Kamis, 20 Oktober 2011

Akhir Tragis GadDafi

SIRTE - Berbulan-bulan pelarian Muammar Gaddafi berakhir sudah. Mantan pemimpin Libia itu harus mengakhiri hidup secara tragis. Dia tewas di tangan para pejuang oposisi yang berhasil menguasai kota kelahiran dan tempat persembunyian terakhirnya, Sirte, kemarin. Jenazahnya yang berlumuran darah direkam dengan video telepon seluler dan dipamerkan ke seluruh dunia. Dan keinginan Gaddafi untuk meninggal di tanah airnya terwujud.
Kabar tewasnya mantan diktator Libia tersebut disampaikan PM sementara Libia, Mahmoud Jibril. Konfirmasi itu diperoleh menyusul beberapa jam laporan-laporan yang beragam tentang status mantan pemimpin gaek berusia 69 tahun itu.
Menurut Anees al-Sharif, juru bicara dewan militer Tripoli, putra Gaddafi, Mutassim, dan kepala intelijennya, Abdullah al-Sanussi, juga tewas.
Para pejabat senior pemerintahan sementara menyatakan kematian Gaddafi memungkinkan deklarasi pembebasan menyusul delapan bulan pertumpahan darah. Dewan Transisi Nasional (NTC), yang untuk sementara memimpin Libia, mengakhiri 42 tahun kekuasaan Gaddafi dua bulan lalu namun kesulitan mengejar ribuan pendukung setianya.
”Kami membenarkan bahwa seluruh penjahat, plus Gaddafi, telah lenyap dari negeri tercinta ini,” kata PM Jiblil di Tripoli saat jenazah itu dibawa ke Misrata, kota yang terkepung dan menderita di tangan pasukan Gaddafi. Kota itu kemudian dijadikan simbol perlawanan oleh pejuang oposisi.
”Kini saatnya untuk memulai Libia baru, suatu Libia yang bersatu,” tambah Jibril. ”Satu orang, satu masa depan.” Deklarasi resmi pembebasan, menurut rencana diumumkan Jumat waktu setempat. 
Para pemimpin Barat, yang belum berani berkomentar sampai konfirmasi Jibril, kini juga mengikuti sentimennya dengan mengatakan Gaddafi tewas pada usia 69 tahun.
PM Inggris David Cameron mengatakan rakyat Libia kini memiliki peluang lebih besar untuk menentukan masa depan yang kuat dan demokrasi. Cameron bersama Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mensponsori revolusi di Benghazi pada Februari lalu.
Penyebab Kematian
Hingga semalam, kabar tentang penyebab kematian Gaddafi masih simpang-siur. Namun para pejabat  NTC, termasuk Abdel Majid Mlegta, mengatakan dia tewas lantaran luka yang diderita dalam bentrokan dengan pasukan NTC di Sirte.
Satu diskripsi yang mungkin, yang dikumpulan dari berbagai sumber, menunjukkan Gaddafi mungkin berusaha meninggalkan kubu terakhirnya dalam konvoi kendaraan setelah beberapa pekan melakukan perlawanan. Namun, langkahnya terhenti oleh serangan udara NATO dan dia pun ditangkap, mungkin tiga atau empat jam kemudian, menyusul bentrok senjata dengan pejuang NTC. Sebelumnya, para pejuang menemukan mantan pemimpin eksentrik itu bersembunyi di dalam gorong-gorong pembuangan air.
NATO menyatakan pesawat tempurnya menembak sebuah konvoi di dekat Sirte sekitar pukul 08.30 waktu setempat (13.30 WIB). Serangan itu berhasil mengenai dua kendaraan militer dalam konvoi itu, namun belum bisa memberikan konfirmasi bahwa Gaddafi merupakan salah satu penumpangnya.
Namun cerita dari musuh-musuhnya menunjukkan penangkapkan, dan kematian Gaddafi akibat luka yang dideritanya, terjadi pada siang hari waktu setempat. Salah satu putra Gaddafi yang juga calon penggantinya, Saif al-Islam, masih buron. Pejabat NTC, Mlegta, mengatakan kepada Reuters  bahwa di terkepung setelah berusaha meninggalkan Sirte.
Menurutnya, Gaddafi terluka di kedua kakinya, kemarin pagi, saat dia berusaha kabur dalam konvoi yang kemudian diserang pesawat tempur NATO. ”Dia juga terkena gempuran di kepalanya,” jelasnya. ”Konvoinya terus ditembaki dand ia tewas.” Namun kabar lain menyebutkan, Gaddafi terluka namun masih hidup saat dibawa ke suatu tempat yang dirahasiakan. Dan televisi Al Jazeera kemudian menayangkan gambar jenazah Gaddafi. Rekaman stasiun televisi itu memperlihatkan Gaddafi  terkulai di tanah, terluka, dan diinjak-injak. Pakaiannya pun tampak sobek.
Gedung Putih tidak berkomentar banyak mengenai situasi perkembangan di Libia. Meski demikian, Senator John McCain mengatakan, ini adalah sebuah fase akhir dari Revolusi Libia. McCain juga menambahkan, AS dan NATO akan melanjutkan dukungannya untuk Libia.(rtr,cnn-niek-31)
Sumber Berita  : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/10/21/163552/

0 komentar:

Posting Komentar