Sabtu, 11 Juni 2011

Air Kelapa Muda sebagai Obat Alternatif Urtikaria

Air Kelapa Muda sebagai Obat Alternatif Urtikaria
SOLEHAH CATUR RAHAYU
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan


Pendahuluan
Penyakit alergi dengan berbagai manifestasinya sering dijumpai di masyarakat. Faktor penyebabnya seringkali sulit ditentukan walaupun dengan tes alergi sekalipun karena sering terjadi reaksi silang. Salah satu manifestasi dari penyakit alergi berupa urtikaria. Urtikaria merupakan suatu sindroma (kumpulan gejala) yang menifestasinya berupa gatal-gatal dan bintik-bintik merah pada kulit yang pada umumnya disebabkan oleh alergi. Namun, penyakit ini juag dapat disebabkan oleh krisis emosi atau karena terkena panas atau dingin. Walaupun penyakit ini tidak berbahaya, keluhan gatal yang terjadi sangat mengganggu.
Penyembuhan penyakit alergi seringkali sulit karena sifatnya yang seringkali kambuh, sehingga pengobatan seringkali diperlukan secara berulang. Pengobatan dengan obat-obat moderen, selain biayanya mahal juga dapat menimbulakn efek samping. Obat-obat untuk alergi seperti golongan kortikosteroid dapat menimbulkan efek samping berupa "full moon face" (wajah gemuk bulat seperti bulan) jika digunakan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, jika ada obat alternatif untuk penyakit alergi dengan menggunakan bahan-bahan alami yang tidak membahayakan pemakai dan lebih murah, tentulah sangat diharapkan.
Tulisan ini merupakan laporan kasus yang ditemui penulis dalam mengamati penderita urtikaria yang diduga karena alergi telur atau daging ayam. Penderita ini sembuh dengan pengobatan moderen dan air kelapa hijau yang diminum.
Tujuan tulisan ini adalah menganalisis dugaan air kelapa muda hijau untuk penyembuhan urtikaria karena alergi.
Tinjauan Pustaka
Urtikaria adalah bintik-bintik merah pada kulit yang sangat gatal dan membentuk lapisan yang membengkak, kemudian meradang sehingga kelihatan tebal. Keadaan ini bersifat sementara dan akan layu dalam beberapa menit atau jam, kalau tidak akan menjadi kronis untuk jangka waktu lama1.
Dalam banyak hal, penyebab bintik-bintik merah adalah alergi terhadap obat-obatan, makanan, sengatan serangga, atau bahan-bahan protein seperti serbuk kembang. Namun, lebih dari 20% disebabkan oleh krisis emosi atau karena terkena dingin, panas, sinar matahari, tekanan, atau air1.
Obat-obat penyebab alergi paling terkenal adalah penisilin dan aspirin. Bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur, debu dari bulu burung, debu rumah, dan ketombe binatang dapat menimbulkan urtikaria. Demikian juga dengan sengatan serangga seperti lebah tabuhan dan penyengat lainnya1.
Kasus alergi terhadap makanan hanya sedikit yang menimbulkan urtikaria. Namun, jika demikian maka makanan tersebut harus dihapuskan dari daftar menu. Jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi adalah telur, ikan, kerang, cokelat, jenis kacang tertentu, tomat, tepung terigu, arbei, buah jeruk, daging babi, daging sapi, dan bumbu masak1.
Tindakan yang harus dilakukan: 1,2
  1. Mencari dan menghindari bahan atau keadaan yang menyebabkan penyakit ini.
  2. Untuk menghilangkan rasa gatal, dapat dioleskan sedikit tepung soda bakar yang sudah dicampur dengan air atau sepersepuluh larutan methanol dalam alkohol.
  3. Dapat diberikan obat antihistamin yang merupakan obat pilihan.
  4. Jika serangannya hebat, dapat disuntikkan larutan epinefrin atau efedrin dan kortikosteroid.
Deskripsi Kasus
Kasus 1

Identitas penderita: seorang anak laki-laki, umur 4 tahun, berat badan (BB) 18 kg. Riwayat alergi: pada waktu bayi, penderita alergi susu sapi dengan manifestasi mencret, kemudian susu sapi diganti dengan susu kedelai. Dilakukan desensitisasi dengan cara memberinya susu sapi dan menghentikannya saat gejala alergi muncul dan memberinya dengan susu kedelai lagi. Hal ini dilakukan berulang kali sehingga akhirnya penderita kebal terhadap susu sapi. Tidak ada riwayat alergi telur ayam atau daging ayam.
Kebiasaan penderita: penderita punya kebiasaan setiap kali makan selalu ada lauk telur ayam satu biji atau separoh. Hal ini berlangsung setiap hari selama berbulan-bulan. Selama itu, tidak ada gejala apapun yang ditimbulkannya. Dalam satu bulan sebelum sakit, kebiasaan tersebut dihentikan, penderita amat jarang makan telur ayam, paling banyak satu dalam sehari, itupun kalau sedang sulit makan.
Perjalanan penyakit: suatu pagi, kulit seluruh tubuh penderita mendadak gatal. Pada kulit tampak benjolan-benjolan kemerahan persis seperti kena bulu ulat. Penderita diberi obat CTM 1/4 tablet dan dexametason 1/5 tablet. Gejala berkurang, tetapi tidak hilang. Pada waktu tidur malam gejala hilang, tetapi saat bangun tidur gejala muncul kembali. Lama-lama, benjolan-benjolan pada kulit berubah melebar dan lebih merah dengan tepi yang tidak rata. Sebagian bergabung dengan lainnya dan tampak tebal. Saat itu, terpikir dugaan tentang penyebabnya, yaitu karena air mandi kurang bersih, alergi debu, dingin, atau alergi makanan. Antisipasi yang dilakukan adalah air untuk mandi diberi cairan antiseptik, lantai dibersihkan dengan pembersih lantai yang mengandung antiseptik, memakaikan baju panjang, serta tidak mengkonsumsi makanan yang diduga menjadi penyebab alergi. Makanan tersebut antara lain telur ayam, daging ayam, ikan laut, dan susu sapi. Tetapi, gejala tetap ada.
Pada hari kesepuluh, penderita dibawa ke praktik dokter spesialis anak, konsultan alergi imunologi. Diduga, urtikaria pada penderita terjadi akibat alergi telur ayam, karena kasus serupa sering terjadi. Oleh karena itu, penderita disarankan tidak makan telur ayam, daging ayam, dan ikan. Terhadap penderita tidak dilakukan tes alergi karena tidak mungkin. Kulitnya penuh dengan urtikaria dan tubuhnya mengandung histamin yang tentu akan bereaksi terhadap tes yang dilakukan walaupun sebenarnya tesnya negatif. Penderita mendapatkan obat dalam bentuk puyer yang berisi efedrin 0,01 mg, ryzen 1/2 tablet, dan sanmetidin 0,100 mg. Obat ini diminumkan 2 kali sehari untuk pemakaian 5 hari dan celestamin syrup 3 x 1 sendok. Dalam 1 kali pemberian, gejala langsung berkurang. Setelah beberapa kali pemberian, gejala menghilang setiap kali sehabis minum obat. Namun, jika efek obat telah habis (saat waktunya minum obat), gejala muncul lagi. Keadaan ini berlangsung terus hingga obat tersebut habis.
Pengobatan dilanjutkan dengan pemberian incidal 1/2 tablet dan dexamethason 0,25 mg, tiga kali sehari. Keadaan penderita tetap seperti sebelumnya. Selain obat tersebut, penderita juga minum air kelapa hijau + gula dengan takaran dan frekuensi tergantung kemauan penderita untuk minum. Pada hari pertama pemberian, gejala tetap. Pada hari kedua pemberian, urtikaria dan rasa gatal hilang sama sekali. Incidal diberikan 1 kali lagi, kemudian dihentikan. Sedangkan dexamethason tetap diberikan secara tappering (frekuensi pemberian dikurangi secara perlahan-lahan). Pemberian air kelapa hijau diteruskan sampai 7 hari. Sampai tulisan ini dibuat, urtikaria tidak pernah muncul lagi walaupun kadang-kadang penderita makan telur ayam atau daging ayam.
Kasus 2
Identitas penderita: seorang anak perempuan, umur 5 1/2 tahun, berat badan (BB) 20 kg. Riwayat alergi: penderita alergi obat golongan kotrimoksazol dengan manifestasi rash pada kulit dengan warna merah. Jika parah, kulit pecah-pecah. Jika sembuh, rash tersebut menjadi hitam. Tidak ada riwayat alergi telur atau daging ayam.
Perjalanan penyakit: suatu hari timbul bintik-bintik merah disertai rasa gatal di perut. Saat itu, penderita juga menderita ISPA. Penderita dibawa ke dokter dan mendapat obat Amoxicillin 3 x 250 mg, Demacolin 3 x 2/3 tablet, CTM 3 x 1/2 tablet, dan vitamin B kompleks 3 x 1/2 tablet. Sebelum urtikaria muncul, penderita minum obat kotrimoksazol. Tiga hari sebelumnya, penderita makan chicken nugget
Setelah minum obat, urtikaria bertambah parah dan menyebar ke seluruh tubuh. Setelah 2 hari pemberian obat, urtikaria mulai berkurang, namun belum hilang dan rasa gatal masih ada. CTM dihentikan dan hanya diberikan saat penyakitnya parah. Kadang-kadang penyakit menjadi parah setelah penderita diajak bepergian.
Pada hari ke-4 sore hari, penderita minum CTM 1/2 tablet. Urtikaria tetap ada walaupun tidak parah. Keesokan harinya, pagi hari, penderita mulai minum air kelapa muda hijau seperti layaknya minum minuman selingan. Takaran dan frekuensi minum semau penderita. Sejak itu, penderita tidak minum CTM lagi. Sore harinya, urtikaria menghilang dan rasa gatal tidak ada lagi.
Diskusi
Secara empiris, urtikaria seringkali disebabkan oleh alergi telur ayam. Pada kasus 1, penderita sudah satu bulan tidak/jarang menkonsumsi telur ayam. Hal ini bisa saja terjadi karena bahan-bahan alergen (penyebab alergi) secara kumulatif terkumpul di dalam tubuh yang suatu saat dapat muncul sebagai reaksi alergi.
Ada beberapa kemungkinan penyebab kesembuhan urtikaria pada kedua penderita di atas. Pertama, memang sudah waktunya sembuh dengan obat-obatan, walaupun tanpa air kelapa hijau muda. Kedua, air kelapa hijau muda dapat menyembuhkan urtikaria. Ketiga, air kelapa hijau muda membantu obat moderen dalam penyembuhan urtikaria. Hal ini terbukti karena pada kasus 1, sebelum pemberian air kelapa gejala selalu muncul kembali pada waktunya minum obat. Selain itu, pada kasus 2 urtikaria tidak hilang walaupun minum obat dan baru hilang setelah minum air kelapa hijau muda. Kemungkinan kedua ini beralasan, karena beberapa literatur menyebutkan bahwa salah satu khasiat air kelapa muda adalah sebagai antidotum (penawar) terhadap keracunan makanan, racun arsenik, kroton, jatropha (jarak pagar), dan Aleuritis dari familia Euphorbiaceae. Air kelapa muda juga berkhasiat untuk diuretikum, pembersih darah, obat TBC, obat sifilis, obat demam, dan gangguan pada saluran kencing.
Di Bagian Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran/ RS Hasan Sadikin, Bandung, bahkan telah digunakan sebagai bahan untuk rehidrasi oral yang mengandung mineral. Mineral tersebut adalah Natrium 1,15-1,67 mEq/L, Kalium 50-84 mEq/L, dan Chlorida 22,5-40 mEq/L dengan ph rata-rata 5,5 (5-6).
Selain mineral, air kelapa muda juga mengandung glukose, sakarose, zat putih telur, asam arang, enzim osidase, dan katalase yang membuat gula serta zat samak3,4,5.
Dengan khasiat sebagai penetral racun, diduga air kelapa muda juga dapat menetralkan zat-zat penyebab alergi. Namun, zat mana dari air kelapa muda yang mempunyai khasiat penawar racun, masih belum jelas. Adapun adanya anggapan di masyarakat bahwa air kelapa hijau muda lebih berkhasiat daripada yang lainnya, belum ada literatur yang menyebutkan.
Kesimpulan
  • Air kelapa muda dapat digunakan untuk detoksifikasi terhadap racun tertentu.
  • Pada kasus di atas, masih belum jelas penyebab sembuhnya urtikaria. Mungkin dari obat-obat moderen, mungkin juga dari air kelapa hijau muda. Atau, mungkin obat moderen dan air kelapa hijau muda saling menunjang.
  • Belum ada literatur yang menyebutkan perbedaan zat yang terkandung maupun khasiat antara air kelapa hijau muda maupun air kelapa muda yang biasa.
Saran
  • Untuk memastikan khasiat air kelapa muda hijau dalam penyembuhan urtikaria diperlukan eksperimen sederhana. Yaitu, jika ada kasus seperti tersebut di atas, berikan air kelapa muda hijau tanpa obat-obatan lain. Perlu menggunakan kontrol yang menggunakan air kelapa muda biasa.
  • Perlu penelitian tentang zat-zat yang terkandung dalam air kelapa hijau muda dan zat yang berkhasiat sebagai penawar racun, serta dibandingkan dengan air kelapa muda yang biasa.
Daftar Pustaka
  1. Shryock, H. Penuntun Perawatan & Pengobatan Modern Jilid 2 terjemahan dari Modern Medical guide. Bandung : Indonesia Publishing House, 1984.
  2. Konthen, P.G. et al. Alergi Makanan dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD dr. Soetomo Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : 1988 : 17-19.
  3. Sahly, S. Pengobatan dengan Resep-resep Asli. Solo: CV. Aneka, 1992.
  4. Wijayakusuma, H. et al. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid Ke-3. Jakarta : Pustaka Kartini, 1994.
  5. Handian, S. Manfaat Air Kelapa Muda. Berita IDI Nomor 43 Tahun III Agustus 1980 : 9
  6.  
    Sumber Berita : http://www.tempo.co.id/medika/arsip/042002/kas-1.htm

0 komentar:

Posting Komentar