TRIPOLI - Kubu oposisi, kemarin, menjanjikan hadiah Rp 11 miliar bagi siapa saja yang berhasil menangkap Muammar Gaddafi. Janji tersebut diutarakan sesaat setelah pemimpin Libia itu, melalui pesan suara, mendesak para pendukungnya agar tetap bertempur untuk mempertahankan ibu kota.
Hingga kemarin malam pertempuran sengit masih berkobar di seantero Tripoli. Pasukan loyalis Gaddafi menembakkan roket dan senapan mesin ke arah pejuang oposisi di Bab al-Aziziyah yang sedang memburu Gaddafi dan anak-anaknya.
Di bagian selatan dan tengah ibu kota, termasuk di garis depan baru arah timur bandara, baku tembak tak terhindarkan. Sementara itu, dua ledakan mengguncang kota saat jet NATO melintas.
Belum jelas sasaran yang dituju NATO. Namun sebuah laporan TV Al-Arabiya yang belum dapat dipastikan menyebutkan pendukung Gaddafi menembaki Kota Zuara dan Ajelat, sebelah barat ibu kota.
Keberadaan Gaddafi masih belum diketahui. Tokoh eksentrik itu diperkirakan memiliki pendukung kuat di dua kota lain, Sirte dan Sabha. Dalam pesan audio yang disiarkan pada Selasa malam waktu setempat dia bersumpah akan berperang sampai menang atau menjadi martir.
Tembakan di Rixos
Kemarin pagi, tembakan kembali terdengar di dekat Hotel Rixos Tripoli tempat 35 warga asing, sebagian besar wartawan, tinggal. Wartawan Reuters yang berada di kawasan itu mengaku mendengar tembakan senapan dan senjata berat antipesawat yang digunakan kedua kelompok dalam menghadapi sasaran di darat.Seorang pemimpin oposisi kepada AFP mengatakan, para pendukung Gaddafi bersembunyi di jalan menuju bandara. Penduduk Tripoli yang mempersenjatai diri tetap waspada dan terus berada di pos penjagaan.
Sementara para pemimpin Barat belum berani mengumumkan kemenangan oposisi, sejumlah kekuatan internasional yang berada di Benghazi sudah tak sabar untuk melakukan pengalihan aset Libia.
Prancis bekerja sama dengan Inggris dan sekutu lainnya, kemarin telah menyusun draf baru resolusi PBB yang akan digunakan untuk melonggarkan sejumlah sanksi dan pembekuan aset yang dikenakan saat Gaddafi berkuasa. Kubu oposisi menyatakan, mereka akan segera memulihkan kegiatan ekspor minyak.
Di Benghazi, Ketua Dewan Nasional Mustafa Abdel Jalil kemarin menekankan pentingnya segera menemukan Gaddafi yang diyakini masih berada di Tripoli. Jalil yang menjadi salah satu menteri Gaddafi sebelum membelot Februari lalu, berjanji akan mengampuni semua pendukung rezim jika berhasil menangkap atau membunuh Gaddafi.
Dia menambahkan, seorang pengusaha menyediakan hadiah dua juta dinar (sekitar Rp 11 miliar) bagi siapa pun yang menangkapnya.
”Bagi siapa pun yang membunuh atau menangkap Gaddafi, rakyat akan memberi amnesti atau pengampunan bagi segala kejahatan yang dilakukan,’’ kata Jalil dalam konferensi pers di Benghazi.
Berencana Menghilang
Abdel Salam Jalloud, sekutu dekat Gaddafi yang membelot dua pekan lalu, kepada Al-Jazeera mengatakan bahwa pemimpin veteran itu berencana menghilang sebelum melancarkan perang gerilya jika pasukan NATO telah ditarik.”Saya yakin dia masih di Tripoli,” kata Jalloud. ”Pejuang harus membuka jalan, setelah mereka membuka jalan maka dia kemungkinan akan mengenakan pakaian wanita dan meninggalkan Tripoli untuk menuju Aljazair atau Chad.’’
”Dia mabuk kekuasaan,” imbuhnya. ”Dia pikir dia bisa menghilang di Libia dan ketika pasukan NATO ditarik dia percaya dia bisa mengumpulkan kembali pasukannya dan melancarkan perlawanan. Dia pikir dia bisa kembali berkuasa.
Oposisi menyadari perpecahan yang terjadi di antara gerakan-gerakan anti-Gaddafi menjadi ancaman bagi harapan demokrasi yang stabil. Kelompok itu pun kemudian menekankan keinginannya untuk bekerja sama dengan eks loyalis Gaddafi dan menghindari pengusiran elite berkuasa yang terguling yang menandai terjerumusnya Irak ke anarki sektarian setelah 2003.
Namun untuk mempromosikan persatuan, menghilangkan pengaruh Gaddafi dan keluarganya merupakan prioritas.
Seorang komandan oposisi di Tripoli mengatakan Gaddafi mungkin berada di suatu tempat di sebelah selatan ibu kota itu, tempat bentrokan berlangsung. Pasalnya, Kubu oposisi di pusat kota itu menyatakan mereka diserang dengan tembakan roket dan mortir oleh pendukung pemimpin Libia itu di daerah tersebut.
Kota kelahiran Gaddafi, Sirte, dia pantai Mediterania antara Tripoli dan Benghazi, masih belum bisa dikuasai oposisi. Begitu juga dengan kota gurun Sabha di Libia selatan, tempat kelompok oposisi melaporkan terjadi pertempuran. Namun juru bicara militer oposisi mengestimasi 95 persen Libia telah berada dalam kekuasaan kelompok itu.
Kolonel Abdallah Abu Afra mengatakan kepada stasiun televisi Al-Jazeera: ”Pihak yang memerintah Libia adalah mereka yang menguasai Bab al-Aziziyah, dan itulah masalah sesungguhnya. Bagi kami, Gaddafi telah berakhir.’’
Sementara itu Gaddafi kembali menyampaikan pesan audio kepada warga Libia. Dalam pesannya itu, dia mengaku telah turun ke jalan-jalan Tripoli tanpa ada yang mengenali. Menurutnya Tripoli tidak dalam bahaya.
”Saya telah berjalan-jalan di Tripoli secara diam-diam, tanpa dikenali warga, dan saya tidak merasa bahwa Tripoli dalam bahaya,” kata pemimpin gaek itu dalam pesan audionya di stasiun televisi pro-Gaddfi, Arrai Oruba yang berbasis di Suriah. ”Saya melihat kaum muda siap mempertahankan kota mereka,” kata Gaddafi seperti dilansir kantor berita Reuters, kemarin, tanpa menjelaskan kapan dia melakukan tur rahasianya itu.
Dalam pesannya, pemimpin yang telah berkuasa selama 42 tahun itu juga menyerukan warga ”untuk membersihkan Tripoli dari tikus-tikus”.
Sebelumnya Gaddafi juga mengeluarkan pesan audio yang menyebutkan bahwa dirinya telah meninggalkan markas besarnya di Bab al-Aziziyah, Tripoli menyusul serangan udara bertubi-tubi yang dilancarkan pesawat-pesawat NATO. Gaddafi menyebut kepergiannya itu sebagai langkah taktis. Namun tidak disebutkan di mana posisinya saat ini.(rtr,afp-mn-niek-31)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/25/157242/
0 komentar:
Posting Komentar