Selasa, 07 Juni 2011

Sumber Wabah Maut Masih Misterius

Penyelidikan masih berlangsung,” demikian pernyataan Kementerian Pertanian Jerman seperti dilansir AFP, kemarin. Hal itu disampaikan menyusul keluarnya hasil tes awal terhadap taoge organik yang semula diduga sebagai sumber wabah bakteri. Hasil tes itu terbukti negatif. Sejauh ini sudah 23 orang tewas dan lebih dari dua ribu lainnya jatuh sakit akibat bakteri pembunuh tersebut.

Menteri Pertanian Jerman Ilse Aigner mengatakan, pemerintah tetap akan mengeluarkan peringatan bagi warga untuk tidak memakan taoge, tomat, selada, dan timun, khususnya di wilayah utara Jerman. Peringatan itu terus berlaku hingga sumber wabah yang sebenarnya ditemukan.

Sebelumnya pemerintah Jerman menduga timun organik asal Spanyol sebagai sumber wabah bakteri E. coli. Namun kemudian muncul dugaan baru yang mengarah pada taoge yang kemudian juga terbukti negatif.
Komisaris Kesehatan Uni Eropa (UE) John Dalli, kemarin, memperingatkan semua pihak agar tidak gegabah menyebarkan informasi yang tidak terbukti karena langkah itu akan menyebarkan ketakutan dan merugikan produsen perkebunan.

Hanya di Jerman

Dia menandaskan, kekhawatiran yang berlebihan terkait penyebaran bakteri E.coli tidak berdasar. Menurutnya, penyebaran bakteri itu hanya terjadi di Jerman utara dan tidak memerlukan pengawasan seluruh Eropa.
Di hadapan parlemen Eropa dia mengatakan, ”Saya menekankan wabah ini terbatas pada daerah di sekitar Kota Hamburg, jadi tidak beralasan untuk bertindak di tingkat Eropa.” Kendati demikian dia mengakui larangan pada sejumlah produk merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh Eropa. Rusia telah melarang impor sayur segar dari UE.

”Kami terus berhubungan dengan negara-negara ketiga, termasuk Rusia. Kami mendorong Rusia untuk mencabut larangan (karena) tidak diperlukan,” imbuh Dalli. Dia mengatakan, adalah suatu kesalahan menyatakan timun Spanyol sebagai sumber wabah.

Sementara itu Komisi Eropa mengusulkan paket bantuan sebesar 220 juta dolar AS untuk membantu para petani yang terkena dampak negatif wabah E. coli. Kebijakan itu selaras dengan yang dilontarkan para menteri pertanian Uni Eropa dalam pertemuan darurat di Luxembourg, kemarin. 

Selain membahas pemberian kompensasi, pertemuan itu juga mengaji sistem peringatan keamanan pangan guna memastikan bahwa peringatan itu telah memiliki ‘’bukti dan dasar ilmiah’’ sebelum dipublikasikan.
Usul pengajian tersebut diajukan oleh Spanyol yang para petaninya terkena dampak pahit peringatan tak akurat yang dikeluarkan Jerman saat kasus E. coli mencuat. Saat itu Jerman menyebut bahwa sumber bakteri berasal dari mentimun organik Spanyol.

Madrid mengatakan pihaknya akan menuntut kompensasi penuh kepada Jerman atas kerugian yang dialami. Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Spanyol (FEPEX) memperkirakan kerugian mencapai 328 juta dolar AS per minggu.
”Kami telah memberi tahu Jerman bahwa negara itu harus membayar kerugian kami. Jika mereka membayar 100 persen, kasus ini akan kami anggap selesai. Jika tidak, kami akan menempuh jalur hukum,’’ kata Menteri Pertanian Spanyol Rosa Aguilar.
Sumber Berita : Suara Merdeka CyberNews, 8 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar