Senin, 09 Januari 2012

Menilik Dari Dekat Aksi Protes Warga Desa Kemantran

Penggalian saluran air, tak selamanya berdampak positif. Salah satu dampak negatif, seperti yang dirasakan warga Desa Kemantran Kecamatan Kramat. Dimana setelah penggalian itu justru menimbulkan kerusakan jalan. Lalu ?

LAPORAN : YERI NOVEL
KRAMAT - Bekas galian saluran air bersih yang berada di pertigaan Desa Kemantran Kecamatan Kramat, dikeluhkan sejumlah warga sekitar. Pasalnya, bekas galian berupa tanah liat itu, tidak dikembalikan seperti semula. Sehingga, warga pun kesal dan  meluapkan aksinya dengan menanami sebuah pohon pisang yang diberi tulisan "Mas Tolong Kami."
Selain tulisan, sejumlah makanan ringan juga tampak digantungkan di tangkai daun tanaman tersebut. Aksi itu, berlangsung sejak Jumat (6/1) lalu. Warga tidak terima, melihat kondisi jalan yang dirusak oleh oknum tidak bertanggung jawab yang akibatnya meresahkan masyarakat.
H Udin (56), warga Desa Kemantran RT 03 RW 02, Sabtu (7/1), mengungkapkan, proyek pengadaan saluran air bersih yang melintas di desanya, sangat mengganggu aktifitas pengguna jalan. Gorong-gorong yang sudah digali, tidak dibetulkan kembali. Dengan begitu, kendaraan yang melintas sangat terganggu karena jalannya tampak rusak dan licin. Terlebih, pada saat jam padat kendaraan seperti pagi dan siang hari. Pertigaan Kemantran akan terlihat macet layaknya di kota-kota besar. Belum lagi, ketika ada kendaraan berat yang memuat material melintas di jalur tersebut. Tentunya, jalan akan semakin padat dan sulit dilewati.
"Proyek ini (saluran air, Red) tidak betul. Kontraktor tidak memikirkan rakyat termasuk pengguna jalan. Kami sangat terganggu dengan bekas galian saluran air bersih ini," cetusnya.
Dia meminta, pelaksana proyek atau kontraktor yang bersangkutan, segera mengembalikan lagi ke kondisi semula, termasuk jalan aspal yang kini sudah berlubang. Tanah liat yang menumpuk di tepi jalan, juga harus dipindahkan. Apabila tidak dilakukan dalam waktu singkat, pihaknya mengancam akan melakukan protes dengan aksi yang lebih dari pada aksi sekarang ini.
Untuk instansi terkait, menurut dia, mestinya juga menegur kontraktor yang sepertinya asal-asalan dalam mengerjakan penggalian tanah tersebut. Sebab, selain sudah menghambat aktifitas pengendara, juga kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
"Semenjak ada bekas galian ini, di pertigaan Kemantran sering terjadi kecelakaan. Meskipun tidak ada korban jiwa, namun sudah merugikan materi pengguna jalan," ujarnya.
Kepala Desa Kemantran, Sumici, ketika dihubungi wartawan, juga mengatakan hal senada. Pihaknya dengan tegas meminta pertanggungjawaban atas penggalian tanah di wilayahnya yang sudah merugikan sejumlah warganya. Termasuk pengguna jalan yang kerap terperosok masuk ke dalam tumpukan tanah liat yang berada di tepi jalan. Selain itu, pengendara yang melintas dari arah barat menuju ke utara, juga merasa kesulitan karena terhambat dengan lubang jalan bekas galian proyek tersebut. Terpaksa, pengendara pun mengantri yang akibatnya mengalami penumpukan kendaraan.
"Saya memang ada rencana mau menghubungi kontraktornya. Tapi saya tidak punya nomer handphonenya," imbuhnya.
Kepala UPTD PU Kramat, Nurkholis, melalui Kasubag TU, Sugiarto, mengaku, terkait penggalian saluran air bersih, bukan merupakan wewenangnya. Akan tetapi, terkait penggalian tanah atau jalan aspal di wilayahnya, merupakan wewenangnya. Namun demikian, sejauh ini tidak koordinasi antara pihak kontraktor yang bersangkutan dengan UPTD setempat. Sehingga, dirinya sama sekali tidak tahu.
"Intinya, kami belum menerima adanya laporan mengenai penggalian tanah yang digunakan untuk saluran air. Mungkin, koordinasinya dengan pusat," kata dia menjelaskan singkat. (*)
sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar