APALAGI yang akan dicari band sebesar Koes Plus? Popularitas sudah ada digenggamannya. Manajemen produk, seperti konsep musikal, bukan masalah lagi. Lantas apa lagi? Sejak awal terbentuk dengan mana Koes Bersaudara di awal tahun 60-an, mereka memainkan rock'n roll yang oleh Bung Karno, disebut sebagai musik "ngak ngok ngok".
Konsekuensi dari tuduhan yang proimperialisme "ngak ngik ngok" inilah, empat bersaudara dinasti Koeswoyo ini yakni Tonny (alm), Nomo, Yon dan Yok harus dijebloskan ke penjara. Dan selama di pejara terciptalah lagu "Di Dalam Bui".
Bahkan saat di penjara, band ini pernah berganti nama menjadi The Guiltest.
Di tahun 60-an, di tengah kontroversi musikalitas Koes Bersaudara itulah, ada sebuah kisah yang tak banyak terungkap. Yakni tanpa sengaja mereka berempat "dipergoki" anggota The Beatles. Ya, betul The Beatles, empat pemuda Liverpool, Inggris yang fenomenal itu.
Kisahnya, saat itu Koes Bersaudara tampil di Airport Kemayoran, Jakarta, sekarang semacam kafe begitu. Lantas waktu itu, anggota The Beatles yakni Paul McCartney, John Lennon, Ringo Star dan George Harrison sedang "stop over" di Kemayoran dalam perjalanan dari London ke Australia. "Ketika melihat kami main itulah, salah satu personel Beatles berkomentar 'It's real music!" kata Yok Koeswoyo menirukan ucapan salah satu Beatles.
Tak berminat.
Tapi itu cerita lama. Kini, saat The Beatles bubar menyusul meninggalnya John Lennon dan George Harrison, Koes Plus masih berkibar. Meski kini tinggal menyisakan satu personel aslinya yakni Yon Koeswoyo. Sedangkan yang lain, Yok dan Nomo mengaku tidak berminat lagi mendirikan Koes Plus atau Koes Bersaudara.
Kini Koes Plus menemukan energi baru. Lihat saja kehadiran Sony (bas) memberi sentuhan "kebaruan" pada lagu-lagu yang hampir semuanya diciptakan oleh Tonny (alm).
Di tubuh Koes Plus sekarang, Sony bermain dengan sangat ornamentik, sehingga amat menyatu dengan pukulan drum Seno yang di beberapa bagian tampak banyak dibayangi gaya Murry di masa lalu. Ingat pola pukulan Murry yang penuh rovel itu.
Sekarang beruntung, musik Koes Plus tidak berubah dengan hadirnya 3 pemain muda. Danang tampak "patuh" pada gaya puritan Tonny Koeswoyo saat mengisi interlude baik dengan gitar atau dengan piano. Simak sound gitar pada lagu "Bunga di Tepi Jalan" (album Koes Plus Volume 4) yang spesifik itu.
Danang sengaja membiarkan sound gitarnya seperti saat almarhum Tonny memainkannya. Dan Seno juga membiarkan gaya Murry. Karena harus diakui, saat itu permainan Murry amat mencirikan musik Kooes Plus, dan menjadi amat fenomenal di Indonesia.
Tak urung drummer ini diberi penghargaan oleh majalah musik "Aktuil" sebagai drummer terbaik Indonesia tahun 70-an.
(Bambang Isti/CN 25)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/3 Juli 2011
0 komentar:
Posting Komentar