Kamis, 18 Agustus 2011

Bahagia meski Hidup Sendiri-di Rumah Kontrakan-

DALIMIN Ronoatmodjo memang semakin tua. Usianya kini 92 tahun. Hebatnya, dia belum pikun. Bahkan selama Ramadan ini dia selalu berpuasa dan rajin shalat tarawih.
Sehari-hari dia tinggal sendirian di rumah kontrakan di Dukuh Kradenan, Desa Ori RT 3 RW 1, Kecamatan Kuwarasan, Kebumen. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, ia mengandalkan uang pensiun. Itulah jalan hidup yang dipilih mantan pengawal pribadi Bung Karno tersebut di usia senjanya.
Meski hidup seorang diri, ia mengaku bahagia.
Apalagi setiap pagi Dalimin bisa memandang hamparan sawah luas di depan rumah serta indahnya perbukitan Gombong selatan.
”Saya sering bicara sendiri mensyukuri rahmat Tuhan. Saya bahagia diberi umur panjang dan menjadi manusia tiga zaman,’’ ucap pria yang oleh anak-anak Soekarno sering dipanggil Kak Dalimin itu.
Lalu apa saja aktivitas sehari-hari lelaki yang memiliki dua anak dan empat cucu angkat itu? Dalimin menghabiskan banyak waktunya ditemani radio. Demikian pula saat malam hari dan ketika tidur. Lantaran faktor usia, dia kerap bangun untuk ke kamar kecil.
Siang hari pun tidur ditemani radio. Acara kesukaannya siaran wayang kulit semalam suntuk di RRI Semarang dan RRI Purwokerto, atau siaran uyon-uyon dan karawitan.
”Saya tidak suka siaran televisi. Acaranya gombrang-gambreng nggak karuan, nggak cocok,” ujarnya.
Yang menarik, meski sudah renta, Dalimin yang berpostur kecil itu masih lincah. Jika hendak ke mana-mana seperti belanja ke warung atau pergi ke masjid, dia suka naik sepeda. Sehari-hari dia makan nasi bubur, minum air putih, tidak merokok, juga tidak minum teh dan kopi. Untuk menjaga kesehatan, Dalimin pantang makan yang pedas, asin, dan asam. Karena itu ia jarang sakit.
Aktivitas lainnya, tiap bulan ia mengambil gaji pensiunan polisi di Kantor Pos Gombong, diantar cucu angkatnya. Menurut dia, uang pensiunnya sekitar Rp 2 juta. Itu cukup untuk mengontrak rumah Rp 2 juta per tahun.
Pemiliknya Markus Kuat, guru di Gombong. Dalimin pernah disarankan agar memindahkan uang pensiun ke Kantor Pos Kuwarasan yang dekat, tapi ia menolak. Alasannya, tiap bulan dia bisa bertemu rekan pensiunan atau veteran. ”Saya masih bisa menabung dan kadang mengirim uang ke cucu,” ujarnya tersenyum.   
Tiap tahun Dalimin selalu menghadiri acara HUT Veteran dan Hari Bhayangkara 1 Juli. Demikian pula setiap peringatan HUT RI tanggal 17 Agustus, dia tak pernah absen. Pada peringatan HUT RI tahun ini, Rabu (17/8), dia hadir di kompleks Pendapa Rumah Dinas Bupati Kebumen sejak pukul 07.00.
Dia mengikuti upacara bendera di Alun-alun Kebumen dan duduk di barisan kursi depan sederet dengan tokoh veteran HR Soenarto dari Gombong serta tokoh Dewan Harian Cabang (DHC) 45 Kebumen Edi Budianto.
Sehabis upacara, Dalimin bak bintang ternama, disalami para pejabat, diajak foto oleh para pejabat seperti Bupati Buyar Winarso, Wakil Bupati Djuwarni, Kapolres AKBP Andik Setiyono, dan Ketua DPRD Kebumen Budi Hianto Susanto.
Di kalangan Polres Kebumen, Dalimin sangat dihormati. Banyak perwira dan pejabat Polres kagum melihat kondisi kesehatan eks anggota Brimob itu. Apalagi giginya masih utuh dan nada bicaranya jelas. Hanya pendengarannya yang mulai berkurang.
Dihormati Petinggi
Lebih dari itu, Dalimin memiliki nasionalisme tinggi. Rumahnya dipagari kayu dengan cat merah putih. Pada peringatan 17 Agustus 2011, dia mengibarkan empat bendera Merah Putih sekaligus. Tiap tanggal 17 Agustus ia terkenang masa-masa menjadi ajudan Bung Karno pada 1950-1970. Hampir semua peristiwa ia ingat, entah saat mengawal Bung Karno, bersama anak-anak Soekarno, atau dengan Ibu Negara, termasuk dengan keluarga Moh Hatta, mantan wakil presiden yang juga proklamator kemerdekaan.
Di ruang tamu rumah kontrakannya terpajang sederet foto Bung Karno. Juga foto Megawati, Ibu Negara Fatmawati, serta foto saat kunjungan ke London tahun 1966. Foto-foto dirinya dengan gubernur Jateng, pejabat serta tokoh-tokoh Pemkab Kebumen pun dipasang di dinding.
Hubungan Dalimin dengan anak-anak Soekarno masih terjaga baik. Pada era Presiden Megawati, Dalimin pernah diundang ke Istana Negara dan bereuni dengan Mega, Guntur, Guruh, serta keluarga besar Bung Karno.
Pada masa Presiden Megawati pula sosok Dalimin muncul. Waktu itu Mabes Polri meminta Polda Jateng melacak seorang mantan Brimob eks pengawal pribadi Bung Karno. Singkat kata, Kombes Mutamin Sunoto yang bertugas di Bina Mitra Polda mencari ke Kebumen dan menemukan Dalimin.
Di kalangan petinggi Polri, Dalimin dihormati sebagai senior. Ketika Kapolri (saat itu) Jenderal Sutanto hadir di Kebumen bersama Panglima TNI dan para kepala staf angkatan, Dalimin diajak duduk satu meja. Berkali-kali Sutanto menepuk pundak Dalimin.
”Saya meneruskan perjuangan Pak Dalimin,” kata Sutanto.
Dalimin memiliki istri bernama R Ng Siti Rochaniah yang meninggal tahun 1991. Siti yang merupakan anggota TNI AD kabarnya keturunan Ajengan Agung Kiai Caringin dari Banten. Ia pernah diambil anak angkat oleh orang Belanda, sehingga pandai berbahasa Negara Kincir Angin itu.
Seperti Dalimin, istrinya juga sangat dekat dengan Bung Karno dan kerap diajak bicara bahasa Belanda. Setelah meninggal, wanita itu dimakamkan di Desa Ori. Dari pernikahannya dengan sang istri, Dalimin tidak memiliki keturunan.
Sebelum itu, Dalimin pernah menikah dengan Sumirah, perempuan asal Magetan, Jawa Timur. Mereka dikaruniai dua anak, Sudarwiyah dan Sudarni Suryati.
Dari dua anak itulah Dalimin memiliki 12 cucu, 25 buyut, dan satu canggah. Anak kandungnya ada yang menetap di desa itu, namun dia menolak tinggal bersamanya.
Kini Dalimin menghabiskan hari tuanya di Desa Ori. Baginya, desa itu memiliki kenangan mendalam. Dia lahir, dikhitan, dan menikah di desa itu. Pada masa dulu, desa itu merupakan hutan yang penuh pohon bambu dan pohon berduri, sehingga dinamakan Desa Ori. Dia pun telah menyiapkan tempat peristirahatan abadi di samping makam kedua orang tua dan istri tercintanya, Siti Rochaniah. ”Saya tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, nanti kalau anak cucu mau ziarah jadi repot,’’ ucap Dalimin. (Komper Wardopo-59)
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/19/156592/

0 komentar:

Posting Komentar