Sabtu, 23 Juli 2011

Pukulan Persahabatan ke Perut Limbad dan Surat Emak

BUPATI Tegal Agus Riyanto dijadwalkan menjalani sidang perdana kasus Jalingkos, Rabu (13/7) ini pukul 09.00. Banyak dukungan mengalir, salah satunya  bintang The Master, Limbad.
Tepat pukul 13.00, lelaki berbaju hitam dan berwajah sangar itu menginjakkan kaki di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kedungpane, Semarang. Berbeda dengan penampilannya di televisi, The Master Limbad ini terlihat lebih kurus. Mungkin, model rambut gimbalnya memengaruhi kesan kurus itu dibanding ketika tampil dengan dandanan kriwil acak-acakan.
Magician berjuluk Master of Faqir itu bermaksud mengunjungi Agus Riyanto yang ditahan sejak Selasa 28 Juni silam. Pria kelahiran Tegal, 6 Juli 1972 itu memang teman lamanya.
Setelah beberapa saat menunggu, didampingi manajernya, Ismail, sosok hitam bergimbal itu pun masuk ke dalam. Meninggalkan puluhan warga sekitar LP yang tiba-tiba berkerumun setelah mengetahui Limbad datang. Keriuhan berganti di pos pemeriksaan pengunjung. Para petugas penjara terlihat berfoto ria dengan Limbad.
Di ruang bezuk, Agus Riyanto telah menunggu. Pria kelahiran Tegal 16 Agustus 1965 itu kelihatan segar dengan kaus putih bermotif garis di depan. Limbad yang tiba tak berapa lama kemudian, langsung disambut dengan tawa lepas, kemudian cipika cipiki dan diakhiri pukulan pelan di perut sang magician. "Ini pukulan persahabatan, kebiasaan lama yang kami tradisikan sejak dulu," kata Agus seraya mempersilakan tamunya duduk.
Akrab
Layaknya sahabat yang lama tak bersua, keduanya langsung terlibat dalam pembicaraan akrab. Canda tawa membalut perbincangan empat mata dalam ruang berukuran 10 x 10 meter itu. Dua lelaki itu memang meminta izin mojok sendiri. Tak mau diganggu siapa pun.
Tidak juga Istrinya, Marhamah, yang datang setengah jam kemudian bersama putri keduanya, Dian Aulia. Dari kejauhan, obrolan diselingi aksi tukar rokok dan berfoto ria itu nampak menyenangkan. Limbad mengatakan tahu Agus ditahan dari Ismail yang membaca running text di salah satu stasiun TV swasta. Limbad mengaku kaget. Pasalnya baru saja pada 29 Mei, keduanya tampil bareng dalam malam penutupan HUT Ke-430 Kabupaten Tegal di Lapangan Kalibliruk, Asrama Polisi, Slawi.
Agus Riyanto, saat itu tampil bersama band-nya G-One diakhiri atraksi sulap mendebarkan dari Limbad. Sejak tahu penahanan sang bupati, Limbad meminta manajernya mencari waktu untuk berkunjung ke Semarang.
Tak melulu, soal kekinian, obrolan hangat itu juga melayang ke masa silam. Masa ketika Agus belum menjadi bupati, dan Limbad masih seorang pesulap lokal yang belum terkenal. "Kami saling pesan, saya minta Mbah Liem (panggilan akrab Limbad) terus berkembang untuk membuat bangga rakyat Tegal. Begitupun Mbah, mendukung saya untuk melewati ujian ini dengan tabah," tutur bapak tiga putri ini.
Setelah Limbad pulang sekitar pukul 15.30, barulah giliran Dian Aulia melepas rindu pada sang ayah. Haru menyelimuti hati Bupati tegal itu. Pasalnya, hari ini ketika dirinya menjalani sidang, di waktu bersamaan, putrinya mewakili Tegal dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang juga bertempat di Semarang. "Kami sama-sama berjuang Nak," katanya seraya mengelus kepala siswi SMA Negeri 1 Slawi itu.
Sementara, Marhamah kemarin tidak banyak berucap. Nampaknya dua pot tanaman bonsay yang dibawakannya dari rumah itu sudah cukup mewakili perasannya melihat sang suami sebentar lagi duduk di kursi pesakitan. Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) ini memang pecinta bonsay.
Di rumahnya, ratusan bonsay berbagai jenis dan ukuran bertebaran yang dikoleksinya sejak 15 tahun silam. "Di rumah tidak ada yang merawat, istri saya membawakan secara berkala untuk saya rawat di sini. Sekadar mengisi waktu luang," kata Agus yang mengaku sudah dua hari terserang flu ini.
Kemudian, tanpa disangka, sang istri menyodorkan satu lagi buah tangan. Sepucuk amplop berisikan sobekan kertas folio. 
Tanpa disebutkan dari siapa, putra almarhum Makdori itu sudah mengenali tulisan yang tergurat di sana. Ruangan seketika bisu menyaksikan Agus terduduk kelu. Hj Suciati (60), wanita yang melahirkannya di Dukuh Karangbenda, Desa Margasari, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal itu menuliskan:
Emak prihatin ngelingi kowe gus, tiap wektu berdoa, ngaji nganggo kowe. Semoga Allah maringi bebas soko masalah apapun. Insyaallah Agus diparingi diatas garis kebenaran. Gus, emak pesen yen arep mlebu kamar sidang tetep sopan, sebut asma Allah lan Muhammad. NB: Kowe Agus sing tetep anake aku. Agus sing wedi nglakoni salah. (Anton Sudibyo, Modesta Fizka-53)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/13 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar