Selasa, 03 Januari 2012

Volume Limbah Tahu Membludak

MAKIN membludaknya volume limbah tahu di sentra pengrajin tahu di Desa Pesalakan Kecamatan Adiwerna, disikapi secara serius oleh provinsi dan BLH Kabupaten Tegal. Ditahun anggaran 2012 kali ini, dua unit biodigester penampung limbah tahu akan dibangun untuk menopang keberadaan dua unit biosdigester yang sudah ada. Dua unit itu akan dibangun melalui dana provinsi dan APBD tingkat II.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Tegal, Ir Khoffifah MM, melalui Kabid Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Siswoyo SP, menyatakan, sebelumnya pihaknya juga telah merampungkan proyek renovasi dua tabung biodigester limbah tahu yang sempat bocor dipenghujung tahun 2011 lalu.
"Volume limbah yang dihasilkan pengrajin tahu Pesalakan memang semakin meningkat. Hal ini dipastikan tidak bisa ditampung pada dua unit biodigester yang sudah ada sebelumnya. Provinsi positif mengucurkan dana pembangunan tabung biodigester disana. Dan dari APBD II sendiri hal itu sudah diusulkan dan besar kemungkinan juga akan direalisasilkan tahun ini," ujarnya, Senin (2/1) kemarin.
Dia juga menyatakan, ditahun 2012 mendatang usulan proyek juga telah disodorkan ke Pemkab untuk pembuatan biodigester menampung limbah tahu di wilayah Balapulang dan Bumijawa. Usulan pembangunan untuk penampungan limbah tinja juga disodorkan untuk dialokasikan ke pondok pesantren Warurejo dan Lebaksiu, guna penambahan volume kegiatan yang sudah dilakukan.
Pihaknya juga menjelaskan, terkait pembangunan 40 paket biodigester untuk menampung kotoran ternak juga telah berhasil dirampungkan dalam tahun anggaran 2011 lau. Bantuan dari Kementrian LH tersebut diharapkan bisa dimaksimalkan untuk menekan dampak polusi udara di sekitar lokasi peternakan hewan.
    Diakuinya selama tahun 2011, upaya pengolahan limbah lewat pengadaan instalasi pengolahan limbah (IPAL) dilakukan BLH dengan membidik enam titik yang berbeda. Dimana lima dari enam program pembangunan sarana pengolahan limbah tersebut dimanfaatkan untuk limbah dari industri tahu, dan satu titik dibangun untuk pengolahan 'feses' atau tinja manusia. Pembangunan sarana pengolahan limbah itu akan diwujudkan dalam bentuk biodigester.
"Selain pembangunan sarana pengolahan limbah, kami juga merealisasikan pembangunan konstruksi saluran air limbah rumah tangga. Dimana untuk pembangunan saluran air limbah rumah tangga, membidik tiga desa di Kecamatan Bumijawa masing-masing di Desa Cempaka, Jejeg, dan Bumijawa," terangnya.
Selebihnya, pembangunan juga dilakukan di dua desa yang berada di Kecamatan Adiwerna masing-masing untuk Desa Bersole dan Lumingser, serta satu desa di Kecamatan Slawi.
Terpisah Kasubid Pengendalian Pencemaran Udara dan Bahan Berbahaya Beracun, Eko Suypriyono, menyatakan pembangunan biodigester tersebut didukung dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Badan Lingkungan Hidup.
"Intinya, bantuan dana pembuatan biodigester ini merupakan standar pelayanan minimal bidang Lingkungan Hidup. Ada empat item standar pelayanan minimal yang salah satunya mengendalikan laju pencemaran dan polusi air, tanah, dan udara," terangnya.
Dia mengungkapkan, Pemkab memberikan DAK tersebut guna berupaya menekan gas metan yang terbuang dengan memanfaatkan biodigester gas metan yang ditekan ke udara untuk dijadikan gas alternatif. Dari hasil penelitian dibanding dengan limbah tahu ataupun limbah kotoran hewan, feses manusia tersebut lebih cepat diproses melalui biogas menjadi gas. "Bila limbah tahu butuh waktu 3 bulan , dan limbah kotoran ternak butuh waktu 1 bulan untuk bisa menjadi gas, feses manusia hanya butuh waktu 1 minggu saja," cetusnya. (her)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar