TRIPOLI-Pertempuran baru kemarin pecah di Tripoli setelah putra Muammar Gaddafi, Saif al-Islam, secara mengejutkan muncul. Padahal, sehari sebelumnya pihak oposisi Libia dan Mahkamah Kejahatan Internasional mengklaim dia telah tertangkap.
Baku tembak senjata berat terjadi di sekitar markas dan barak militer Gaddafi di Bab al-Aziziyah. Laporan terakhir yang diperoleh hingga pukul 23.50 WIB semalam menyebutkan, milisi pejuang berhasil memasuki kompleks Bab al-Aziziyah setelah mematahkan pintu gerbang pertama, namun mereka belum menemukan Gaddafi dan Saif.
Pihak pejuang oposisi mengklaim menguasai sebagian besar wilayah Tripoli dan merayakan keberhasilan mereka di Lapangan Hijau sejak Senin lalu. Namun, kini mereka kembali mendapat tekanan keras dari pasukan yang loyal kepada Gaddafi dari berbagai sudut kota dengan tembakan mortir dan senjata berat. Belum diketahui berapa jumlah korban jiwa dalam pertempuran baru tersebut.
Juru bicara pejuang Mohammed Abdel-Rahman yang berada di Tripoli menyatakan bahaya masih mengancam sehingga perlu bersikap hati-hati dalam menghadapi perlawanan. “Barisan pasukan Gaddafi ditempatkan di pinggiran Tripoli dan siap merangsek ke pusat kota,” ujarnya.
Nasib WNI
Dalam situasi keamanan Tripoli yang tidak menentu, pihak oposisi melarang sebuah kapal penyelamat warga asing merapat ke Tripoli dengan alasan kondisinya terlalu berisiko. Akibatnya, ribuan waga asing terlantar di kedubes mereka masing-masing dan menunggu kabar lebih lanjut.
“Kami kira pelabuhan sudah dikuasai oleh oposisi karena sebelumnya Dewan Transisi Nasional (NTC) mengizinkan kami merapat ke Tripoli. Namun ternyata, semalam mereka meminta kami menunggu karena situasinya masih rawan,” ungkap Jean Phillipe Chauzy, juru bicara Organisasi Migrasi Internasional yang mencarter kapal itu, di Jenewa, kemarin.
Sekitar 1.700 warga Filipina, 2.000 Bangladesh, dan 2.000 Mesir meminta segera diselamatkan dan saat ini sedang menunggu di kompleks kedubes masing-masing di Tripoli.
Sementara mengenai nasib WNI, pihak KBRI di Tunis, Tunisia, menyebutkan masih ada 19 WNI yang berada di Tripoli saat ini. Evakuasi mereka terkendala oleh putusnya sambungan telepon dan penutupan jalur evakuasi dalam beberapa hari terakhir namun mereka dipastikan aman.
“Dalam beberapa hari terakhir, kondisi komunikasi dengan WNI di Libia memburuk. Sambungan telepon terputus mulai 16 Agustus 2011 dan baru mulai tersambung lagi 22 Agustus,” ungkap staf KBRI Tunis, M Yazid.
Sejak Senin (22/8), pemerintah Tunisia menutup perbatasan Ras Jedir yang menjadi jalur utama evakuasi WNI. Dengan ditutupnya pintu perbatasan Ras Jedir, upaya evakuasi WNI ke Tunisia tidak dapat dilakukan untuk sementara waktu.
Gempuran NATO
Pemerintah AS yakin 90 persen wilayah Tripoli dikuasai pihak pejuang oposisi, sementara pasukan yang loyal kepada Gaddafi masih menguasai sebagian kecil ibu kota itu, Sirte, dan Sebha di Libia selatan. Seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan situasi terkini tersebut.
Pasukan loyalis masih aktif, bahkan menembakkan sebuah rudal Scud jarak pendek dari posisi dekat Sirte yang merupakan kampung halaman Gaddafi dan masih berada di bawah kekuasaannya hingga sekarang.
NATO berjanji akan terus memberi dukungan dengan serangan udara hingga seluruh pasukan Gaddafi menyerah atau kembali ke barak mereka. Dalam dua hari terakhir, jet-jet tempur NATO setidaknya telah menggempur sedikitnya 40 target di dalam dan sekitar Tripoli. Ini merupakan angka gempuran terbanyak dalam satu lokasi kota sejak aksi gempuran NATO mulai dilancarkan Maret lalu.
Pihak oposisi mengirimkan bala bantuan ke Tripoli dari utara, selatan, dan tenggara. Seorang komandan pejuang menuturkan, lebih dari 4.000 personel diterjunkan untuk membantu pejuang yang sudah berada di dalam kota Tripoli.
Di luar Tripoli, hampir seluruh wilayah di Libia timur dan barat kini dikuasai opisisi. Wilayah timur mulai dari perbatasan Mesir hingga Benghazi jatuh ke tangan pejuang sejak awal pergolakan.
Dalam beberapa pekan terakhir, milisi pejuang menguasai Pegunungan Nafusa dekat perbatasan dengan Tunisia. Dari kawasan pegunungan itulah, mereka merangsek maju memasuki Tripoli pada Minggu (21/8) lalu. (ap,rtr,dtc-sep-38)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/24/157130/
0 komentar:
Posting Komentar