Senin, 04 Juli 2011

Nazaruddin Menyanyi Lagi

JAKARTA- Tersangka dugaan suap proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games 2011, Muhammad Nazaruddin, kembali ’’bernyanyi’’ dengan menyebut sejumlah orang penting Partai Demokrat terlibat dalam kasus itu.

Dalam nyanyiannya kali ini, Nazaruddin bahkan menjelaskan secara lebih terperinci, termasuk peran Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng dan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Dalam pengakuan terbarunya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu menyebut bahwa pada Januari 2010, dia terlibat pertemuan dengan Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, dan Mahyudin.

Dalam pertemuan tersebut, menurut Nazaruddin, Andi mengajukan anggaran Rp 2,3 triliun untuk sarana prasarana SEA Games 2011 dan percepatan pembangunan fasilitasnya. SEA Games 2011 akan digelar akhir tahun ini di Palembang dan Jakarta. Andi sangat berkepentingan dengan event tersebut karena berada di bawah kementeriannya.
Andi lantas memanggil Sekretaris Menpora Wafid Muharam dan memerintahkannya membantu Angelinda Sondakh dkk untuk mewujudkan anggaran tersebut.

Wafid Muharam kini sudah menjadi tersangka kasus suap wisma atlet ini. Dia tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada April lalu saat menerima suap berupa cek senilai Rp 3,2 miliar dari Direktur Marketing PT Duta Graha Indah Muhammad El Idris atas bantuan broker Mindo Rosalina Manullang.
Duta Graha adalah pemenang tender pembangunan wisma atlet, sementara Rosalina adalah anak buah Nazaruddin di PT Anak Negeri.

Pada Februari 2010, digelar pertemuan kedua. Hadir dalam pertemuan itu adalah Wafid, Angelina, Mirwan Amir, Nazaruddin, Anas Urbaningrum, dan Mahfud. Mahfud adalah pengusaha, rekan dari Anas Urbaningrum.
Ketika itu, Anas masih berstatus ketua Fraksi Partai Demokrat DPR, belum menjadi ketua umum Partai Demokrat.
Dalam pertemuan kedua ini, menurut Nazar, dibicarakan teknis proyek Ambalang senilai Rp 1,2 triliun, proyek peralatan olaraga Rp 75 miliar, dan proyek pembangunan wisma atlet di Palembang Rp 200 miliar. Juga pembangunan sarana prasarana atlet di Jawa Barat senilai Rp 180 miliar.

Menurut Nazar, Angelina dan Mirwan Amir adalah pihak yang paling tahu teknis ’’pendanaan’’ proyek-proyek itu. Sebab Angelina yang membawa pengusaha untuk bertemu Wafid Muharam.
Pertemuan ketiga dilakukan minggu ketiga Februari 2010 di restoran Jepang di kawasan Arcadia, Senayan. Dalam pertemuan itu hadir Angelina, Mirwan Amir, Nazaruddin, Mahyudin, Andi Mallarangeng, Wafid, dan seorang deputi di Kemenpora yang baru dilantik oleh Andi. Nazaruddin mengaku lupa nama deputi itu. Mirwan Amir, Angelina, dan Mahyudin adalah anggota Fraksi Partai Demokrat.

”Kami sepakati urusan teknis. Nanti yang menjalankan antara Wafid, Angelina, dan Mirwan Amir, yang mana soal anggaran akan diatur oleh Mirwan Amir dari pimpinan Badan Anggaran. Soal pengusaha akan diatur oleh Angelina. Begitu ceritanya,” papar Nazaruddin.
Setelah itu, dia mengaku ditinggal di tengah jalan alias tidak lagi dilibatkan.
”Jadi secara teknis saya tidak mengikuti. Kalau soal wisma atlet Palembang, sudah dialokasikan Rp 9 miliar. Untuk proyek Ambalang Rp 50 miliar. Ini semua fakta, benar,” imbuhnya.

Terkait wisma atlet yang nilai proyeknya Rp 200 miliar, kata Nazar, sudah dialokasikan Rp 16 miliar untuk dibagi-bagi. Selain itu ada dana Rp 9 miliar untuk DPR yang dikirim lewat kurir bernama Paul dan Rp 7 miliar dialokasikan untuk tim kongres pemenangan Anas Urbaningrum dalam pencalonan ketua umum Partai Demokrat.
”Untuk proyek Ambalang Rp 1,2 triliun dana yang sudah dialokasikan Rp 100 miliar. Dengan rician ke DPR lebih kurang Rp 30 miliar lewat pengusaha teman Anas namanya Mahfud, Rp 50 miliar untuk pemenangan Anas waktu kongres, dan Tim Konsultan Anas Rp 20 miliar,” beber Nazar.

Tuduhan Bohong

Ketua DPP Partai Demokrat Gede Pasek Suardika menegaskan bahwa tudingan Nazaruddin itu sepenuhnya bohong.
”Nyanyian Nazaruddin itu BBM alias Bohong Bohong Melulu. Itu hanya sensasi pengalihan isu agar dari status tersangka bisa jadi pahlawan,” kata Pasek Suardika, Minggu (3/7).
Menurut Pasek, tudingan terbaru Nazaruddin yang mengaitkan Anas Urbaningrum makin melengkapi kebohongan tersebut.

”Jangankan yang dari BBM, omongan Nazaruddin secara langsung saja banyak bohongnya,” kata Pasek, mantan anggota Komisi X DPR yang pernah ikut membahas anggaran SEA Games tersebut.
Pasek menjelaskan rangkaian kebohongan Nazaruddin itu terlihat dari pernyataan yang berubah-ubah.
”Awalnya dia mengaku tidak kenal Rosa (Rosalina Manullang) tapi ternyata koleganya. Tidak kenal Sekjen MK Djenedjri, ternyata malah kasih uang. Bilang mau bongkar borok MK, malah kabur,” kata Pasek.

”Lihat saja tudingan soal uang Rp 9 miliar yang dulu disebutnya untuk pimpinan Banggar (Badan Anggaran), sekarang katanya dibagi-bagi juga untuk Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng. Dari Rp 8 miliar untuk Anas diralatnya menjadi Rp 7 miliar, terus sekarang menjadi Rp 2 miliar. Enteng sekali dia menuding. Semua makin tidak bisa dipercaya,” kata Pasek.

Terkait pembahasan Wisma Atlet Palembang dan proyek Ambalang, menurut Pasek, tidaklah semata-mata pertemuan antara Fraksi Demokrat dengan Sesmenpora, melainkan melibatkan seluruh fraksi Komisi X DPR.
”Pembahasannya oleh semua fraksi dan disetujui oleh semua fraksi. Semua dilakukan dalam pleno Komisi X. Jadi tak masuk akal antara FPD saja. Semakin kelihatan kebohongan Nazaruddin,” katanya.

Masih di Singapura

Nazaruddin saat ini bersembunyi di Singapura. Dia pergi ke negara itu hanya sehari sebelum dicekal KPK pada 23 Mei lalu.

Hingga kemarin, keberadaannya masih misterius. Polisi, yang telah menerima perintah penangkapan Nazaruddin dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, belum bisa mengendus keberadaan Nazarudin.
Kepala Bidang Penerangan Umum (Kabid Penum) Polri Kombes Boy Rafli Amar mengungkapkan, pihaknya belum bisa memastikan keberadaan Nazaruddin.

”Kami tidak mengetahui keberadaan Nazarudin saat ini,” ujar Boy, Sabtu (2/7).
Dia mengatakan, proses pemulangan Nazarudin nantinya tidak bisa disamakan dengan proses pemulangan mafia pajak Gayus Tambunan dari Singapura. Sebab kondisinya berbeda.
”Kondisinya berbeda, tidak bisa disamakan. Gayus pada waktu itu ingin memberi penjelasan di Indonesia. Kami tidak mengetahui keberadaan Nazaruddin,” ujar Boy.

Terpisah, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan bahwa tim Polri telah bergerak merespons perintah presiden untuk membawa pulang Nazaruddin yang kini berada di Singapura.
Berbicara di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, di sela-sela mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kapolri mengatakan bahwa semua tim sudah bergerak sesuai prosedur yang ada.
’’Semua tim sudah berjalan, kita tunggu saja,” ujarnya.
Timur mengatakan, Polri juga akan melakukan koordinasi dengan KPK mengenai kasus ini. (K24,D3, J13, F4,ant,dtc-43)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/4 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar