Selasa, 05 Juli 2011

Lawangsewu dan Pengintegrasian Wisata

Tepatlah bila gedung Lawangsewu di pusat Kota Semarang, yang kemarin menyajikan kegiatan Kriya Nusantara sekaligus diresmikan pemugarannya, akan dijadikan destinasi wisata internasional. Kita menilai, gagasan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik itu merupakan tantangan realistis setelah bangunan bersejarah peninggalan Belanda itu dipugar. Setelah beberapa kali pada tahun-tahun silam revitalisasi peruntukan bangunan tersebut mewacana, sekarang sudah ada titik penting untuk memuliakannya.

Kita mencatat beberapa poin penting dari pernyataan Jero Wacik, yakni manfaat bagi kesejahteraan rakyat, promosi ke masyarakat internasional, dan nilai lebih dari sekadar objek wisata heritage. Ketiga poin tersebut saling mengait, yang berpusar pada keberadaan Lawangsewu. Namun juga mengisyaratkan, destinasi baru wisata ini tidak mungkin berdiri sendiri tanpa pengintegrasian elemen-elemen pendukungnya. Pariwisata, barang tentu, membutuhkan dukungan berupa keterjaminan kenyamanan berbagai sektor.

Pertama, bagaimana mengintegrasikan objek wisata lain di Kota Semarang dan Jawa Tengah dengan Lawangsewu sebagai salah satu unggulannya. Terdapat titik-titik utama destinasi di provinsi ini, seperti Borobudur, Prambanan, juga Karimunjawa di luar titik-titik lain yang tersebar. Di Semarang, sinkronisasi objek bisa diintegrasikan mulai dari Lawang-sewu, Kota Lama, Kelenteng Sam Poo Kong, dan Masjid Agung. Pemetaan baru oleh otoritas dan pelaku serta organizer pariwisata kiranya perlu dilakukan setelah revitalisasi Lawangsewu.

Kedua, bagaimana menjamin kenyamanan untuk menjangkau dan ketika menikmati tujuan-tujuan wisata. Infrastruktur transportasi, misalnya, merupakan syarat utama. Lalu kemudahan akses ke sejumlah destinasi. Mulai dari pintu pelabuhan, stasiun, dan bandar udara, hingga semua jalan darat. Bukankah citra manajemen pariwisata akan dinilai sejak kedatangan di pelabuhan-pelabuhan laut, udara, dan darat, sampai pelayanan di objek tujuan? Keterpaduan itu akan menunjukkan seberapa besar keberpihakan kita kepada sektor ini.

Isian kegiatan di destinasi wisata juga akan menjadi daya tarik tersendiri. Agenda apa saja yang kelak mengisi revitalisasi Lawangsewu, sehingga bukan sekadar objek wisata mengenai gedung warisan budaya. Bagaimana menyinkronkan, misalnya dengan Semarang Night Carnival yang sudah digelar untuk kali pertama dua bulan lalu. Juga dengan rentetan kegiatan budaya di Kota Solo dengan Ba-tiK Carnival-nya, atau di Pekalongan dengan Parade Batik-nya? Semua merupakan bagian dari tawaran tentang living tourism.

Langkah penting sudah diayunkan dengan mempromosikan Lawangsewu sebagai bagian dari promosi Kota Semarang, termasuk dalam lanskap Visit Jateng Year 2013 nanti. Selanjutnya, bagaimana menyusun agenda revitalisasi dalam aneka kegiatan untuk menarik sebanyak mungkin pengunjung. Kesuksesan promosi dan revitalisasi Lawangsewu, kita yakini bakal menyemangati Pemerintah Kota Semarang untuk menyusun agenda serupa terhadap situs-situs Kota Lama yang selama ini masih menuai kritik: penyelamatannya kurang jelas!
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/6 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar