Senin, 22 Agustus 2011

Obyek Wisata di Jawa Barat

Pangandaran

Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran merupakan hutan sekunder tua yang berumur antara 50 – 60 tahun mendominasi kawasan TWA Pangandaran. Selebihnya adalah sisa-sisa hutan primer yang tidak luas dan terpencar letaknya, serta sedikit hutan pantai.
Pohon-pohon di hutan sekunder tua di dalam kawasan TWA Pangandaran memiliki ketinggian rata-rata antara 25 – 35 m, dengan jenis-jenis yang dominan diantaranya Laban (Vitex pubescens). Ki segel (Dillenia excelsa) dan marong (Cratoxylon formosum), juga terdapat beberapa jenis pohon peninggalan hutan primer seperti Pohpohan (Buchania arborescens), Kondang (Ficus variegata), dan Benda (Disoxyllum caulostachyllum). Pohon-pohon tersebut umumnya ditandai oleh tumbuhnya jenis tumbuhan liana dan epifit.



Patuha Resort
Patuha Resort (PPAW) merupakan salah satu resort eksklusif di kaki gunung Patuha. Terletak di Desa Tunggul Baru Kecamatan Ciwidey Bandung diantara lereng pegunungan dengan udara sejuk dan pemandangan yang sangat indah. Dapat dijangkau dengan mudah selama 1 jam dari Kota Bandung, 4 jam dari Jakarta lewat Cipulrang. Patuha Resort merupakan pilihan yang sangat tepat untuk Anda yang mendambakan suasana alami dalam kegiatan bisnis seperti rapat, pendidikan, pelatihan, olah raga, dan kegiatan lainnya, atau hanya sekedar beristirahat menghilangkan rasa jenuh.


Kawah Putih
Luas 25 ha, RPH Patuha, BKPH Ciwidey, KPH Bandung Selatan, Desa Alam Endah, Kecam,atan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung.

Tempat ini terletak pada ketinggian 2434 m dpl, konfigurasi lapangan umumnya landai sampai berbukit. Suhu udara sekitar 8 – 22 0 C. sumber air yang ada tergantung musim hujan. Kelembaban 90%, sedangkan curah hujan tahunan tercatat antara 3743 – 4043 mm/tahun.


Oray Tapa

 Wana wisata ini terdiri dari hutan tanaman campuran (pinus, cemara dll). Sumber air yang ada berupa mata air yang ada saat ini dimanfaatkan untuk keperluan pengunjung dan masyarakat setempat.
Potensi visual lansekap di dalam kawasan yang menarik antara lain adalah hutan alam, hutan tanaman campuran, pemandangan kota Bandung dan udara dataran tinggi yang sejuk.
Kegiatan wisata di WW Oray Tapa adalah berkemah dan pemandian alam di mata air.
Sejak pertengahan September  1997, hutan pinus di petak hutan 41 terdapat sumber air yang justru muncul pada saat musim kering. Sumber mata air ini menjadi terkenal setelah seorang penderita lumpuh dari Antapani Bandung datang dan mandi di lokasi tersebut. Sebelumnya ia mengaku mendapat mimpi yang menurut keyakinannya merupakan ‘wangsit’ (petunuk dari Yang Maha Kuasa) agar ia mandi di sebuah pancuran yang baru timbul di hutan bertumbuhan pinus itu. Kebetulan penderitanya selama 6 tahun itu selesai begitu usai mandi di pancuran tersebut. Kemudian disusul oleh 4 orang lainnya yang menderita berbagai penyakit termasuk seorang dari Majalaya yang sudah lama berpenyakit menggigil dan kaki tangannya kaku. Selesai mandi di sana lelaki asal Majalaya ini langsung berangsur sembuh dan pulang dalam keadaan bugar kembali.

Dua sumber air yang keluar dari tebing itu kini diatur dan ditertibkan dengan mengalirkannya pada 9 pancuran dan untuk sementara disekat-sekat.

Wana wisata in dapat dicapai dari Kecamatan Cicadas (11 km), Ujung Berung (13 km), Cicalengka (25 km) dan dari Kabupaten/Kodya Bandung (17 km), dari Garut (53 km). Kondisi jalan umumnya beraspal dan sedikit jalan batu, tetapi dapat dilalui kendaraan roda dua maupun empat. Sarana transportasi umum yang ada berupa ojek dan colt.


LHI Jayagiri
Wana wisata ini dan sekitarnya terletak pada ketinggian 1.250 – 1.500 m dpl, konfigurasi lapangan umumnya bergelombang. Kawasan ini mempunyai curah hujan 2.700 mm/th dengan suhu udara antara 18 – 29 0 C.

Wana wisata ini terdiri dari hutan tanaman campuran (pinus, puspa dan sebagainya). Sumber air yang ada berupa mata air yang saat ini dimanfaatkan untuk keperluan pengunjung.
 Potensi visual lansekap di dalam kawasan yang cukup menarik adalah hutan tanaman dan hutan alam dengan udara pegununga
Wana wisata ini digunakan untuk wisata harian dengan kegiatan yang dapat dilakukan adalah piknik, lintas alam, mendaki gunung dan memancing.
Fasilitas wisata yang tersedia di lokasi wana wisata ini adalah pintu gerbang, tempat parkir, papan informasi/petunjuk, pos jaga, jalan setapak, shelter, peralatan SAR dan tempat sampah. Kondisi fasilitas tersebut pada umumnya masih dalam keadaan baik.
Wana wisata ini dapat dicapai dari Kecamatan Lembang (2 km), Cimahi (17 km), dan dari Kabupaten/Kodya Bandung (17 km), Subang (52 km) dan Jakarta (200 km). Kondisi jalan umumnya baik dan beraspal sehingga dapat dilalui kendaraan roda 2 maupun 4. sarana transportasinya umum yang ada berupa delman/sado dan colt.


Curug Cileat

Daya tarik utama di lokasi curug Cileat adalah sebuah air terjun dengan ketinggian 100 meter. Tumpahan airnya membentuk sebuah kubangan atau kolam yang sangat besar dengan radius hampir 40 meter. Wisatawan dapat bermain air dan berendam didalamnya. Butiran-butiran air yang sangat halus bertebaran terbawa aingin dan bisa membasahi pengunjung pada jarak 50 m. Pada senja hari menciptakan bentangan pelangi yang sangat indah.
Di Kampung Cibago Desa Mayang terdapat potensi Cultural Tourism dimana kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Sunda masih sangat kental, diantaranya: 
kesenian Sunda yang masih asli: Kecapi suling dan beluk (beluk adalah sejenis kesenian yang dilakukan oleh 2 orang pria, dimana yang satu membaca “wawacan”/hikayat buhun, baris demi baris dan yang satunya mengikutinya dengan cara dinyanyikan“Ngawuluku” yaitu membajak sawah dengan menggunakan kerbau sambil menyanyi tradisional (kia…………kia …………..mideur). Pengunjung bisa langsung menikmati menaiki  wuluku yaitu alat untuk membajak sawah yang ditarik oleh kerbau berkeliling dalam kotakan sawah. “Ngahuma” menanam padi di lahan kering yang merupakan tradisi asli masyarakat Sunda (dalam sejarahnya masyarakat Sunda tidak mengenal budaya sawah) “Ngaderes gula kawung” atau menderes pohon aren untuk diambil niranya dan dibuat gula kawung. Atraksi yang bisa dinikmati berupa penderesan pohon aren (memanjat, membacakan jampi-jampi dan mengambil nira/lahang) dan memasak air lahang menjadi gula aren untuk langsung dinikmati dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh. 


Cibarehbeuy
Curug Cibareuhbeuy secara administratif pemerintahan termasuk Desa Cibeusi Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Secara wilayah pengelolaan hutan, Curug Cibareubeuy termasuk pada petak 4 RPH Gn.Karamat BKPH Cisalak KPH Bandung Utara Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Berdasarkan iklim Schmidt dan Ferguson, Curug Cibareubeuy  dan sekitarnya termasuk tipe Iklim Basah dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm/th, suhu udara rata-rata 260 C dengan kelembaban rata-rata 60%. Curah hujan terbanyak antara bulan Oktober – Maret dan bulan kering pada bulan Juli – September. Keadaan topografi sebagian besar curam dan terjal dengan elevasi  1.500 m dpl.
Wana wisata ini memiliki kekayaan sumberdaya hayati berupa flora dan fauna serta keindahan panorama alamnya yaitu hutan sekunder yang didominasi oleh tegakan Pinus (Pinus merkusii).

Sesuai dengan namanya Curug yang dalam bahasa Sunda berarti Air terjun, daya tarik utama di lokasi wisata Curug Cibareubeuy ini adalah sebuah air terjun dengan ketinggian 40 meter. Wisatawan dapat bermain air dan berendam di kolam kecil yang menampung cucuran air curug.
Daya tarik lainnya yang terdapat di sekitar Curug Cibareubeuy meliputi Situs Purbakala
yang berjumlah 4 (empat) buah, areal Bumi Perkemahan dan Hutan Pinus. Selain daya tarik tersebut diatas, di sekitar lokasi wisata banyak terdapat pengrajin Gula Aren yang dapat dinikmati langsung di tempat.

Aksebilitas
Untuk mencapai lokasi Curug Cibareubeuy dapat ditempuh melalui satu gerbang:
-             Jalur masuk melalui Desa Cibeusi
-             Jarak dari jalan utama 5 km
-             Jarak dari loket masuk/gerbang 2 km
-             Askes jalan 3 km jalan aspal dan 2 km jalan setapak

Disamping aksesibilitas tersebut di atas, lokasi Curug Cibareubeuy berdekatan dengan lokasi wisata lainnya, yaitu Pemandian Air Panas Ciater sehingga sangat potensial dapat menarik wisatawan. 


 Ranca Upas


WW Ranca Upas seluas 215 ha terletak di RPH Patrol, BKPH Tambakruyung Timur, KPH Bandung Selatan yang secara administratif pemerintahan terletak di desa Alam Endah, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.   Wana wisata ini terletak pada ketinggian 1700 m dpl dengan konfigurasi lapangan datar sampai bergelombang. Suhu udara rata-rata 18-230 C dengan curah hujan 3740–4050 mm/th.
 
Potensi Wilayah
Hutan alam di sekitar kawasan ranca Upas ditumbuhi antara lain pohon Puspa, Jamuju, Huru, Kitambang, Kihujan, Hamirung, Kurai dan pasang.
Sedangkan fauna yang dapat ditemukan di kawasan ini antara lain burung tekukur, gagak, elang serta surili, monyet dan macan.

Potensi Wisata
Pemandangan hutan alam dan hutan tanaman serta penangkaran rusa dengan kegiatan wisata yang dapat dilakukan diantaranya berkemah, lintas alam dan pemandian air panas.
  Bumi Perkemahan Ranca Upas dengan pemandangan khasnya berupa rusa-rusa jinak hanya merupakan salah satu kekayaan alam milik KPH Bandung selatan yang dikelola sejak tahun 1991.
  Tujuh ekor rusa pertama yang diambil dari ragunan untuk ditangkarkan di Ranca Upas di atas areal seluas 4 –5 hektar. Tapi setelah populasinya bertambah, hewan-hewan itu tumbuh menjadi daya pikat bumi perkemahan.

Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di bumi perkemahan ini antara lain menara padang, areal berkemah, musholla, MCK dan kios-kios dagang.

Aksebilitas
Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda enam. Jarak tempuh dari pangalengan 15 km dan dari Bandung 56 km dengan kondisi jalan beraspal.


Cimanggu
Taman Wisata Alam Cimanggu dengan luas 154 ha dan blok pemanfaatan 65 ha menurut administrasi pemeritahan termasuk wilayah Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten DT II Bandung. Ditinjau dari segi pengelolaan hutannya termasuk Resort KSDA Cimanggu, sedangkan wilayah pengelolaan Perum Perhutani termasuk RPH Cimanggu, BKPH Ciwidey dan Tambak Ruyung Timur, KPH Bandung Selatan.

Menurut klasifikasi Scmidt dan Ferguson, Cimanggu dan sekitarnya termasuk tipe  iklim B dengan curah hujan rata-rata 3.743 – 4.046 mm per tahun dengan bulan kering maksimal 4 – 3 bulan kering, bulan kering minimal 1,6 – 2,1 sed angkan untuk bulan basah maksimal sebesar 12 dan bulan basah minimal 8,7 – 9,4 serta kelembaban udara 90 persen.

Keadaan lapangannya umumnya bergelombang dengan kemiringan 3% - 5% dan berada pada ketinggian 1.225 – 1.350 meter dari permukaan laut. Puncak Gunung Patuha/Gunung Sepuh dengan ketinggian 2.434 dpl.

Potensi Wilayah
  Kawasan TWA Cimanggu yang termasuk kedalam tipe hujan tropis dataran tinggi memiliki pohon yang cukup banyak jenisnya yaitu diantaranya : puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), pasang (Querqus sp), kihujan (Engelhardia serrata), kitembaga (Eugenia cuprea), saninten (Castanopsis argentea), baros (Magleatea glauca).

Selain hutan alam juga terdapat hutan tanaman rasamala yang penanamannya dimulai sejak tahun 1937, pinus  ditanam tahun 1965 dan kayu putih (Eucalyptus), ditanam tahun 1985 – 1988.

Sebagai ciri dari hujan tropis, jenis-jenis epifit danl iana serta beberapa jenis anggrek dapat batang-batang pohon, antara lain anggrek kadaka ( Drynaria spp), Anggrek Japati (Phalaenopsis spp), dan kumpai (Lycopodium carimatum). Liana yang terdapat pada kawasan ini mayoritas berkayu serta mempunyai batang yang panjang, besar dan memanjat sampai tajuk-tajuk pohon.

Dengan berbagai ragam floranya, kawasan taman wisata alam Cimanggu merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan satwa-satwa liar. Jenis satwa liar yang dapat dijumpai pada kawasan ini antara lain : Surili (Presbytis comata), babi hutan (Sus Vitatus), rusa (Cervus timorensis), kancil (Tragulus javanica), macan kumbang (Panthera pardus), kijang (Muntiacus muntjak), ayam hutan (Galus gallus dan g. varius). Sedangkan jenis-jenis burung yang dapat dijumpai antara lain burung belibis (Dendro sygna javanica), tekukur (Sreptopelia chinensis), gagak (Carpus enca), serta burung pipit (Lonchura leucogastroides) 
Potensi Wisata
Objek wisata alam yang terdapat didalam kawasan TWA Cimanggu, diantaranya adalah :

1. Sumber Air Panas : terdapat sumber air panas yang dapat dijadikan sebagai daya tarik tersendiri bagi kegiatan wisata. Sumber air panas di taman ini terdapat dilokasi yaitu : sumber air panas Cimanggu, Ranca Upas dan Gunung Tuduh.
Mandi air panas dapat dilakukan di pemandian air panas Cimanggu dan untuk berobat di ranca upas. Konon menurut cerita sumber air panas tersebut bersumber dari Gunung Sepuh (Gunung Patuha) yang jauh letaknya.
2.  Makam Keramat : makam keramat sangiang buruan sampai saat ini banyak dikunjungi orang-orang dari daerah lain di pulau Jawa baik para muda-mudi maupun orang tua dengan maksud untuk berziarah. Didalam makam keramat tersebut terdapat sembilan makam, diantaranya makam keramat Eyang Jaga Reksa, makam Eyang Jambrong, makam Eyang Dalem Kusuma, makam Eyang Raden Sakembaran, makam Eyang Sanga Waringin, makam Eyang Giling Pangancing dan makam Eyang Isteri.
3. Berkemah : dapat dilaksanakan di Bumi Perkemahan Ranca upas. Disamping berkemah pengunjung dapat pula mandi air panas di dalam lokasi perkemahan yaitu di kolam Gunung Tunduh (kolam alami) 

Gunung Puntang

Wana wisata Gunung Puntang dengan luas 54,84 ha terletak di RPH Logawa, BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan, yang menurut administratif pemerintahan termasuk Desa Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Wana wisata ini dapat digunakan sebagai wisata harian dan juga bermalam.    
Wana wisata ini terletak pada ketinggian 1300 m dpl, konfigurasi lapangan pada umumnya bergelombang. Suhu udara 18 – 23 0 C. curah hujan 2000 – 2500 mm/tahun

Potensi Wilayah
Wana wisata inni berupa pemandangan  hutan alam dan hutan tanaman pinus,kegiatan wisata yang dapat dilakukan yaitu lintas alam, berkemah, dan mendaki gunung.Tumbuhan yang terdapat di Wana wisata ini yaitu berupa : rumput jampang, alang-alang, kaso, kingkilaban, pakis, saliara, kirinyuh, kaliandra,  puspa, saninten, jamuju, kihujan, flamboyan, bungur, sengon laut, kidamar.
Satwa yang terdapat di wana wisata ini yaitu berupa : sanca, sanca hijau, ular cibuk, ulai cai, ular lingas, ular belang, elang, ketilang, tekukur, manintin, surili, menjangan, sero, macan tutul, serigala, dan babi hutan.
WW Gunung Puntang yang lokasinya di daerah Cimaung Banjaran Kab. Bandung, ternyata banyak menyimpan aset sejarah. Karena lokasi ini dahulunya sebuah kompleks perkantoran dan perumahan dinas yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas lengkap yang di kenal dengan nama Stasion Radio Malabar Gunung Puntang lengkap dengan pembangkit listriknya. Di bangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahu 1919.

Stasion Malabar Gunung Puntang, saat itu merupakan Stasion Radio terbesar pertama di Asia. Tahun 1923 dipimpin oleh Dr. Ir. CJ Debroot.

Menurut sejarah, di lokasi ini dahulunya kompleks rumah dinas yang dilengkapi lapangan tenis, kolam renang, pertokoan dan bioskop. Adapun para pejabat yang menempati rumah dinas saat itu, diantaranya Mr. Han Moo Key, Mr. Nelan, Mr. Vallaken, Mr, Bickman, Mr. Hodskey, Ir. Ong Keh Kong dan t6iga orang putra bangsa yaitu Djukanda, Sudjono dan Sopandi,
  Semula obyek wisata Gununng Puntang memiliki luas 51 ha pada saat ditemukannya lokasi oleh Sdr. Utay Muchtar (tokoh sesepuh), ia sedang membersihkan ilalang dan secara tidak terduga ia menemukan tanah yang beraspal yang menuju ke atas Gununng. Jalan beraspal tersebut ia telusuri dan ternyata ujung jalan itu bekas kompleks. Karena saat ditemukan keadaannya sudah hancur. Bangunannya hanya tinggal puing-puingnya saja. Setelah ditemukan, selanjutnya oleh Utay Muchtar dilaporkan kepada pihak Perhuutani dan ternyata diketahui lokasi itu pernah terlupakan selama 44 tahun.
 Baru akhir tahun 1987 pihak Perhutani mulai menangani lokasi itu untuk dijadikan obyek wisata yang dianggap benar-benar menyimpan asset sejarah bangsa.

Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di areal bumi perkemahan ini antara lain bangunan pusat informasi, pondok wisata/tradisional, bangunan palalangan untuk pertemuan, areal berkemah khusus untuk para eksekutif, MCK, mushola dan lain sebagainya.

Aksebilitas
Keadaan jalan di wana wisata tersebut dalam keadaan baik, sehingga dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Ditempuh dari Bandung berjarak 32km.


Carita

WA Carita merupakan hutan dataran rendah yang lokasinya berdekatan dengan Daerah Tujuan Wisata Pantai Carita. Kawasan ini memiliki kekayaan sumber daya alam hayati yang potensial. Keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna serta keindahan panorama alamnya merupakan daya tarik yang penting bagi pengembangan kepariwisataan di wilayah kabupaten Pandeglang
Beberapa jenis pohon terdapat disini antara lain yaitu Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia macrophylla), Mahoni Afrika (S. khaya antoteca) dan bungur (Lagerstromia speciosa). Selain itu juga terdapat kebun percobaan balai penelitian hutan yang sedang mengembangkan stek pucuk meranti (Shorea reprosula) dan Shorea selanica.
WA Carita merupakan hutan dataran rendah yang lokasinya berdekatan dengan Daerah Tujuan Wisata Pantai Carita. Kawasan ini memiliki kekayaan sumber daya alam hayati yang potensial. Keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna serta keindahan panorama alamnya merupakan daya tarik yang penting bagi pengembangan kepariwisataan di wilayah kabupaten Pandeglang.
 
Beberapa jenis pohon terdapat disini antara lain yaitu Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia macrophylla), Mahoni Afrika (S. khaya antoteca) dan bungur (Lagerstromia speciosa). Selain itu juga terdapat kebun percobaan balai penelitian hutan yang sedang mengembangkan stek pucuk meranti (Shorea reprosula) dan Shorea selanica.

Fauna yang terdapat di TWA Carita adalah tando (Petaurista elegans), babi hutan (Sus vitatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Tachypitechus auratus), biawak (Varanus salvator) dan ular sanca (Phyton sp). Terdapat juga sebagaian jenis burung, diantaranya yaitu alap-alap (Falco moluccensis), elang (Spilornis cheela) dan jenis burung yang lebih kecil lainnya. Sering pula dijumpai kalong.

Potensi Wisata
 
Berdasarkan pada potensi dan keadaan lapangan yang ada di dalam kawasan TWA Carita, maka kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan adalah berupa:
  1. Wisata alam (darat) yaitu piknik menikmati keindahan alam, lintas alam, photo hunting, berkemah dan jenis wisata lainnya.
  2. Wisata tirta; yaitu diantaranya memancing dan berperahu di perairan pantai.
  3. Wisata ilmiah; merupakan lokasi yang cukup ideal untuk penelitian flora dan faunanya.
Aksebilitas
Jalan untuk menuju de TWA Carita dapat ditempuh melalui empat rute yaitu :
1.        Jakarta – Serang – Pandeglang – Labuan – lokasi = 160 km
2.       Jakarta – Serang – Cilegon – Anyer – lokasi = 170 km
3.       Jakarta – Serang – Palima – Batukuwung – lokasi = 160 km
4.       Bogor – Rangkas Bitung – Pandeglang – Labuan – Lokasi = 150 km


Sumber berita :  http://www.tourismwestjava.com

0 komentar:

Posting Komentar