SETIAP wanita pasti menyadari mata merupakan jendela kecantikan. Karenanya, berbagai upaya dilakukan demi menjaga mata terlihat bening dan indah.
Tak salah karena kecantikan merupakan konsep estetik sehingga mudah tertangkap mata. Wanita menjadi kurang beruntung bila tak terlihat cantik di mata orang lain. Para make up artist mengatakan, tidak perlu berdandan lengkap hanya untuk terlihat segar. Sebaliknya, fokuskan kosmetik pada mata dan voila!
Tanpa harus menggunakan seluruh rangkaian tata rias, Anda bisa terlihat cantik dan segar. Sayangnya, masih banyak wanita yang tidak menyadari bahaya yang mengancam kecantikan mata. Dengan senang hati, mereka membubuhkan perona mata untuk menonjolkan pesona tanpa melakukan perawatan sesudahnya. Hasilnya, mata tampak merah dan kulit di sekitar mata mudah menggelambir. Problem lain pun datang mengancam kecantikan mata. Contohnya, kantong mata yang mengendur dan terlihat hitam, kelopak mata yang tak lagi kencang, dan keriput di sudut mata.
"Kondisi kulit di seputar kelopak mata sangat sensitif. Jadi perlu diperhatikan dan dirawat dengan baik. Menggunakan produk kosmetik yang dibersihkan sehingga mata tidak teriritasi. Kalau memang pada orangtua, kantung mata adalah satu bagian dari proses aging, di mana terjadi degenerasi pada lemaknya," ungkap Dr Gitalisa Andayani SpM, Departemen Mata FKUI/RSCM di acara "Woman Health Expo & Bazaar 2010" di Puri Agung Sahid Jaya Hotel, beberapa waktu lalu. Selain penggunaan kosmetik yang tidak tepat. Problem yang timbul di seputar mata diakibatkan karena faktor usia, gaya hidup, polusi udara, juga akibat radiasi sinar ultraviolet (UV). Bila sudah begini, beragam cara dilakukan agar mata senantiasa tampak cantik dan sehat. Tak jarang pemakaian obat tetes mata secara terus menerus menjadi salah satu solusi agar mata tampak bercahaya. Tapi apakah aman bila dilakukan secara rutin?
"Jakarta memang penuh polusi, saya pun sering mengalami mata merah, ini masuk ke dalam iritasi ringan (dry eyes), sehingga kadang-kadang kita berikan obat bebas maka akan mengurangi merahnya. Namun itu perlu diwaspadai, karena sebenarnya obat-obat itu memang mengandung bahan yang bisa mengerutkan pembuluh darah. Tidak bagus. Namun bisa digunakan bila peradangan mata sudah berat, jika merah dan berair," jelas Dr Gitalisa.
Pemakaian obat tetes mata bukanlah satu-satunya cara mempertahankan kecantikan mata. Bekerja terus-menerus di depan komputer dan terpapar pendingin ruangan bisa membuat mata lelah, sehingga menurunkan fungsi penglihatan, dan tentu saja kesegaran mata. Salah satu cara alami adalah mengistirahatkan mata.
"Tapi bila dengan istirahat dan menutup mata sudah berkurang, maka tidak perlu memakai obat tetes mata. Karena mata kita memiliki kemampuan alami untuk mengatasi iritasi ringan. Dan jeleknya, obat tetes mata jika digunakan terlalu sering, dia mengandung bahan-bahan kimia, dan pengawet, yang akan menambah iritasi dalam jangka panjang," tutup Dr Gitalisa.
Masyarakat harus waspada menggunakan obat tetes mata yang mengandung corticosteroid. Sebab, pemakaian sembarangan dan tanpa petunjuk dokter dapat menyebabkan penyakit glukoma yang bisa berujung pada kebutaan. Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis mata Admadi Soeroso dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, di Solo, baru-baru ini.
"Glukoma merupakan sejenis kerusakan mata yang disebabkan tekanan cairan terlalu tinggi di dalam bola mata dan berdampak pada kerusakan sel retina maupun serabut saraf sehingga ruang penglihatan menjadi semakin sempit dan akhirnya buta," jelas Admadi seperti dikutip BKKBN online.
Di Indonesia, kini penyakit glukoma merupakan penyebab kebutaan nomor tiga selain katarak dan refraksi. Menurut Admadi, salah satu penyebabnya adalah penggunaan obat tetes mata secara serampangan dan tanpa petunjuk dokter.
Masalahnya, masyarakat Indonesia masih bisa membeli obat tetes mata secara bebas. Termasuk pula, obat tetes mata yang semestinya harus menggunakan resep dokter. Padahal, jika tetes mata itu termasuk jenis obat keras dan digunakan dalam waktu lama akan sangat berbahaya bagi pengguna.
Admadi mengingatkan, glukoma pada umumnya tidak diawali gejala-gejala khusus. Bahkan glukoma kerap tanpa gejala sama sekali. "Sehingga dalam banyak kasus, glukoma baru terdeteksi setelah si penderita mengalami kerusakan mata serius," katanya.
Tiba-tiba penderitanya mengalami penyempitan penglihatan dan akhirnya mengalami kebutaan. Admadi mengingatkan, bila penanganan telah terlambat, glukoma tidak mungkin lagi disembuhkan baik dengan pengobatan maupun operasi sekalipun. Penyebabnya, karena sel endotel trabekular meshwork-nya telah hilang.
Untuk mencegahnya, Admadi menyarankan, masyarakat harus rajin memeriksakan tekanan bola mata ke dokter. "Khususnya bagi mereka tergolong berisiko tinggi. Seperti penderita tekanan darah tinggi arterial dan mereka yang sering menggunakan obat tetes mata," jelasnya.
Penggunaan obat tetes mata yang mengandung steroid dalam jangka panjang bisa membutakan mata. Untuk itu, berhati-hatilah menggunakan obat tetes mata pada anak-anak, demikian peringatan yang disampaikan Ketua Perdami (Perhimpunan Dokter Mata Indonesia) DIY Prof dr Suhardjo, SU, SpM (K), di Yogyakarta.
Mengingat bahwa saat ini semakin banyak jenis penyakit mata yang membutuhkan pemberian obat tetes mata sebagai pilihan pengobatannya. Hendaknya orangtua harus lebih waspada terhadap pemberian obat tetes mata pada anak. Para orangtua harus sadar bahwa masing-masing obat tetes mata itu memiliki indikasi yang berbeda-beda.
Biasanya, obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid, diberikan pada penderita yang alergi, konjungtivitis, uveitis, pseudotumor, sarcoidosis dan sindroma Behcet.
Apabila penggunaan obat tetes mata, inhalasi dan obat minum mengandung kortikosteroid itu digunakan tidak sesuai aturan dalam dua bulan berturut-turut atau lebih, maka akan menyebabkan glaukoma jenis sudut terbuka dan bisa menimbulkan kebutaan. Kebutaan pada glaukoma ini tidak dapat dipulihkan alias kebutaan permanen.
Selain itu, obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid dapat juga menyebabkan kulit kelopak mata menjadi atropi, tukak lambung, insomnia, ptosis, kerusakan kornea, retardasi mental, jerawat, hipertensi dan pikosis. (fn/vs/rs/if)
Sumber Berita : www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar