Sabtu, 20 Agustus 2011

Masjid Baiturrohman Pedagangan Dukuhwaru.

MASJID Baiturrohman Dukuh Kejaksan Desa Pedagangan Kecamatan Dukuhwaru, merupakan salah satu masjid agung di desa tersebut. Menilik cikal bakal pembangunan masjid itu direncanakan sekitar tahun 1811 oleh seorang alim (wali) bernama Mbah Ali Kejaksan. Namun pembangunan awal oleh Mbah Ali tersebut gagal dan baru dilanjutkan oleh anak keturunannya sekitar tahun 1918. Pada tahun 1927, masjid itu baru selesai pembangunannya.
Jika menilik kisah masjid tersebut, direncanakan dibangun bersamaan dengan sebuah kantor penyelesaian soal hukum terkait kegamaan, juga tempat pertemuan. Sayangnya, pembangunan sejumlah gedung tersebut menjadi tidak selesai karena keburu diketahui oleh manusia.
“Diceritakan konon saat membangun masjid, Mbah Ali Jaksan mengerahkan mahluk gaib. Menurut cerita, saat pembangunan masjid suasananya sangat gaduh. Namun sayang, saat belum selesai pembangunan, keburu pagi datang sehingga diketahui manusia dan gagal,” jelas Abdul Jamil, suami salah satu keturunan dari Mbah Ali jaksan, Jumat (19/8).
Sebagai bukti pernah ada pembangunan di lokasi dekat Masjid Baiturrohman yang bersebelahan dengan makam, banyak tumpukan bata besar dengan ukuran tiga sampai emapt kali lipat batu bata yang ada sekarang ini. Itu menunjukkan jika batu bata dimaksud merupakan batu bata peninggalan jaman dahulu yang usianyanya diperkirakan diatas seratus tahun.
Dari kegagalan pembangunan masjid tersebut dan sepeninggal Mbah Ali Jaksan, sejumlah keturunannya tetap berupaya membangun kembali masjid itu. Namun baru terealsisasi saat salah satu keturunan Mbah Ali Jaksan yang bernama KH Abu Syukur berhasil mewujudkan dengan membangun Masjid Baituurohman yang sekarang ini.
“Lokasi Masjid Baiturrohman juga berdekatan dengan lokasi pembangunan masjid awal yang direncanakan Mbah Ali jaksan. Makanya, masjid ini juga erat dengan kisah wali,” ujar Abdul Jamil.

DIRAWAT KETURUNAN
Seiring perjalanan, Masjid Baiturrohman saat ini sudah mengalami sejumlah renovasi dan perbaikan. Dari bentuk semula masjid yang sangat tradisional, saat ini sudah sedikit modern. Namun jika melihat dari dekat suasana dan lokasi masjid, sangat kental dengan nilai religi dan masa lalu yang melekat di wilayah itu.
Bahkan lokasi yang bersampingan dengan makam Mbah Ali Jaksan dengan sejumlah pepohonan besar maupun sejumlah makam orang alim, ingatan seseorang terbayang kepada masa lampau. Apalagi masjid dengan halaman yang cukup luas dan di depannya mengalir sungai Bebek, membuat suasana semakin tentram. “Masjid ini terus dirawat dan dijaga oleh keturunan Mbah Ali Jaksan,” ucap Jamil.
Sementara selama bulan Ramadhan 1432 H, aktifitas di Masjid Baiturrohman layaknya masjid lain. Dimanfaatkan untuk kuliah Subuh dan acara ibadah lain seperti Tarawih dan tadarus. Adanya yang belum tercapai dari pembangunan masjid itu, adalah keinginan Mbah Ali Jaksan yang berinovasi membangun tata pemerintahan. Dimana pemerintahan kecil dengan ditengahnya terpusatkan bangunan untuk penyelesaian proses hukum masyarakat, hanya sebuah kenangan.
“Meski demikian, Masjid Baiturrohman sering dikunjungi oleh masyarakat lingkungan yang mengetahui riwayat dan kisah Mbah Ali Jaksan dan orang alim lain yang turut dimakamkan di dekat masjid ini,” pungkas Abdul Jamil. (mohammad ghoni)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar