PANGKA – PG Pangka, perusahaan (pabrik) penghasil gula pasir berlokasi di desa Pangkah Kec. Pangkah, satu-satunya pabrik gula pasir yang masih eksis di Kabupaten Tegal, dahulu ada beberapa pabrik gula pasir seperti di Kemanglen, Dukuhwringin, Pagongan, Kemantran, Ujungrusi dan Balapulang, notabene adalah peninggalan Belanda. PG Pangka didirikan pada jaman kolonial Belanda pada tahun 1832 oleh pemiliknya “NV MIJTOT EXPLOITATIE DERT SUIKER FABRIKEN”, dikelola oleh NV KOSY dan SUCIER yang bekedudukan di Surakarta. Pada waktu pendiriaanya ribuan tenaga kerja pribumi dikerahkan dengan sistem kerja paksa oleh pemerintah kolonial Belanda. Berdasarkan UU Nomor 86 Tahun 1958, PG Pangka telah diambil oleh Pemerintah Republik Indonesia atau istilah popular pada saat itu “di Nasionalisasi”
Hal menarik hingga kini tentang operasionalisasi PG Pangka adalah transpotasi tebu masih menggunakan rel kereta, dibangun lebih 150 tahun yang lalu dengan lokomotif kuno bermesin uap maupun diesel, terbuat pada kisaran tahun 1915. Dijamannya, penggunaan kontruksi rel kereta dan lokomotif uap merupakan rekayasa teknologi canggih. Masih beroperasinya lokomotif kuno mengundang minat wisatawan asing yang umumnya dari eropa berkunjung ke PG Pangka. Selain tertarik dengan lokomotif tua yang masih berfungsi, mereka juga kagum pada pengolahan gula yang masih menggunakan teknologi era 1800-an, sesuatu yang langka untuk ukuran perusahaan eropa saat ini. Berkunjung ke PG Pangka adalah belajar sejarah dengan nyata, bukan dari buku atau film dokumenter. Bahkan diantara wisatawan mencoba lokomotif uap sampai berulang-ulang, bangga rasanya masih bisa menggunakan hasil karya kakek-kakek saya. Demikian pengakuannya. Anak cucu pendiri dan pengelola pabrik era kolonial Belanda juga banyak berkunjung, mereka senang bisa bernostalgia dimana orang tua dan kakeknya dulu pernah tinggal, berkunjung ke pabrik dan jalan-jalan diperkebunan tebu, sambil membayangkan kakek-kakek mereka dulu bekerja.
Fenomena yang dapat dikembangkan menjadi wisata eksklusif, bila umumnya berkunjung ke museum hanya melihat barang-barang saksi sejarah, maka melihat PG Pangka adalah bicara pada sejarah peradaban manusia yang terus berkata-kata. Atas inisiatif Laksono Hujianto, maka dicetuskan suatu ide obyek wisata dalam jingle “Loco Antik”, suatu paket wisata bernuansa langka sebagai media edukasi dan rekreasi. Loco Antik merupakan ikon representasi dari loco yang terbuat pada tahun 1927. Ditarik lokomotif tua, digunakan dalam perjalanan wisata rekreasi melihat pemandangan perkebunan tebu dengan jarak ± 10 Km. Kapasitas loko antik terdiri dari 3 gerbong kereta dengan kapasitas 75 untuk orang dewasa, sedang untuk anak-anak bisa memuat sampai 100 anak. Ada dua jalur yang ditawarkan : 1. Jalur arah Barat Laut, melintasi perkampungan dan perkebunan tebu ; 2. Jalur Timur Laut, melintasi perkebunan tebu sambil menikmati keindahan pegunungan Waduk Cacaban. Wisata loco antik ditunjang dengan kegiatan : 1. Kunjungan lebih dekat tentang proses pembuatan gula pasir dari tebu. Kegiatan ini hanya bisa disaksikan pada musim giling yaitu periode Mei sampai dengan Oktober ; 2. Presentasi deskriptif tentang sejarah PG Pangka dan tata cara baku menanam tebu; 3. Acara ekslusif yang dinantikan pengunjung, bahkan wisatawan mancanegara adalah ritual “Temanten Tebu”, acara yang dilaksanakan hanya sekali dalam setahun, tepatnya pada selamatan pesta giling (April-Mei). Ritual yang mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan sang penguasa alam. Simbol penganten tebu, diambil dari tebu milik petani dan milik PG Pangka. Satu simbol persatuan antara petani dan PG dalam menyongsong panen raya dan giling. Konon sinar wajah temanten dapat mencerminkan berhasil atau tidak dalam pasca panen, tidak percaya ? buktikan.
Obyek lain yang cukup menarik adalah “Misteri Rumah Besaran”, rumah berlantai dua tempat manajer dan perwira Belanda sebagai pembesar pada saat itu mengadakan pertemuan membahas permasalahan perusahaan dan keamanan. Bangunan langka ini sering digunakan untuk sebagai objek fotografer bahkan pernah untuk lokasi syuting film. Sekarang rumah ini ditempati oleh Administratur PG Pangka, dilantai atas ada satu ruangan yang tidak sembarangan orang bisa masuk, konon ada benda-benda keramat peninggalan Tuan Halbossh, Sosok misteri yang selalu melekat selama PG Pangka masih ada. Banyak sudah wisatawan mancanegara dan domestik berkunjung, tidak kecuali pelajar dari TK sampai mahasiswa untuk studi sejarah peradaban teknologi pengolahan gula pasir, dari proses tanam sampai produksi. Suatu pembelajaran dalam menghargai etape peradaban anak bangsa. Tidak salah memang, jika “Loco Antik” merupakan salah satu alternatif sebagai media rekreasi dan edukasi.
Sumber Berita : http://kilurahsemar.wordpress.com/category/tegal/
0 komentar:
Posting Komentar