Selasa, 07 Juni 2011

Paket Peti Mati HebohkanJakarta

JAKARTA - Ide kreatif tak selalu mendapat sambutan positif. Gara-gara mengirim paket peti mati ke sejumlah kantor media massa, pimpinan dan sejumlah staf perusahaan marketing Buzz & Co diperiksa polisi, kemarin.

Paket peti mati lengkap dengan bunga itu antara lain dikirim ke kantor Kompas, RCTI, Jakarta Post, Metro TV, dan ANTV. Paket tersebut dikirim dengan mobil L300 yang diubah menjadi ambulans.

Si pengirim, CEO Buzz & Co, Sumardy, mengaku tidak bermaksud meneror. Pengiriman peti mati itu merupakan undangan sebagai bagian dari strategi pemasaran dan promosi peluncuran buku ”Rest in Peace Advertising”.  ”Peti mati adalah simbol kematian dunia advertising konvensional,” ujarnya.

Namun, para penerima paket itu merasa terteror dan melapor ke polisi. Alhasil, polisi pun akhirnya memanggil Sumardy dan beberapa anak buahnya.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam menyatakan, paket tersebut bisa menimbulkan teror bagi penerima.

Si pengirim bisa dikenai pasal perbuatan tidak menyenangkan. ”Saya mendengar banyak kantor media massa yang dikirimi peti mati. Tentu itu bentuk teror. Saya mengimbau rekan-rekan yang merasa terganggu agar melapor ke polisi,” ujar Anton di Mabes Polri, Senin (6/6). Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya Kombes Sujarno mengungkapkan, pihaknya menindaklanjuti kasus itu setelah menerima laporan dari Jakarta Post dan Kompas ke Polsek Tanah Abang.

Membosankan

Sementara itu Sumardy mengaku pihaknya menyiapkan 100 peti mati dan 10 persen di antaranya akan dikirim ke kantor media massa. Sisanya ditujukan ke kantor-kantor perusahaan periklanan dan marketing. Dia mengaku baru kali ini mengirim paket seperti itu. Ide itu muncul setelah peluncuran pertama gagal, karena tidak membuat heboh.

Ia menambahkan, perusahaannya yang bergerak di bidang konsultan pemasaran dan periklanan menganggap strategi pemasaran sudah membosankan dan perlu ide kreatif yang orisinal seperti yang dilakukannya itu. Hingga semalam, Sumardy dan sejumlah anak buahnya masih diperiksa di Mapolsek Metro Tanah Abang. Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Paulus Wirotomo menilai, cara marketing dengan pengiriman peti mati itu tidak sesuai etika. ”Itu sangat tidak wajar, kendati itu adalah inovasi dalam dunia marketing,” ujarnya.
Sumber Berita : Suara Merdeka CyberNews 7 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar