Rabu, 10 Agustus 2011

Kesehatan Anak dan Zat Besi

Besi secara jelas dicantumkan dalam kitab suci Alquran yaitu pada  surat Al-Hadiid  yang berarti besi : ” ......Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai  manfaat bagi manusia ............   ”  ( Alquran , 57 : 25)
PADA awalnya sebagian orang masih menganggap bahwa zat besi hanyalah salah satu komponen saja untuk pembentukan hemoglobin darah, namun ternyata dengan penelitian di berbagai belahan dunia, mulai terkuak bahwa manfaatnya bagi manusia.
Zat besi sudah dibutuhkan sejak pertumbuhan otak janin dalam kandungan sampai selanjutnya anak dilahirkan, tumbuh kembang dan seterusnya. Fungsi besi tidak tergantikan oleh bahan lain.
Tulisan ini bertujuan menyampaikan manfaat besi sebagai mikronutrien dengan penekanan pada akibat defisiensi besi bagi kesehatan anak.
Besi sebagai mikronutrien dan mengapa kita perlukan ?
Kita mendapatkan zat besi dari makanan, dimana dalam makanan besi terdiri dari dua kelompok yaitu heme-iron yang terdapat pada daging, unggas, ikan serta non-heme iron yang terdapat pada tumbuh tumbuhan.
Besi diserap di saluran cerna dan diikat oleh transferin untuk di transport ke seluruh tubuh dan yang berlebih akan disimpan di hati, sumsum tulang dan limpa sebagai bentuk feritin.
Besi adalah mineral merupakan ì trace elemen” ,  mikro-nutrien yang mutlak diperlukan dimana sebagai bagian dari protein hemoglobin mengangkut oksigen dari paru ke seluruh badan, sebagai bagian dari ensim badan, berfungsi digesti makanan .
Besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan anti infeksi, diperlukan bagi tumbuh kembang otak sejak janin, diperlukan untuk sintesis DNA, perlu untuk transport elektron, sebagai ko-faktor ensim mitochondrial dan sebagainya .
Krusialnya fungsi tampak apabila terjadi kekurangan atau defisiensi besi karena yang terganggu tidak hanya satu tapi multi aspek dan sebagian akan terjadi kerusakan permanen atau menetap.
Bagaimana kondisi defisiensi besi di masyarakat saat ini  ?
Ibu hamil, bayi dan anak adalah salah satu kelompok rawan defisiensi besi, dan kelompok yang paling terkena dampak kerusakan masa depannya adalah anak .
Sampai sekarang defisiensi besi masih merupakan masalah, dimana hal ini tampak dari gambaran kondisi anemi defisiensi besi (ADB) di dunia yang  mengenai hampir 25 % populasi. Angka prevalensi ADB di beberapa negara  : Nepal 68,8 % Pakistan 65 % India 53% Sri Lanka 52,3 % Kazakstan 50,1 % Indonesia 45 % China 37,9 % Maroko 35 % Phillipina 31.8 %, Korea 15 % USA 3-20 %.   
Di Amerika Serikat sebagai negara maju memang prevalensi defisiensi anemi sudah menurun tetapi ADB masih penyebab anemi yang utama.
Bencana
Tidaklah berlebihan bila defisiensi besi disebut sebagai bencana masa depan anak mengingat aspek kerusakan yang dapat terjadi, antara lain :
Terjadi anemia defisiensi besi.
Anemia adalah suatu keadaan menurunnya volume sel darah merah/ mean corpuscular volume (MCV) atau kadar hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal.
Ada berbagai penyebab anemia, salah satu yang penting adalah anemia defisiensi besi, tahap akhir defisiensi besi dalam tubuh. Tahapan dimulai dari deplesi besi (iron depletion) yaitu cadangan besi badan yang mulai berkurang , apabila berlanjut terjadilah tahap defisiensi besi ( iron deficiency)  tapi belum disertai anemia, selanjutnya sintesis Hemoglobin (Hb) akan terganggu sehingga terjadilah Anemia Defisiensi besi . 
Anemia yang  terjadi dapat mengganggu berbagai organ terutama gangguan pada tumbuh kembang anak.
Mekanisme
Sudah lama dibuktikan bahwa defisiensi besi menurunkan daya tahan antara lain melalui penurunan IgM .
Pada defisiensi besi terjadi gangguan imunitas seluler dan imunitas non spesifik melalui penurunan sistem imunitas yaitu Interleukin seperti IL- 2.
Tumbuh Kembang Otak
Tumbuh kembang  sel otak memerlukan besi dalam bentuk feritin dan distribusinya ternyata tidak merata pada semua area, ada yang didapati lebih tinggi dari area yang lain.
Hal yang sangat penting adalah defisiensi besi terbukti mengganggu fungsi kognitif, melalui  3 proses gangguan yang terjadi di otak  yaitu :
(1)    Gangguan pembentukan myelin otak . Myelinisasi  memerlukan besi yang cukup dan tak dapat berlangsung apabila kekurangan zat besi. Myelin otak penting untuk kecepatan penghantaran impuls.
(2)    Gangguan metabolisme neurotransmitter. Defisiensi Besi mengganggu sintese serotonin, nor epinefrin dan dopamine. Dopamin berperan pada perhatian penglihatan, daya ingat, motivasi dan kontrol motorik.
(3)    Gangguan metabolisme energi-protein. Gangguan ini terjadi karena besi merupakan ko-faktor pada ribonucleotide reductase yang penting untuk funsi dan metabolisma lemak dan energi otak.  
Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif dalam konteks ilmu psikologi cakupannya sangat luas. meliputi kemampuan berpikir dan mengamati, perilaku yang menyebabkan seseorang memperoleh pengertian.  Kemampuan berkonsentrasi terhadap rangsangan dari luar, memecahkan masalah, mengingat atau memanggil kembali memori, memahami lingkungan fisik dan sosial.
Defisiensi besi tidak hanya secara langsung mengganggu sistem syaraf dan perkembangan anak, tetapi juga tak langsung karena defisiensi besi terjadi peningkatan penyerapan timah hitam (Pb) sehingga  terjadi kerusakan  syaraf karena Pb bersifat racun.
Pada Penelitian di Perancis oleh Konofal dkk (2004) , ternyata defisiensi besi  juga berperan pada fisiopatologi anak hiperaktif atau attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD),  yang  membaik dengan suplementasi zat besi.
Mengenai manfaat besi dalam fungsi otak, lebih tiga puluh tahun yang lalu Ag Soemantri telah meneliti  Hubungan Anemia Kekurangan zat Besi dengan Konsentrasi dan Prestasi Belajar, penelitian ini telah diajukan sebagai Tesis Doktor UNDIP Juni 1978 .
Beberapa temuan yang membuat para ahli lebih khawatir antara lain : 
 (a)    Defisiensi besi bahkan sebelum terjadinya anemia  dapat mengganggu neuro- develompental behaviour  , sebagian kerusakan  menetap  tidak dapat diperbaiki.
(b)    Fortifikasi yang diberikan pada gangguan perkembangan fungsi kognitif akibat  defisiensi besi hanya memberikan sedikit perbaikan yang tidak bermakna bahkan ada yang tanpa perbaikan sama sekali.
(c)     Anemi defisiensi besi tingkat moderat saja yaitu Hb kurang 100 g/L sudah dikaitkan dengan depresi perkembangan mental dan motorik yang menetap.  
Kesimpulan
-     Defisiensi besi pada anak dapat menyebabkan anemi, terjadi infeksi berulang karena gangguan sistem pertahanan , mengganggu fungsi otak dengan gangguan fungsi kognitif, anak tumbuh dengan kecerdasan rendah, gangguan  pengendalian emosi, gangguan pemusatan perhatian,  dan kapasitas pemecahan masalah yang rendah.
-     Berakibat kerusakan otak  permanen, sehingga defisiensi yang terjadi sejak dini akan merusak kualitas masa depan anak . (11)

– H  Bimosekti Wiroreno, dokter spesialis anak domisili di Semarang
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/11/155723/

0 komentar:

Posting Komentar