Kamis, 16 Juni 2011

Sejak Kecil Suka Makan Ikan dan Rajin Belajar

Nama Alifa Ahmad Maulana, murid kelas VI SDN Gadel II Surabaya, Jatim, menjadi pembicaraan tingkat nasional setelah terungkap bahwa dia mendapat ”tugas khusus” dari gurunya. Yakni, memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional (UN). Berikut penuturan dari paman, teman, dan para gurunya tentang bocah pintar itu.  

GERAKAN tutup mulut kini dilakukan wali murid dan sebagian besar guru di SDN Gadel II Surabaya, Jatim. Mereka tak hanya enggan bicara masalah ujian nasional (UN). Namun, juga menolak berbicara mengenai sosok Alifa Ahmad Maulana, siswa kelas VI, yang dikabarkan telah memperoleh ”tugas khusus” untuk memberikan contekan kepada teman-temannya saat UN beberapa waktu lalu.

Namun, hasil penelusuran Suara Merdeka di Dusun Gadelsari, Kelurahan Karangpoh, Kecamatan Tandes, Kota Surabaya, membuktikan bahwa Maulana memang anak yang pandai. Para guru dan siswa SDN itu juga mengakui keenceran otak anak pasangan Widodo dan Siami itu. Maklum, sejak kelas I sampai VI, Maulana selalu juara kelas.

“Tak ada yang mengalahkannya. Kepintarannya itu ikut mengangkat reputasi dan nama baik SDN Gadel II di kalangan pengelola sekolah dasar di Kecamatan Tandes,” kata warga Dusun Gadelsari.

Bagaimana aktifitas Maulana sehari-hari?

Menurut Saman, kakak kandung Siami, keponakannya itu menjalankan aktivitas sehari-hari sebagaimana anak-anak di Gadelsari para umumnya. Sehabis sekolah tengah hari, biasanya dia beristirahat di rumah. Kalau sempat membantu sedikit-sedikit ibunya yang membikin gorden. “Yang penting diajarkan kerja keras dan kejujuran. Sebab, dua hal itu modal penting hidup di masa depan,” kata Saman.

Maulana juga kerap bermain dengan teman sebaya di kampungnya. Bermain sepakbola menjadi kegemaran bocah itu. Dan, kalau sudah bermain sepakbola setelah shalat ashar hingga menjelang maghrib, Maulana merasakan keasyikan tersendiri dibanding bentuk permainan lainnya.
“Mungkin karena kultur sepakbola dengan ikon boneknya telah jadi predikat kuat di kalangan warga Surabaya,” tambah warga Gadelsari lainnya.

Latar belakang sosial ekonomi keluarga Maulana boleh dikata sama dengan keluarga-keluarga lain di Gadelsari, tidak miskin tapi juga tidak kaya. Namun, soal pendidikan anak orang tua Maulana, pasangan Widodo dan Siami, memang memberikan perhatian khusus. Sejak beberapa tahun lalu, Maulana didaftarkan mengikuti les Bahasa Inggris, komputer, dan matematika.

“Untuk Bahasa Inggris dan komputer, Maulana les secara privat. Sedangkan matematika les dengan teman sekolahnya,” ungkap Saman yang dibenarkan Satim, paman Maulana lainnya.

Les Bahasa Inggris dan komputer dilakukan di sebuah tempat di kawasan Darmo Surabaya Barat. Kawasan itu dikenal sebagai lokasi kalangan menengah atas di Kota Pahlawan.

Kedisiplinan dan belajar keras ditanamkan Widodo dan Siami kepada anak sulungnya itu. Tak sekadar les privat, Maulana juga diwajibkan belajar mandiri di rumahnya setelah shalat maghrib sampai pukul 22.00 atau 23.00 WIB setiap hari. Kegiatan belajar itu telah menjadi kebiasaan dan kultur bagi Maulana dalam menuntut ilmu. Yang mengajari adalah bapaknya sendiri, Widodo. “Ya, diajari sampai bisa,” tukas Satim.

Juara Lomba IPA

Bibit kecerdasan dan kecemerlangan otak Maulana terlihat sejak kecil. Waktu masih bersekolah di Taman Kanak-kanak di kawasan Donowati, Kecamatan Sukomanunggal, Kota Surabaya, Maulana dikenal anak yang cepat tanggap. Diberi pancingan pengetahuan sedikit oleh orang tuanya atau orang lain, dia langsung merespons secara benar dan tepat.

“Kalau dari aspek makanan yang dikonsumsinya, tak ada yang luar biasa. Ya, makan seperti anak-anak umumnya, seperti tempe, tahu, telur, daging ayam, daging sapi, sayuran, dan lainnya. Yang pasti sejak kecil Maulana senang makan ikan. Pokoknya disajikan ikan apa saja, dia langsung makan dengan lahap. Makanya ibu seringkali menyajikan menu makanan ikan kepada Maulana dan adiknya, Enggar,” ungkap Saman.

Bakat cerdas yang muncul pada Maulana terus diperhatikan dan diasah orang tuanya. Guru-gurunya di SDN Gadel II tak jarang mengikutsertakan Maulana dalam berbagai lomba pelajaran di tingkat Kecamatan Tandes, Kota Surabaya. Maulana menjadi pelita harapan bagi keluarga maupun sekolahnya. Sebab, selama ini, SDN Gadel II termasuk sekolah non-unggulan dan berada di kawasan pinggiran Kota Pahlawan.

Raihan prestasi Maulana sebagai juara I lomba mata pelajaran IPA tingkat Kecamatan Tandes dan jadi siswa teladan III di tingkat kecamatan itu, membuat banyak pendidik dari sekolah lainnya di Tandes terhentak dan terhenyak. Selama ini, jarang ada prestasi yang diukir oleh siswa SDN Gadel II.

“Biasanya, omongan pihak luar itu begini, lha wong atase sekolah ning Gadel ae kok isa juara. Banyak guru dari sekolah lain kaget dan terheran-heran,” ungkap beberapa warga Gadelsari yang dibenarkan salah satu guru SDN tersebut.

Berkat prestasi Maulana, reputasi, citra, dan kredibilitas SDN Gadel II terangkat. Maulana, kakak kandung Enggar Galih Widodo itu, terkenal seantero Dusun Gadelsari dan Kelurahan Karangpoh sebagai siswa cerdas dan berotak encer. Apakah karena kondisi demikian, sehingga Maulana memperoleh ”tugas khusus” dari gurunya untuk menyumbangkan contekan kepada rekan-rekannya saat UN?

“Sudah ya, insya Allah sudah selesai masalah itu,” jawab Plt Kasek SDN Gadel II, Khomsah.

Saman dan Satim belum tahu kapan Siami, Widodo, Maulana, dan Enggar kembali ke Gadelsari, tempat tinggalnya. Ketika dihubungi, Kamis (16/6), Saman mengemukakan bahwa adiknya itu belum kembali ke rumahnya.
Siami, Widodo, dan Maulana telah kembali dari Jakarta, tapi ketiganya belum kembali ke Gadelsari. “Katanya, ada dialog atau apa gitu di sebuah perusahaan media massa di Surabaya,” ujar Saman.

Karenanya, besar kemungkinan ketika pengumuman kelulusan siswa SDN pada Sabtu (17/6) mendatang, Saman yang bakal melihat pengumumannya di SDN Gadel II. Selanjutnya, informasi kelulusan itu disampaikan kepada Siami dan Maulana.

Hal seperti itu dilakukan Saman ketika mewakili adiknya, Siami, mengambil undangan untuk pendaftaran SMPN secara online pada Rabu (15/6) lalu, di SDN Gadel II.

“Memang, tak ada wali murid yang mengajak ngomong saya ketika itu. Wali murid lainnya diam dan saya berusaha berperilaku seperti biasa. Agak rikuh sih, tapi mau bagaimana lagi? Doakan masalah ini cepat selesai dan adik serta keponakan saya bisa kembali ke Gadelsari seperti hari-hari sebelumnya,” tuturnya. (35)
http://suaramerdeka.com/17 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar