Selasa, 03 Januari 2012

Geliat Lokalisasi di Kawasan Pantura Kabupaten Tegal

Musim Penghujan, PSK Memilih untuk Pulang Kampung SajaUpaya menutup kebutuhan hidup, berbagai langkah dilakukan manusia yang berada di negeri tercinta ini. Cara mereka mengais rejeki, juga berbeda-beda. Ada yang bekerja di kantoran, pedagang, dan ada pula yang mencari rejeki dengan menjual jasa pelayanan. Seperti yang terjadi di lembah hitam kawasan Pantura Kabupaten Tegal. Seperti apa geliatnya?
LAPORAN: YERI NOVEL
MALAM itu, udara dingin menyelimuti jalur pantura yang padat dengan kendaraan besar. Hujan rintik-rintik, mewarnai geliat malam yang berada di kawasan tersebut. Meski kawasan itu jauh dari pemukiman masyarakat, namun acap kali menjadi kunjungan bagi lelaki yang membutuhkan pelayanan jasa. Tempat itu, merupakan lokalisasi atau tempat berkumpulnya para wanita yang menjual jasa untuk memuaskan sahwat sang pria. Di kawasan pantura Kabupaten Tegal sendiri, saat ini terdapat tiga lokalisasi terbesar yang sejatinya di legalkan oleh pemerintah daerah setempat. Yakni, lokalisasi Peleman yang berada di Desa Sidaharja Kecamatan Suradadi, Gang Sempit yang berada di Desa Maribaya Kecamatan Kramat, kemudian Wandan yang berada di Desa Munjungagung Kecamatan Kramat juga.
Masing-masing lokalisasi, memiliki pekerja sex komersial (PSK) yang jumlahnya tidak sama. Di Wandan, ada sekitar 130 PSK dengan jumlah wisma lebih dari 50 rumah. Sementara di Gang Sempit, hanya sekitar 70 PSK dengan jumlah wisma 30 an. Dan yang terbesar adalah, lokalisasi Peleman yang jumlah PSK nya mencapai 200 wanita dengan jumlah wisma sekitar 70 rumah lebih.
Kali ini, lokalisasi di kawasan tersebut, tidak seperti hari-hari biasanya. Lokalisasi tampak sepi dan jumlah pengunjungnya pun berkurang. Alasan dari para mucikari dan PSK, bulan Desember merupakan bulan paceklik. Bulan yang tidak pernah bersahabat seiring dengan musim penghujan yang setiap hari selalu mengguyur kawasan lokalisasi. Tak heran, jumlah PSK nya pun menyusut lantaran tidak ada yang bisa diandalkan. Tamu yang ditunggunya, tak pernah datang karena terkendala dengan musim hujan.  "Sudah sepekan ini, wisma kami sepi pengunjung. Meski ada tamu, tapi tidak seramai minggu sebelumnya," kata Sis (43), seorang mucikari wisma PI di lokalisasi Peleman, Selasa (3/1).
Lebih parahnya lagi, ketika malam tahun baru kemarin ia terpaksa menutup wismanya pukul 24.00 WIB karena tidak ada tamu yang datang. Sementara tahun sebelumnya, wisma baru bisa di tutup pukul 03.00 WIB. Dan bukan itu saja, menurutnya, pendapatan setiap harinya juga menyusut dari angka normal. Hari biasa, ia bisa memperoleh pendapatan antara Rp 1 juta - Rp 1,5 juta perhari. Namun kini, mucikari yang memiliki 4 PSK ini, hanya memperoleh Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu per hari. Lantaran kondisinya demikian, wanita penghibur binaannya, terpaksa memilih untuk pulang kampung.  "Kalau pendapatan saya Rp 300 ribu, berarti bersihnya hanya Rp 50 ribu. Itu sudah termasuk dipotong biaya minuman," ucapnya prihatin.
Pengakuan tersebut juga disampaikan oleh salah satu PSK Peleman yang berwajah oriental dan berkulit putih. Sebut saja, Tika (21), menuturkan, tamu yang berkunjung ke wismanya yang berada di pojok utara, berangsur sepi sejak musim hujan mengguyur kawasan pantura. Dalam dua hari ini, dia mengaku baru melayani satu orang tamu. Jumlah uang yang ia terima, tidak lebih dari Rp 150 ribu. "Baru melayani sekali mas. Itu pun tadi malam. Dan hari ini, sama sekali belum ada yang datang," kata wanita yang mengaku berasal dari Kabupaten Batang ini.
Rencananya, apabila kondisinya belum berubah, Tika akan pulang kampung untuk menilik kedua orang tuanya. Dan dia akan kembali ke lokalisasi bulan depan. "Nanti malam mungkin saya pulang ke Batang," tukasnya. (*) 
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Beres

Unknown mengatakan...

Minat invite aja, 5E7F073F

Posting Komentar