MOSKWA- Pendaki difabel asal Solo, M Sabar, berhasil mencapai Puncak Elbrus, 17 Agustus lalu. Pria dari Kampung Gendingan, RT 3 RW 16 Kelurahan/ Kecamatan Jebres, itu membentangkan bendera Merah Putih begitu menginjakkan kaki di puncak gunung tertinggi di Eropa pukul 16.45 waktu setempat.
Gunung Elbrus terletak di kawasan Kaukasus, Rusia. Gunung ini terletak di dekat perbatasan Rusia dan Georgia. Puncaknya berketinggian 5.642 m di atas permukaan laut.
Detik-detik menegangkan menjelang pencapaian Sabar itu bisa dilihat di situs Youtube.
Video pendakian diunggah oleh Tim Ekspedisi Merdeka dimana pria kelahiran 9 September 1968 ini tergabung.
Tidak banyak kata yang diucapkan Sabar saat berada di Puncak Elbrus selama lima menit. Dia berpelukan dengan dua pendaki Rusia yang memandu selama empat hari pendakian.
Ketua Tim Ekpedisi Merdeka Budi Cahyono juga memeluk Sabar. Begitu pula pendaki lain dari Unnes Semarang yang berbeda tim.
Memakai jaket tebal, sarung tangan, dan kacamata, Sabar merebahkan diri di atas salju. Pria yang kehilangan kaki kanan dalam kecelakaan kereta api tahun 1989 itu kemudian shalat dua rakaat. “Sik tak salat sik (Sebentar, saya salat dulu),” kata Sabar dalam video berdurasi sekitar empat menit tersebut.
Pria yang akrab disapa Kang Sabar itu beberapa kali terjatuh sebelum sampai di puncak. Tongkat di tangan kanannya bahkan sempat terlepas.
Memegang erat Merah Putih di tangan kiri, dia terus berjalan tak mengindahkan tiupan angin kencang. Suhu udara tercatat minus 15 derajat celcius.
Promotor Tim Ekspedisi Merdeka Teguh Santosa bersyukur Sabar yang cacat fisik berhasil menaklukkan Puncak Elbrus. Meski tertunda, Kang Sabar dapat mewujudkan tekad mendaki gunung itu.
“Saya melihat Sabar perlu didukung karena memiliki keinginan sangat kuat. Saya sempat menemani sampai ketinggian 2.500 mdpl. Lalu kami kembali memantau dari Moskwa karena jaringan komunikasi ke puncak lebih bagus,” kata Teguh yang masih berada di Moskwa.
Telewicara
Sabar saat ini berada di KBRI Moskwa. Dia telah bercakap-cakap dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 18 Agustus lalu.Telewicara itu tertunda dua kali karena faktor cuaca yang buruk. Pada tanggal 16, terjadi badai di Elbrus sehingga komunikasi tak bisa dilakukan.
Saat Sabar mencapai puncak, telewicara kembali gagal dilakukan. “Waktu teleconference, Sabar sudah turun ke ketinggian 2.500 mdpl. Komunikasi dengan Presiden bisa berjalan normal. Ngomongnya juga jelas,” ujar Teguh.
Pada 3 Desember 2009, Sabar menjadi buah bibir berkat aksi pemanjatan apartemen Solo Paragon yang memiliki tinggi 96 meter. Bangunan 25 lantai itu dipanjat dalam rangka memperingati Hari Penyandang Cacat Sedunia.
Ayah Novalia Eka Sadriani ini berlatih panjat tebing bersama mahasiswa di kompleks Kampus UNS Kentingan sejak 1995. Dia sering mendapat pekerjaan membersihkan jendela atau mengecat gedung-gedung bertingkat. (dtc,D11-65)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/22/156886/
0 komentar:
Posting Komentar