Minggu, 31 Juli 2011

Ustad Nur Maulana Memang : Iye

Dakwah tak harus disampaikan secara serius. Yang penting pesan yang ingin disampaikan mengena, dan menjadi pencerah bagi mereka yang mendengarkan. Konsep itulah yang kini diterapkan sejumlah ustad gaul,
khususnya mereka yang tampil dalam acara siraman rohani di televisi. Berikut
laporannya.
PEMIRSA Trans TV tentu tak asing lagi dengan sapaan ’’jamaah oh jamaah’’ yang kemudian dijawab dengan ’’iye’’ oleh para jamaah yang hadir mendengarkan tausiah sang ustad. Sapaan akrab, kocak, dan unik itu terlontar dari Muhammad Nur Maulana, ustad bertubuh mungil berwajah jenaka namun sarat ilmu agama, dalam acara Islam Itu Indah yang awalnya ditayangkan setiap Sabtu, pukul 06.00-06.30.
Sapaan khas itu kini menjadi sangat terkenal dan banyak ditirukan oleh pemirsa di berbagai kesempatan. Seiring dengan itu, sang ustad pun makin naik daun dan acara siraman rohani yang dibawakannya makin banyak penggemar, hingga frekuensi penayangannya ditambah.
Siapa sebenarnya Ustad Muhammad Nur Maulana? Pria ramah kelahiran Makasar 20 September 1974 ini sehari-hari adalah guru agama Islam di SD Mangkura, SD Islam Athirah, dan Pesantren An Nahdah di Makassar, Sulawesi Selatan. Di luar tugas rutinnya sebagai pengajar, suami Nur Aliah ini juga memberikan ceramah dari rumah ke rumah, tidak hanya di seputar Makassar, tetapi juga kota-kota lain di Sulawesi. Ia bahkan pernah mengisi ceramah di Kalimantan dan Papua.
’’Saya sudah mulai ceramah sejak umur 14 tahun dan masih duduk di bangku SMP,’’ tutur lulusan Pesantren An Nahdah tahun 1994 ini ketika ditemui di studio Trans TV, belum lama ini.
Sejak kecil anak keempat dari 7 bersaudara pasangan Maulana dan Masyita ini memang sudah bercita-cita menjadi ustad. Karena itu, dia kemudian menempuh pendidikan di pondok pesantren dan bukan di sekolah umum. Selepas nyantri, Maulana mengabdikan diri sebagai guru agama di sekolah dasar dan di pesantren almamaternya. Ayah dari Munawar yang kini tengah menantikan kelahiran anak keduanya itu hingga kini masih tinggal di Makassar.
’’Saya masih bolak-balik Makassar - Jakarta, istri dan anak saya masih tinggal di sana. Apalagi saya juga masih mengajar di Makassar,’’ katanya.
Kendati sejak 3 tahun terakhir dia sangat sibuk berceramah ke berbagai kota, namun bisa dibilang namanya benar-benar naik daun dan dikenal masyarakat luas di Indonesia sejak tampil menjadi penceramah gaul di acara Islam Itu Indah.
’’Trans TV menemukan Ustad Maulana secara kebetulan. Mas Tama secara tidak sengaja menonton ceramahnya dari rumah ke rumah melalui situs www.youtube.com. Dia kemudian diundang ke Jakarta dan diminta mengisi acara yang sudah kami siapkan, yakni Islam Itu Indah. Awalnya ditayangkan seminggu sekali, ternyata gaya berceramahnya memikat hati banyak pemirsa. Tayangan itu lalu diperbanyak, Sabtu-Minggu, dan ditambah lagi menjadi 4 kali seminggu. Selama Ramadan, Ustad Maulana akan tampil setiap hari dalam acara Saatnya Kita Sahur bersama komedian dan bintang lain. Beliau juga akan tampil di Tabligh Akbar setiap Jumat,’’ ungkap Humas Trans TV, A Hadiansyah Lubis.
Menurut Hadi, Direktur Utama Trans TV, Wisnutama, tertarik pada penampilan Ustad Maulana yang mampu menyampaikan topik-topik berat namun dengan gaya yang sangat ringan, kocak dan akrab. Meski cara membawakan ceramahnya jenaka, namun tak mengurangi isi ceramahnya yang cukup bernas, mudah dipahami dan terkadang pula memunculkan pengetahuan baru yang sama sekali belum pernah diungkapkan dai lainnya. Meskipun sepanjang 30 menit pemirsa dan peserta tausiah dibuat tertawa oleh banyolan-banyolannya, namun pada akhir acara Ustad Maulana mampu membuat para jamaah menitikkan air mata. Dengan gaya khasnya, sang ustad memberikan muhasabah yang begitu menggugah sanubari, tak heran audiens sampai menangis sesenggukan karena menyadari kebesaran Allah SWT.
Pro dan Kontra
Kendati memiliki banyak penggemar, namun tak sedikit yang melontarkan kritik pedas terhadap gaya berceramah Nur Maulana. Mereka yang tak suka gaya sang ustad menyebutnya lebay atau berlebihan dalam melontarkan guyonan.
’’Terus terang saya sempat menangis mendengar kritikan-kritikan itu. Tetapi itu memang gaya saya berceramah sejak dulu. Saya tidak tampil dengan gaya yang dibuat-buat. Bahkan, sejak kali pertama berceramah, ya seperti itulah saya berbicara di depan jamaah saya. Seperti itulah karakter saya, tidak ada kaitannya dengan strategi saya dalam berceramah,’’ ungkapnya.
Kendati banyak yang mengkritik, namun yang menyukai gaya Maulana jauh lebih banyak. Dia dianggap telah memberi warna baru dalan dunia dakwah. Meski ringan dan diselingi humor, materi dakwah Nur Maulana sangat berbobot. Bahkan, banyak yang memuji pengetahuan agamanya.
Bisa dibilang, justru gaya jenaka Ustad Maulana itulah yang telah memikat petinggi Trans TV untuk mengajaknya tampil di stasiun televisi berlambang berlian itu. Gaya ceramah itu dianggap bisa menciptakan suasana santai dan tidak monoton.
’’Selama ini penceramah di Indonesia terkesan kaku, monoton, dan menggurui. Kami ingin memberikan sesuatu yang berbeda dalam dakwah. Lewat acara Islam Itu Indah, kami menyuguhkan sesuatu yang baru, ringan, dan segar di dalam dunia dakwah. Kritik yang menganggap Ustad Nur Maulana lebay itu berlebihan. Bertahun-tahun mengajar anak TK, SD, dan SMP telah membentuk karakter Nur Maulana seperti itu,’’ tambah Hadi mengenai tayangan yang mulai menyapa pemirsa sejak 20 Desember 2010 ini.
Dalam menyapa jamaahnya, Maulana tak hanya membekali diri dengan ilmu yang ia timba dari pesantren. Ia juga banyak belajar tentang Islam melalui buku-buku, media massa, dan beragam literatur lainnya. Sedangkan humor-humor yang dia selipkan di sela-sela dakwahnya, diperolehnya dengan membaca koran, majalah, dan melihat tayangan televisi.
’’Bagi saya, dakwah yang diselingi humor itu hanya metode dakwah saja. Sebab, tujuannya adalah bagaimana jamaah mendapatkan pengetahuan Islam, tapi mereka juga tidak bosan mendengarkannya,’’ ujarnya.
Mengenai tayangan di Youtube, Maulana mengaku sama sekali tidak tahu siapa yang telah meng-upload-nya.
’’Mungkin salah satu jamaah saya yang meng-upload. Waktu dipanggil Trans TV saya agak kaget juga, karena mereka menyatakan tahu saya dari Youtube,’’ katanya.
Ngomong-ngomong, apa sih makna kata ’’iye’’ yang diucapkan para jamaah, setiap kali Ustad Maulana menyapa?
Ternyata ’’iye’’ adalah bahasa Makassar untuk ’’iya’’. Dalam khazanah budaya Makassar, kaya ’’iye’’ ini adalah kata jawaban yang sangat sopan dan santun. Rupanya secara tidak langsung, ustad gaul dan kocak ini telah pula memperkenalkan budaya Makassar kepada masyarakat Indonesia lainnya. Orang di luar Sulawesi Selatan yang datang ke Makassar dengan begitu akan mengetahui, ternyata kata ’’iye’’ ini adalah kata kunci untuk mendapatkan penerimaan yang baik secara sosial dalam masyarakat Makassar.
Kata ’’iye’’ ini sudah mencakup semua kebaikan pergaulan. Kata ini dianggap sopan, baik, santun, dan tentu saja terpuji. Lawan dari kata ’’iye’’ adalah ’’iyo’’, yang juga berarti ’’iya’’ dalam Bahasa Indonesia, tapi pengucapan kata ini dianggap sangat kasar dan tidak terpuji. (Tresnawati-35).
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/01/154601/

0 komentar:

Posting Komentar