Minggu, 16 Oktober 2011

KPH Yudanegara Nyantri GKR Bendara Dipingit

YOGYAKARTA- Upacara jemput manten kakung bersama rombongan dari Ndalem Mangkubumen menuju Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Minggu (16/10), berlangsung meriah. Tiga kereta dan pasukan berkuda menjemput rombongan calon pengantin pria.
Sebelum menjalani ijab kabul, calon pengantin pria dan keluarga harus mengikuti tradisi nyantri. Prosesi ini bertujuan lebih mendekatikan diri dengan keluarga Keraton sebelum pernikahan.
Sekitar pukul 09.15, KGPH Hadiwinoto mengutus KRT Jatiningrat dan KRT Yudaningrat menjemput calon pengantin Ahmad Ubaidillah atau KPH Yudanegara dan keluarga yang tinggal di Ndalem Mangkubumen di kompleks Universitas Wangsa Manggala atau satu kilometer sebelah barat Magangan, Keraton.
Rombongan KPH Yudanegara naik tiga kereta, yakni Kiai Kutha Kaharjo, Kiai Puspaka Manik, dan Kiai Kus Gading. Mereka dikawal prajurit berkuda di sepanjang jalur yang dilewati, yakni kawasan Ngasem Ketimut-Regol Magangan.
Arak-arakan itu mendapat sambutan masyarakat. Warga Yogyakarta berjubel melambaikan tangan ke arah calon pengantin yang mengenakan surjan putih. KPH Yudanegara pun menyambut hangat sambil meminta doa restu. ”Kami mohon doa restunya,” kata Ubay, panggilan akrab KPH Yudanegara yang mengangkat kedua tangan seperti orang menyembah.
”Wah manten kakung-nya ganteng,” ujar seorang penonton. Bahkan di antara mereka ada yang berteriak keras, ”Manten kakunge bagus buanget (pengantin pria tampan sekali).” Ubay hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Tepat pukul 10.30, rombongan tiba di Magangan. Mereka disambut GKR Hemas dan putra wayah dalem. Begitu turun dari kereta, pengantin kakung langsung melambaikan tangan. Dia kembali tersenyum kepada masyarakat yang berjubel di depan Regol Magangan.
Menurut Mas Wedhana Rono Wiratmo, seorang abdi dalem, tradisi nyantri dulu dilakukan 40 hari sebelum menikah. Seiring perkembangan zaman, tradisi ini dilakukan seperlunya saja menjelang hari-H pernikahan.
Pelangkahan
Tradisi nyantri digelar agar calon pengantin pria bisa menyesuaikan dengan adat-istiadat keluarga keraton. Nyantri juga untuk memastikan bahwa pengantin pria sudah berada di lingkungan pengantin putri atau keraton sehingga prosesi pernikahan lancar. Tujuan lain adalah pengenalan kepada anggota keluarga keraton sehingga mereka bisa mengenal calon menantu.
Sebelum upacara nyantri, sekitar pukul 7.30 di Keraton Kilen digelar upacara pelangkahan dan ngabekten bagi calon pengantin putri. Upacara pelangkahan sebagai bentuk penghormatan GKR Bendara yang mendahului sang kakak, GRAj Nur Abrajuwita, menikah. Acara itu disaksikan langsung oleh kedua orang tua, Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.
GKR Bendara menyerahkan sejumlah perhiasan, tas, sepatu, dan dompet kepada GRAj Nur. Dia juga menyerahkan setangkep pisang sanggan sebagai syarat pelangkahan.  Setelah itu, calon pengantin putri GKR Bendara yang berkebaya abu-abu melakukan upacara ngabekten. Dia sungkem kepada Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.
GKR Pembayun kemudian memerintahkan utusan dalem BRAY Suryadiningrat dan BRAY Suryametaram menjemput temanten putri dari Keraton Kilen untuk dibawa menuju Keputren. Di sini, GKR Bendara dan GKR Hemas bersama sesepuh keraton lain transit di Bangsal Sekar Kedhaton.
Tatacara ini dipimpin perias pengantin, Tienuk Rifki. Menurut Tienuk, di Keputren pengantin putri akan menjalani prosesi sengker atau pingitan. Selama masa pingitan, calon pengantin putri tak boleh keluar dari Keputren sekaligus bersiap menjalani prosesi siraman Senin pagi ini.
Calon pengantin pria selama nyantri juga tidak diperbolehkan keluar dari Bangsal Kasatriyan karena pagi ini akan menjalani upacara siraman. ”Itulah urut-urutannya,” ujar Tienuk. (sgt-65)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/10/17/163033/

0 komentar:

Posting Komentar