BOYOLALI- Memasuki musim kemarau, ketersediaan air bersih di lereng Merapi semakin menyusut. Warga pun terpaksa mencari air ke sumber air terdekat atau membeli dari penjual air keliling.
Seperti dikemukakan Sigit (37), warga Desa Sukorame, Kecamatan Musuk, yang mengaku terpaksa membeli air bersih dari pengusaha mobil tangki air. Biasanya dia membeli dengan harga Rp 50.000 untuk satu tangki air kapasitas 6.000 liter. Namun kini harganya sudah naik menjadi Rp 70.000. ëíHarga air tergantung jauh dekatnya lokasi pengiriman,íí katanya.
Dijelaskan, air itu bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari selama 10 hari. Selain memasak dan mandi, juga untuk memberi minum ternak sapi serta membuat batako. Dia berharap Pemkab Boyolali segera mengirimkan bantuan air bersih karena aliran dari sumber air sudah macet.
Senada, Pono (51), warga Desa Dragan, Kecamatan Musuk, mengungkapkan, kekurangan air bersih selalu dialami warga desanya setiap musim kemarau. Warga biasanya mengandalkan air bersih dari bak penampungan air hujan. Kini bak sudah kering sehingga warga terpaksa membeli dengan harga Rp 100.000/tangki. ëíWarga yang tidak mampu harus berjalan 5 km lebih untuk mengambil air ke sumber air terdekat.íí
Ditemui terpisah, Asisten II Setda Boyolali, Juwaris, menjelaskan, Pemkab Boyolali siap menggelontorkan dana senilai Rp 156 juta untuk mengatasi kekeringan di wilayahnya. Dana ini merupakan dana bencana yang semula berjumlah Rp 250 juta.
Bencana
ëíNamun, sekitar Rp 94 juta sudah digunakan untuk berbagai bencana seperti puting beliung dan tanah longsor. Sisanya akan dimanfaatkan untuk mengatasi kekeringan dan kesulitan pangan.íí
Sebelumnya, Asisten III Setda Boyolali, Syamsudin, mengatakan, kekeringan ini mengancam setidaknya 32.000 jiwa di 11 kecamatan. Sebelas kecamatan ini rawan kekeringan air dan pangan. Kesebelas kecamatan itu adalah Wonosegoro, Juwangi, Klego, Kemusu, Karanggede, Musuk, Cepogo, Andong, Nogosari, Mojosongo dan Ampel.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) Boyolali, Wisnu Hermadi, mengatakan, antisipasi kekeringan lahan pertanian sudah dilakukan. Para petani akan diseragamkan untuk menanam palawija mulai Agustus nanti. ëíMenanam palawija dapat mengurangi konsumsi air.íí (G10-85)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/4 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar