Rabu, 10 Agustus 2011

Cerita Impor Vs Cerita Rakyat

MELUPAKAN budaya Indonesia berarti melupakan sejarah. Melupakan budaya Indonesia juga berarti melupakan gaya hidup. Terlebih lagi, hal itu berarti telah melupakan jati diri.
Padahal, kita telah melalui banyak rintangan untuk mencapai Indonesia pada masa kini. Singkatnya, perjuangan leluhur akan menjadi sia-sia bila budaya dan jati diri tidak dijaga.
Namun, dewasa ini budaya Indonesia mulai luntur. Masyarakat wajib menjaga budaya Indonesia. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Maka, pelestarian paling efektif dilakukan melalui mereka. Media yang paling mudah dan dekat yaitu cerita rakyat. Sesungguhnya, banyak anggota masyarakat Indonesia peduli terhadap masalah ini. Bahkan, masyarakat dunia pun tertarik dengan keanekaragaman budaya kita.
Di sisi lain, tidak sedikit yang tak acuh menyaksikan lunturnya budaya Indonesia, dan hal ini menjadi ironi.
Untuk melindungi kepunahan budaya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Salah satunya dengan memperkenalkan melalui cerita rakyat kepada anak-anak. Cara ini diharapkan dapat mencegah tererosinya budaya Indonesia di tengah arus modernisasi.
Cerita rakyat dapat mengajarkan nilai-nilai moral, misalnya cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih” dan “Timun Emas”. Melalui “Bawang Merah dan Bawang Putih”, anak dapat belajar bahwa kebaikan dapat mengalahkan keserakahan. Adapun cerita “Timun Emas” mengajarkan keteguhan dalam mengalahkan raksasa.
Terlebih lagi, cerita rakyat menggambarkan juga kondisi budaya Indonesia pada masa lampau. Anak dapat mengetahui tradisi menumbuk padi sambil menyanyi dari cerita rakyat “Sangkuriang”. Hal ini dapat menambah khasanah pengetahuan anak dengan cara yang sederhana.
Kenyataannya, cerita rakyat kini bahkan hampir luntur. Cerita rakyat telah digantikan oleh cerita impor. Anak-anak bahkan lebih mengenal tokoh dongeng luar negeri, seperti Cinderella, Putri Salju, dan Alice ketimbang Calon Arang. Hal ini karena lingkungan anak tersebut jarang memperkenalkan cerita rakyat Indonesia.
Proses Pembelajaran
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak. Orang tua dapat meluangkan waktu untuk membaca cerita rakyat Indonesia bersama anak.
Guru pun dapat memberikan andil dengan memberikan pelajaran moral melalui cerita rakyat. Masyarakat diharapkan dapat membantu. Dewasa ini, penggunaan internet sudah merupakan hal umum. Apabila merasa kesulitan mendapatkan cerita rakyat yang menarik, internet dapat dijadikan sumber. Banyak cerita rakyat yang dapat kita temukan di internet. Terlebih lagi, alangkah baiknya bila kita memiliki cerita-cerita yang bervariasi.
Guru juga dapat memberikan pelajaran moral melalui cerita rakyat.
Mereka dapat menyisipkan nilai-nilai moral tersebut dalam proses pembelajaran. Guru juga dapat membuat pementasan drama yang diadaptasi dari cerita-cerita rakyat. Pementasan drama dapat dilakukan dalam proses pembelajaran ataupun dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
Masyarakat pun dapat turut berperan serta. Menulis di blog pribadi adalah cara yang paling sederhana. Penulisan cerita rakyat dalam bentuk buku juga dapat dilakukan. Selain itu, dapat juga membentuk kelompok diskusi di dunia maya. Kelompok diskusi ini berguna untuk berbagi mengenai pengalaman dan pengetahuan cerita rakyat.
Marilah menggali kembali kearifan lokal dari cerita rakyat. Pelestarian budaya Indonesia tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah. Namun, kita sebagai masyarakat seyogianya ikut terpanggil untuk ikut melestarikannya. (24)

--Theodora Ervina, mahasiswi Fakultas Sastra Unika Soegijapranata Semarang
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/10/155598/

0 komentar:

Posting Komentar