”UDAH lama jadi tukang tambal ban?” tanya saya kepada tukang tambal ban. Sama-sama muda. Sebaya.
”Udah lama Ustadz. Dua tahun.”
”He he he, itu betah...”
”Ga ada pilihan Stadz. Lulus 2000, nganggur 6 tahun. 2006 kawan buka tambal ban. Yah, lumayan.”
”Berapa penghasilan sebulan?”
”Harian, Stadz. 15rb.”
”Ya udah, tambah dah dulu anginnya. Depan belakang. ”
Dialog kecil ini kira-kira terjadi di 2008 pertengahan. Mobil saya ban nya kempes. Usai nambah angin, saya pamitan sambil ngasih nasihat kecil... ”Kalau mau banyak penghasilan, banyak rizki, coba baca Waaqi’ah. Saban hari 2x. Pagi sore. Ba’da shubuh, ba’da ashar...”.
Saya pamit, dan ga ketemu lagi nih sama tukang tambal ini. Sampe kemudian tanggal 7 Juni 2009, ada surat undangan tausiyah masuk ke meja saya. ”Dimohon kehadirannya untuk sekalian meresmikan supermarket saya...”. Demikian isi surat tersebut.
Tahukah Saudara? Pemilik supermarket yang minta diresmikan oleh saya itu, dialah tukang tambal ban yang ketemu di pertengahan 2008. Wow...!!! Subhaanallaah...!!! Cepat sekali perubahannya. Dalam pertemuan kemudian, beliau bercerita, bahwa semenjak saya pulang, dia ngedawamin (ngebiasain) baca Surah Waaqi’ah. Surah ke-56. 2x sehari. Akhirnya kemudian biasa, dan jadi hafal.
”Setelah hafal, saya baca berkali-kali, sebanyak-banyaknya. Saya pun akhirnya berburu CD Ustadz, ceramah Ustadz. Saya perbaiki shalat saya. Ke masjid, berjamaah, plus qobliyah ba’diyah. Dhuha sama tahajjud jadi kerjaan utama saya. Saya sadar, ketinggalan saya di urusan ibadah. Mungkin kalau dari dulu, sejak pelajar gitu, ga bakal saya nganggur sampe 6 tahun. Sekalinya kerja, — maaf ñ jadi tukang tambal ban. Ga sesuai dengan S1 saya. Allhamdulillah kemudian Allah bener-bener buka rizki saya.”
Memang, pas dia cerita soal nganggur 6 tahun, di situ saya lihat masalahnya. Bukan soal tambal ban nya. ini pekerjaan MULIA, dan pekerjaan BESAR. Tapi memang ada apa-apa mesti dalam diri dia. S1, tapi cari kerja susah. Cuma saat itu ga panjang kalam. Nasihat kecil saya, hanya sebaris dua baris saja.
Saudara, dalam kaitannya dengan Alquran dan Malam Kemuliaan, yakni Lailatulkadar, kita bisa belajar dari kisah kecil ini. ”Hanya” dengan mendawamkan (membiasakan) baca Surah al Waaqi’ah, Allah memberinya kekayaan. Bisa buka supermarket, padahal tadinya ”hanya” tukang tambal ban dengan penghasilan 15 ribu. Saya beri tanda kutip, sebab masih perlu didiskusikan lebar kali panjang. Tapi yang mau saya katakan, perubahan itu benar-benar terjadi, sejak dia mulai baca dan biasakan baca Surah al Waaqi’ah.
Bacaan Mulia
Satu jawaban sederhana adalah Alquran itu adalah bacaan mulia. Bukan sembarang bacaan. Dan Alquran juga bacaan penuh berkah. Lihat surah Alqadr dan ad-Dukhon, ayat 1-3. Turunnya di malam yang mulia, malam yang juga penuh berkah. Alqurannya sendiri sudah mulia dan berkah, turunnya pun di malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Pantas saja, walaupun ”hanya” membaca, efeknya dahsyat sekali.Di antara Saudara mungkin akan ada yang bersuara... Maaf, Ustadz. Kalo begini, nanti orang hanya baca Surah al Waaqi’ah. Padahal Alquran kan 114 Surah. Kedua, kalo hanya baca, ga ngerti, kan percuma? Ga ada efeknya.
”Saudara sekalian, tadinya dia ga baca sama sekali loh... Lumayan kan...? Saya atas izin Allah sudah mendorong beliau untuk baca Al-Waaqi’ah. He he he, silahkan Saudara melengkapi nasihat ke beliaunya, agar mau baca yang lainnya juga. Jika disebut tidak ada efeknya, Saudara perlu tahu, orang ini ga ngerti apa itu arti Al-Waaqi’ah. Dia hanya konsen baca. Ga lebih. Ga ada juga upaya untuk membaca terjemahannya. Dan inilah kiranya dakwah. Silahkan lanjutkan dan sempurnakan dengan dakwahan yang lain. Lagian pun, ga bener ga ada efeknya. Bacaannya itu rupanya sudah mendorong dia untuk beribadah yang lain. Subhaanallaah, ga ngerti aja pengaruhnya dahsyat, apalagi ngerti. Baca hanya Waaqi’ah saja udah dahsyat, apalagi mau baca juga yang lain...”
Demikianlah Alquran. Dia memang tidak sama dengan bacaan lain. Setiap hurufnya, sungguh ada keberkahan. Silahkan baca, biasakan baca. Saudara akan punya keberkahan baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa Saudara bisa mendapatkannya. Apalagi tadi, Saudara kemudian mau mencoba memahami, menghafalkan, mengamalkan, dan mengajarkannya. Tentu akan lebih berkah lagi. Salam. (34)
— Ustadz Yusuf Mansur, pengasuh Pesantren Tahfidz Daarul Quran Pusat Tangerang
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/25/157247/
0 komentar:
Posting Komentar