SLAWI - ''Hari ini saya akan memenuhi undangan Kejati. Kalau ditanya apakah saya takut, dengan jujur jelas ada
ketakutan,'' demikian kata Bupati Tegal Agus Riyanyo sebelum berangkat menuju ke Kejati Semarang, Selasa pagi (26/6). (Berita lain terkait kasus ini bisa dibaca di edisi nasional)
Ketakutan itu lebih kepada†ketakutan bila fakta hukum yang kemudian digunakan tidak sesuai dengan apa yang memang terjadi. ''Maka itulah saya hanya berharap, ketika Kejati mengambil alih kasus JaIingkos dari Kejari Slawi, institusi ini bisa lebih sebagaimana yang diungkapkan Napoleon, 'fakta tak pernah berpihak'. Bahkan, saya berharap upaya ini menjadi seperti yang diingatkan David Borenstein, tak seharusnya perasaan dilogikakan. Berbahaya manusia merasionalkan emosinya.''
Ya, itulah sepenggal kata yang ditulis Bupati Tegal Agus Riyanto dalam jejaring sosialnya pada malam sebelum ditahan Kejati Semarang, Selasa (28/6). Tak hanya itu, orang yang suka membaca dan menulis itu sempat mengumpulkan kerabat dan teman dekatnya untuk sekadar ngudal rasa pada malam itu. Dalam kesempatan tersebut, pria yang dikenal sebagai orator sejati itu menceritakan kasus yang tengah menimpa dirinya. Dari mulai rencana pembuatan DED hingga muncul kejanggalan yang berujung pada masuknya dua pejabat Pemkab Tegal ke Lembaga Pemasyarakatan Slawi.
''Saya tidak sedang mengatakan tidak bersalah. Biar proses hukum yang akan menentukan,'' kata Agus Riyanto di hadapan puluhan kerabat, teman dekat dan sejumlah mahasiswa.
Penjelasan Agus yang sesekali diselingi guyon renyah, membuat suasana yang belumnya mencekam berubah menjadi akrab. Sejak Selasa (21/6) saat Bupati Tegal diminta hadir ke Kejati, suasana Rumah Dinas Bupati Tegal sedikit berubah. Terkesan mencekam dan aneh. Namun ketegaran dan ketenangan Agus Riyanto membuat suasana tetap nyaman. Pria bertubuh kecil dan kurus itu tetap berpegangan pada prinsip orang Tegal. Yakni, banteng loreng binonceng. Artinya, akan melawan jika ada yang menyalahi dan selalu berteman dengan siapapun.
''Saya tidak pernah melakukan apa yang telah dituduhkan. Banteng loreng binonceng tak kan menyerah,'' tandas Mantan Ketua DPRD Kabupaten Tegal itu.
Diliputi Kesedihan
Keberangkatan Agus Riyanto bersama rombongan pada Selasa (28/6) pukul 05.30 diselimuti rasa kesedihan. Walaupun tak tampak ada yang menangis, namun orang yang ditinggalkan menyimpan kegalauan. Apakah akan kembali atau harus ditinggalkan untuk sementara.
''Semua harus tetap berjalan seperti biasanya,'' kata Agus Riyanto didampingi istrinya, Marhamah saat memasuki mobil dinas Toyota Prado G-7275-ZA saat akan berangkat ke Kejati.
Suasana yang dramatis terjadi saat keluarga Bupati Tegal mendapatkan informasi orang tercintanya ditahan Kejati. Rumah Dinas Bupati Tegal yang biasanya memancarkan keceriaan, berubah menjadi suram. Hampir semua keluarga Agus Riyanto dan Marhamah menangis. Bahkan, para pembantu di rumah itu juga ikut menangis.
Kondisi cuaca Kabupaten Tegal yang dalam sebulan terakhir tak turun hujan, malam setelah penahanan Bupati Tegal, serasa ikut merasakan kesedihan dengan turunnya hujan sejak sore hingga malam hari. Penahanan orang paling berpengaruh di kabupaten tersebut agaknya menjadi kesedihan mendalam bagi masyarakat setempat. (H64-13)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/30 Juni 2011
Rabu, 29 Juni 2011
Agus Riyanto Curhat di Facebook
20.14
Slawi Ayu Cybernews, Terbit pada tanggal 10 April 2011
0 komentar:
Posting Komentar