Rabu, 08 Juni 2011

Pembelajaran Bagi Petani Padi

SLAWI – Sebagai jawaban atas serangga Penyakit kresek (Hantu Monas), yang menyerang tanaman padi, di musim ekstrem dengan anomali cuacanya, PT Bayer Indonesia, mengadakan Rice Show. Acara itu sebagai bentuk pembelajaran langsung terhadap petani, sekaligus memberikan jawaban jika produk maupun pola tanam yang diselenggarakan, mampu menghindari penyakit tersebut.
Dalam kegiatan itu, sejumlah petani Desa Gumayun, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal mendapatkan penjelasan tentang menanam padi dengan sistem Tanam Benih Langsung (Tabela), Rabu (8/6). Bahkan petani bisa melihat secara langsung tanaman yang diujicobakan serta bagaimana pola tanam dan pemeliharaan yang baik dari PT itu.
Cara tanam padi dengan sistem Tabela, dinilai mampu meningkatkan produksi gabah dan menghemat biaya produksi, dengan waktu penen relatif lebih cepat. Selain itu, dinilai mampu memberantas penyakit padi yang disebut Penyakit Kresek yang menyerang lahan padi di wilayah tersebut.  “Pengenalan sistem itu hasil kerja sama Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) dengan PT Bayer Indonesia sebagai produsen obat-obatan pertanian,” jelas kepala BP4K, Ir Toto Subandrio.
Dikatakan Ir Toto, Pengenalan sistem tabela yang terbalut dalam program Rice Show itu dilakukan dengan meninjau langsung di lahan pertanian yang digunakan sebagai areal pencontohan atau laboratorium lapangan pertanian di Desa Gumayun.
Program itu, menurut dia, dilakukan mengingat pada musim taman lalu tanaman padi petani terserang hama kresek. Hama yang menyerang 30 persen dari 1.800 Ha lahan pertanian di desa itu, menyebabkan penurunan produksi antara 5-30 persen. “Keluhan petani itu, kami sampaikan kepada stakeholder, yaitu PT Bayer Indonesia. Keluhan itu direspon dengan baik melalui program Rice Show,” katanya pula.
Disisi lain, Senior Crop Manager Rice Marketing Departemen PT Bayer Indonesia Jarot warseno menjelaskan, sistem Tabela merupakan cara menanam padi secara langsung tanpa ada persemaian. Cara itu berbeda dengan penanaman padi pada umumnya. Petani menanam padi dengan cara disemai terlebih dahulu, kemudian dipindahkan ke lahan lainnya. Kondisi itu rawan terkena virus, sehingga tanaman padi tidak tumbuh maksimal.
“Kami menggunakan alat modern untuk menanam benih padi, sehingga menghemat tenaga kerja dan biaya dengan hasil yang lebih baik. Biasanya menanam benih padi dipersemaian membutuhkan sekitar 9 orang, tapi dengan alat ini hanya membutuhkan 4 orang,” terang Jarot Warseno.
Lebih lanjut dikatakan, sistem ini juga mengantisipasi kekurangan air. Hal itu dikarenakan cara tanam sistem tabela, air yang digunakan tidak boleh berlebih. Bibit padi ditanam di lahan yang tidak membutuhkan banyak air. Namun, cara menanam seperti itu harus sesuai dengan prosedur dari Bayer. Termasuk penggunaan obat, pupuk dan pestisida. Ini dilakukan agar hasil yang diperoleh maksimal.  “Hasil yang diperoleh bisa mencapai 9 ton/ha. Normalnya lahan di wilayah Gumayun hanya 7 ton/ha. Sedangkan biaya produksi bisa menghemat antara Rp 600 ribu dan Rp 1,5 juta. Yang pasti petani lebih diuntungkan,” pungkas. (gon)
Sumber Berita : Radar Tegal, 8 Juni 2011

1 komentar:

omyosa mengatakan...

SUDAHLAH, JANGAN MENGELUH !!!
MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM
KETIKA PANEN TIBA

Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia, NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) , dengan produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.

Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.

Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

Solusi yang lebih praktis dan sangat mungkin dapat diterima oleh masyarakat petani kita dapat kami tawarkan, yaitu:

"BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB SO/AVRON /NASA + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS ( EM16+), DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO".

Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.


Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.

AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?

CATATAN:
Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu Anda menjadi agen sosial penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.

Semoga Indonesia sehat yang dicanangkan pemerintah dapat segera tercapai.

Terimakasih,

Omyosa -- Jakarta Selatan
02137878827; 081310104072

Posting Komentar