Senin, 04 Juli 2011

Menilik Geliat Kampung Logam Desa Kebasen

Berkarya Ditengah Ancaman Polusi UdaraLANGKAH relokasi yang ditempuh Pemkab Tegal melalui Balai Lingkungan Hidup (BLH) kepada pengrajin logam di Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna dan Desa Kebasen Kecamatan Talang. Hal ini untuk menangkal bahaya buruk pencemaran. Lalu ?
LAPORAN : Hermas Purwadi
TIDAK bisa dipungkiri, untuk menyatukan semua pengrajin ke tempat relokasi Kebasen, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bagi pengrajin skala kecil, dia lebih tertarik mengerjakan peleburan logam di lorong-lorong kampung di sekitar tempat tinggalnya.
Kepala BLH Kabupaten Tegal Ir Khofifah MM melalui Kabid Pengendalian Lingkungan Siswoyo SP, mengaku, dari ketersediaan kios lahan di sana, baru berapa persen saja yang sudah dihuni para pengrajin logam. Hal ini yang membuat dampak pencemaran menjadi momok yang menakutkan bagi warga di sekitar tempat peleburan.
Dari data di Puskesmas setempat belakangan ini, memang banyak catatan medis terkait jumlah penyakit tertentu yang diderita warga dekat peleburan logam tersebut. Diduga penyakit tersebut merupakan dampak dari aktivitas pengolahan logam.
"Untuk mengetahui kandungan logam berat dalam darah pada diri pengrajin, kami bersama provinsi telah berupaya melakukan pemeriksaan darah kepada sekitar 50-an pengrajin. Langkah mitigasi atau pencegahan dini ini, setidaknya bisa menangkal bahaya yang timbul dengan jarak akumulatif 10 hingga 15 tahun kedepan," terangnya.
Diakuinya, banyaknya pengolahan industri logam memang membuat Pemkab berupaya melakukan langkah relokasi ke Desa Kebasen Kecamatan Talang. Namun hal ini juga tidak menjadi jawaban final, dan perlu dikaji ulang apakah dengan dilakukan relokasi tersebut akan berdampak pada upaya menekan polusi pada masyarakat sekitar.
Diungkapkannya, saat ini pihaknya masih menunggu keputusan final dari langkah tes darah yang sempat dilakukan oleh  BLH Provinsi Jawa Tengah beberapa waktu silam. "Dari uji analisa paska relokasi pengecoran logam di Kebasen terhadap kondisi masyarakat sekitar itulah, yang nantinya akan menjadi bahan pemerintah dalam mengambil keputusan. Apakah relokasi yang telah ditempuh tersebut sudah benar, atau perlu penanganan lebih lanjut yang lebih komprehensif," ujarnya.
Diapun tak menampik, upaya pembinaan kepada pengrajin logam di tempat relokasi Kebasen terus dilakukan secara berkala. Termasuk didalamnya untuk menyentuh kesadaran pengrajin dalam menggunakan piranti pelindung, agar polusi di tempat relokasi tersebut tidak meracuni para pekerja.
Dan upaya pendekatan untuk mengajak pekerja yang belum tergerak untuk pindah ke lahan relokasi pun, tak surut untuk dilakukan. Hal ini semata demi menekan angka korban polusi khususnya pada anak-anak dan balita.
"Selain langkah pembinaan, kami juga terus berupaya memberikan bantuan pembuatan atap untuk memudahkan mereka bekerja di tempat relokasi, tanpa terganggu sengatan matahari disiang hari dan terhindar air dimusim penghujan," cetusnya.
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/4 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar