua Dewan Pertimbangan dan anggota Nasional Demokrat, hal itu harus dihormati.
Kesadaran Sendiri
Terpisah, Ketua Umum DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical) membenarkan jika Sri Sultan Hamengku Buwono X telah mengundurkan diri dari ormas Nasdem.
Ical mengungkapkan, sebelumnya Sri Sultan sudah menyampaikan jika Nasdem berubah menjadi partai politik, maka dia akan keluar dari ormas pimpinan Surya Paloh tersebut. ”Ini berarti konsisten dengan apa yang beliau katakan. Sebelumnya, Sultan sudah bicara dengan saya bahwa kalau Nasdem berubah menjadi parpol maka akan mengundurkan diri,” ujar Ical di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/7).
Mantan Menkokesra ini menegaskan, mundurnya Sultan dari Nasdem bukan disebabkan dorongan dari Golkar, tapi murni karena kesadaran Sultan sebagai kader Golkar. ”Sultan dari dulu anggota Golkar. Jadi, bukan hal baru jika beliau memutuskan keluar dari Nasdem,” tambah Ical.
Fungsionaris ormas Nasdem, Akbar Faizal, bisa memahami keputusan Sri Sultan mundur dari Nasdem. Sebab, dalam kesepakatan dengan Surya Paloh, tidak pernah ada perjanjian Nasdem menjadi partai politik. ”Kesepakatan kami dengan Pak Surya adalah orang ormas Nasdem bukan Partai Nasdem,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia akan mengusulkan agar digelar rapat pleno untuk memastikan apakah Nasdem tetap menjadi ormas atau berubah haluan menjadi parpol. Jika keputusannya adalah Nasdem menjadi parpol, maka dia akan mengikuti jejak Sultan. ”Kalau dianggap parpol itu bagian ormas Nasdem, saya menolak dan saya akan mundur karena tidak pernah menyepakati itu. Saat ini saya adalah kader Hanura,” tegas Akbar. (J17,H23,J22,K32-43)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/7 Juli 2011
0 komentar:
Posting Komentar