Kamis, 16 Juni 2011

Pengrajin Kekurangan Bahan Baku

KRAMAT - Kendati sudah berusaha mencari ke berbagai daerah, namun untuk mencari kayu yang memiliki harga jual tinggi sangatlah susah. Kesulitan itu, ditambah dengan tidak adanya modal yang menunjang. Seperti yang dialami salah seorang pengrajin mebel di kawasan jalur Pantura.
Pria yang mengaku menggeluti bidang perkayuan sejak 10 tahun silam ini, bernama Kartono (60). Bapak dari 5 anak ini, memiliki dapur pengrajin mebel di wilayah RT 04 RW 02 Desa Munjung Agung Kecamatan Kramat.
Dia mengaku kesulitan untuk mencari bahan baku selama ini. Terutama kayu yang berusia tua jenis albasia. Setiap kali ada, pasti selalu kalah harga dengan pengrajin kayu yang memiliki modal tinggi.
"Setelah keliling ke berbagai kota, akhirnya saya mendapat kayu albasia yang berusia tua," katanya, kemarin.
Kayu jenis albasia yang usainya ratusan tahun itu didapatnya di Kota Cirebon. Kemudian kayu tersebut dibuatnya sebuah meja kursi atau yang biasa disebut rusbang. Ukuran panjang meja 2,40 meter dan lebarnya 90 centimeter. Di rusbang tersebut, dia ukir berbentuk ular naga. Di atas mejanya, juga dilapisi sebingkai kaca. Sehingga, ukiran ular naga yang dihias warna kuning emas itu bisa terlihat dengan jelas. Rencananya, rusbang berwarna hitam itu akan dijualnya senilai Rp 20 juta. "Kalau ada yang minat, silahkan saja," ujarnya.
Dia menambahkan, berat meja diperkirakan 3 kuintal. Proses pembuatan dari bahan mentah sampai berdiri menjadi rusbang, sekira 2 bulan. Guna menyelesaikannya, Kartono mengaku tidak sendiri. Dirinya dibantu oleh 5 orang karyawannya. "Rusbang ini tidak saya tawarkan ke toko, karena harga di toko terlalu murah menawarnya," selorohnya.
Dia berharap, rusbang tersebut dapat secepatnya terjual. Sebab nantinya, uang hasil penjualan bakal digunakan untuk menambah permodalannya. "Modal kami sudah menipis, kami hanya mengandalkan rusbang ini saja," keluhnya. (yer)
Sumber Berita : Radar Tegal 15 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar