Senin, 17 Oktober 2011

Jangan Patah Arang ODAPUS

KATA ”Lupus” dalam penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES) berasal dari bahasa latin, yang berarti anjing hutan atau serigala. Penamaan tersebut didasarkan pada gejala umum yang biasa tampak dari Orang Penderita Lupus (Odapus), berupa ruam berbentuk kupu-kupu (butterfly rash) membentang di kedua pipi layaknya pada anjing hutan.
Berkebalikan dengan penderita HIV/AIDS yang kehilangan sistem kekebalan, antibodi odapus justru hiperaktif dan menyerang organ tubuh yang sehat. Dalam kasus ini, antibodi yang seharusnya melindungi kita dari virus, kuman, atau bakteri justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh.
Saat ini, terdeteksi sedikitnya lima juta odapus di seluruh dunia. Tak banyak, namun jumlah itu hampir bisa dipastikan bakal meningkat, karena selalu muncul 100 ribu kasus baru setiap tahunnya.
Peningkatan signifikan tersebut terjadi karena penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Seluruh lapisan masyarakat berpotensi terkena Lupus, terlebih bagi perempuan dan yang memiliki garis keturunan odapus.
Perempuan memang lebih berpotensi terserang Lupus daripada lak-laki, sekitar 6-10 kali lipat. Kemungkinan itu lebih banyak dialami di usia produktif, antara 15-40 tahun. Diduga, penyakit yang lebih banyak berkembang di Asia dan Afrika ini berkaitan erat dengan hormon estrogen. Namun, hingga sekarang belum ada penelitian yang memastikan hal tersebut.
Pun halnya dengan dugaan faktor keturunan (genetik). Meski ada fakta 1-5 orang dari 100.000 odapus bersifat genetik, agaknya belum ada penelitian yang bisa memastikan faktor keturunan sebagai penyebab secara langsung. Pasalnya, dari kasus-kasus yang ada, tingkat prevalensi odapus akibat faktor genetik hanya mencapai sepuluh persen saja.
Kesulitan akurasi analisa itulah yang menjadikan penyakit Lupus ”istimewa” dan misterius, sekaligus berbahaya. Penyakit autoimunitas ini pun dijuluki si peniru andal, karena gejala-gejalanya yang mirip dengan penyakit lain.

Lupus di Indonesia
Sedikitnya sekitar 50.000 kasus odapus pernah ditemukan di Indonesia. Jumlah itu kemungkinan akan meningkat tajam, mengingat tak seluruh penduduk Indonesia paham dan sadar betul tentang penyakit yang terhitung mematikan setara kanker ini.
Damien Dematra tahu betul dengan fakta tersebut. Setidaknya, itulah yang tertuang dalam film buah karyanya, ”L4 Lupus” (baca: Love for Lupus), yang tayang perdana awal Oktober lalu. Ia meyakini, paling tidak ada 1,5 juta kasus odapus di seluruh Indonesia yang belum terungkap. Hanya 10.000 di antaranya saja yang sadar bahwa dirinya mengidap lupus.
”Film itu diharapkan bisa menggugah kesadaran orang bahwa penyakit lupus dekat dengan kita, sehingga masyarakat bakal lebih peduli dan mendukung odapus agar cepat terobati,” ungkap Damien pada gala premier ”L4 Lupus” di Mall FX, Jakarta.
Ya, semoga saja film yang diklaim sebagai karya layar kaca pertama di dunia yang membahas tentang penyakit lupus itu bisa menempati apa yang diharapkan Damien, para odapus mendapat pengobatan, dan akan lebih banyak orang yang peduli pada penyakit yang ”diperingati” orang di seluruh dunia pada 10 Mei ini. Jangan patah arang, Para Odapus! (Galih P Laksana-11)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/10/16/162822/

0 komentar:

Posting Komentar