Minggu, 29 Mei 2011

Menilik Penderita Tumor Perut di Desa Sidamulya

BETAPA malangnya nasib seorang gadis kecil bernama Suratmi warga RT 01 RW 01 Desa Sidamulya Kecamatan Warureja ini. Di usianya yang baru menginjak 11 tahun, dia harus menanggung penyakit yang teramat berat. Gadis berkulit hitam dan berambut lurus ini, telah divonis menderita penyakit tumor di perutnya sejak tiga tahun silam. Tumor sebesar bola kaki ini, kian hari semakin membesar.
Setiap hari, Suratmi harus rela menahan sakit di perutnya yang membusung itu. Meski nafsu makannya tidak berkurang, namun acap kali dia kesulitan untuk bernafas. Dikala masih duduk di bangku kelas II SD, tak jarang teman-teman sebayanya kerap meledeknya dengan kalimat perut membusung. Lantaran itu, Suratmi lebih memilih untuk berhenti sekolah.
Kepedihan Suratmi tidak berhenti begitu saja. Suratmi harus rela berpisah dengan kakak dan kedua orang tuanya. Sebab, kedua orang tuanya itu kini sudah bercerai. Kakaknya dibawa ke luar pulau oleh bapaknya, sedangkan ibunya menikah lagi dengan pria lain. Penderitaan Suratmi seolah mendera tiada berhenti.
Kini Suratmi terpaksa harus tinggal bersama kakek dan neneknya di sebuah gubug reot di desa setempat. Untuk menopang hidupnya, Suratmi harus rela membantu kakeknya mencari kayu bakar di tengah hutan. Kayu bakar itu, nantinya dijual untuk membeli makanan. Meski rasa sakit terus menjalar di sekujur tubuhnya, namun Suratmi tetap tegar. Dia tidak cengeng layaknya gadis seusianya.
"Daripada tidak ada kegiatan, lebih baik saya membantu kakek untuk mencari kayu bakar di hutan," kata Suratmi polos, kemarin.
Usai membantu kakeknya, tak jarang Suratmi pun kerap bermain dengan teman-teman sebayanya. Dia masih bisa berlari-lari, meski perutnya semakin membesar. Tak luput pula, Suratmi juga rajin menjalan ibadah sholat lima waktu. Setiap selesai sholat, kata Suratmi, selain mendoakan kedua orang tua dan kakek neneknya, dia juga mendoakan untuk dirinya sendiri.
"Saya selalu berdoa, suatu hari kelak ada seorang dermawan yang rela mengobati penyakit saya sampai sembuh," ucapnya seraya menundukan kepalanya.
Sementara kakek Suratmi, Kasan (70), mengaku, sudah dua kali membawa cucunya itu ke RS Dr Soeselo Slawi untuk diperiksa. Tapi jawaban yang selalu dia peroleh, cucunya harus dioperasi di Semarang. Mendengar jawaban itu, Kasan selalu pesimis dan pasrah. Karena menurutnya, dana yang dibutuhkan tentunya sangatlah besar. Sedangkan dirinya, sama sekali tidak punya uang lebih. Dirinya juga tidak memiliki fasilitas program pemerintah seperti Jamkesda maupun Jamkesmas.
"Kami bingung, untuk makan saja kami sudah kesusahan. Apalagi untuk mengobati Suratmi. Kami hanya pasrah saja. Kalaupun Allah SWT masih sayang dengan kami, pasti penyakit cucu kami pasti bisa disembuhkan," kata Kasan tampak jujur.
Tak henti-hentinya,kakek renta yang berprofesi sebagai pekerja serabutan ini, selalu berharap agar dari pemerintah daerah (Pemda) setempat maupun dari pihak swasta rela membantu mengurangi derita yang dialami cucunya itu.
“Kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Untuk itu, kami minta kepudulian orang-orang yang duduk diatas (pejabat, red) agar membantu kesembuhan cucu kami,” ujarnya penuh harap.
Sumber Berita : Radar Tegal, 29 Mei 2011

0 komentar:

Posting Komentar