Jumat, 19 Agustus 2011

Dari Refleksi HUT RI ke 66 dan Nuzulul Qur-an

Malam HUT Kemerdekaan RI tahun 2011 tepatnya Senin (16/8), dirasakan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena bertepatan pula dengan peringatan Nuzulul Qur'an. Lalu?

LAPORAN : FATKHUROHMAN
Malam itu, selesai melakukan sholat Tarawih, sekitar pukul 20.30 WIB, banyak orang mulai berdatangan ke padepokan Simphoni Kebangsaan di jalan Ketilang Slawi Kulon Kecamatan Slawi untuk mengikuti acara Refleksi HUT Kemerdekaan RI ke-66 dan peringatan Nuzulul Qur’an. Pembacaan Sholawat terdengar sangat indah dilantunkan dengan iringan musik terbang Jawa Anjarunnajah dari Desa Pesawahan pimpinan Ustad Firdaus.
Terlihat beberapa orang dari berbagai lembaga mengisi daftar hadir yang disediakan panitia. Seperti Ketua DPRD Kabupaten Tegal Rojikin AH SH, Wakil Ketua DPRD Firdaus Asysairozi, anggota KPU Kabupaten Tegal Saefudin MA, Ketua Kwarcab Pramuka Tegal H Muji Atmanto bersama istri serta pengurusnya, ada pula dari beberapa OKP yakni PMII, HMI, GMNI, KAMMI, SAPMA PP, BEM STAIBN, BEM UPS, perkumpulan vespa yang tergabung dalam comunity scooter Slawi, dan beberapa perwakilan tokoh agama, serta banyak lagi yang lain.
Sekitar pukul 21.00 WIB, acara refleksi HUT RI dan Peringatan Nuzulul Quran pun dimulai. Mengawali acara tersebut dibacakan ayat suci Al Qur'an yang dilanjutkan dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa dari semua agama.
Koordinator Shimponi Kebangsaan, Fatkhurohman, dalam sambutannya mengatakan, acara ini digelar setiap tahun. Diharapkan acara ini dapat mengkontruksi nilai-nilai kemerdekaan dengan mengerti dan memahami arti pentingnya sebuah kemerdekaan dalam rangka membentuk karakter dan terbebas dari ketergantungan.
“Tema kali ini kembali pada jiwa proklamasi. Kami berharap, jiwa itu akan selalu muncul pada jiwa kita semua,” katanya, mengawali sambutan di acara tersebut.
Dalam tausyiah, Saefudin MA menyampaikan bahwa malam kemerdekaan terlihat sangat luar biasa dan ini sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Karena malam 17 Agustus bertepatan dengan malam 17 Ramadhan. Yang pada saat ini, selain kemerdekaan Indonesia, juga mempertingati turunnya kitab suci Al Qur'an yang sampai sekarang ini masih dibaca oleh masyarakat, khususnya bagi kaum muslim.
Menurutnya, Nuzulul Qur'an bukanlah seremoni peringatan belaka, tetapi lebih dari itu. Diturunkanya Al Qur'an adalah untuk memperingatkan umat muslim agar berjalan di jalan yang lurus.
“Al Quran diturunkan agar kita berjalan di jalan yang lurus. Seandainya menjalankan ajaran-ajaran Al Quran, pasti akan selamat dunia dan akhirat,” katanya.
Dia juga menceritakan berbagai sejarah tentang turunnya Al Qur'an dan bagaimana Nabi Muhammad diutus oleh Allah menjadi Nabi dan Rosul.
Setelah tausyiah, acara dilanjutkan dengan pemutaran film dari arsip nasional, kurang lebih 30 menit dengan keadaan lampu dimatikan. Terlihat mereka yang hadir dengan serius menyaksikan film dari arsip nasional tersebut.
Sementara dalam sambutan Ketua DPRD Kabupaten Tegal, Rojikin AH, mengingatkan agar arah keadaan perjalanan bangsa ini perlu diperbaiki. Hal yang penting membangun bangsa, adalah bagaimana membangun karakter bangsa. Dia berharap, dengan adanya peringatan ini, muncul kepotimisan bahwa kedepan harus dapat mewujudkan cita-cita pendiri bangsa.
“Ditengah keadaan yang carut marut ini, keyakinan untuk mewujudkan cita-cita kesejahteraan harus menjadi keyakinan bersama. Karena merdeka adalah berdaulat dibidang politik, berkepribadian dibidang kebudayaan, dan berdikari dibidang ekonomi,” ungkapnya.
Dalam refleksi tersebut, ada empat orang perwakilan yang hadir. Yakni Sunarto, Muji Atmanto, Sukarjo Dulmadis, dan Surono yang menyampaikan seklumit sejarah dan keadaan yang terjadi sekarang ini. Namun mereka juga memberikan semangat untuk selalu bangkit. Harus melangkah untuk tidak berhenti pada keluhan-keluhan.
Acara refleksi ditutup dengan penyampaian dari pendiri simphoni kebangsaan, H Marsinggih Marnadi. Dia juga menceritakan beberapa keadaan yang terjadi sekarang ini. Namun dia juga mengingatkan agar jangan sekali-kali melupakan dan belajar dari sejarah. Karena bangsa yang belajar maka akan menjadi bangsa yang bijak. Untuk menuju itu, kata Marsinggih, jiwa proklamasi harus selalu ada pada jiwa setiap manusia Indonesia. (*)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/index.php/

0 komentar:

Posting Komentar