Senin, 22 Agustus 2011

Pesan Ketahanan Nasional dari Wakatobi

INDONESIA merupakan sebuah negara kepulauan. Ada 17.480 pulau,  yang tersebar di sepanjang garis khatulistiwa, dengan batas-batas bujur timur 940 45 ‘ sampai 1410 dan di antara lintang utara 60 8’ sampai selatan 110 5’.

Dengan jumlah penduduk yang sudah mencapai 237 juta  orang pada tahun 2011 dan diperkirakan akan terus meningkat sampai lebih kurang 300 juta orang pada 2030, maka lautan akan menjadi begitu penting artinya bagi pembangunan nasional pada masa datang. Hal ini mengingat potensi sumber kekayaan alam, baik yang hayati maupun nonhayati yang terkandung di dalamnya.

Begitu  banyak wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang begitu melimpah, baik dari segi alam maupun potensi kelautannya. Salah satu wilayah tersebut adalah Wakatobi yang merupakan kumpulan dari empat pulau, Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.

Wakatobi yang terletak di  kawasan kepulauan dan berlokasi di Laut Banda Sulawesi Tenggara,  merupakan daerah tujuan wisata yang sangat fantastis. Daerah ini unggul dalam wisata selam dan wisata bawah laut. Di daerah inilah ditemukan terumbu karang terindah yang dimiliki Indonesia.

Wakatobi layak mengklaim sebagai surga nyata bawah laut di jantung segitiga terumbu karang dunia yang meliputi enam negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Pulau Solomon, dan Timor Leste. Taman Nasional Wakatobi memiliki 750 jenis terumbu karang dari 942 jenis terumbu karang di dunia dengan luas hamparan sampai 118.000 ha. Dan dari tiga pusat penyelaman kelas dunia, Wakatobi lebih unggul dan menakjubkan. Hal ini  sudah diakui dunia.

Kepulauan Karibia hanya punya 50 jenis terumbu karang, sedangkan Laut Merah (Mesir) hanya mempunyai 300 jenis terumbu karang. Veda Santiaji, Project Leader Joint Program The Nature Conservancy-WWF untuk Taman Nasional Wakatobi, mengatakan sumber daya alam di Wakatobi sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai laboratorium alam yang luar biasa.

Saat ini negara kita  sedang menggelar kegiatan kebaharian nasional tahunan yang diberi nama Sail Wakatobi-Belitong (SWB) 2011, antara lain sebagai ajang investasi serta promosi budaya dan wisata bahari di Wakatobi dan Belitong. Kegiatan bahari bertaraf internasional ini akan berdampak baik bagi pembangunan ekonomi nasional, khususnya perekonomian kawasan.

Pada ajang tahunan ini dilaksanakan beberapa kegiatan, antara lain yacht rally, aksi sosial dalam Operasi Bakti Surya Bhaskara Jaya, seminar nasional dan internasional, di antaranya Coral Reef Meeting, Coral Triangle Initiative (CTI) Confrence, tour 1000 sepeda, upacara 17 Agustus di bawah laut, pergelaran budaya, dan lomba foto bawah air .
Kegiatan utama lainnya adalah Lintas Nusantara Remaja Bahari, pameran produk kelautan dan perikanan, serta acara puncak yang rencananya akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Oktober 2011.

Pemanfaatan

SWB 2011 dilaksanakan selama enam pekan yang telah dimulai pada pekan kedua Juli hingga pekan keempat Agustus. Sementara untuk kegiatan yacht rally  telah dimulai pada 23 Juli 2011 di Darwin, Australia. Para peserta rally direncanakan melewati 21 kabupaten/ kota di Indonesia  dan akan tiba di Wakatobi tanggal 24 Agustus 2011 sebagai puncak acara sebelum berlayar ke Belitong dan berakhir di Singapura.

Dengan melihat potensi dari wilayah ini,  sudah tiba saatnya pengelolaan dan  pemanfaatkan  sumber kekayaan alam  tersebut melibatkan masyarakat lokal. Wakatobi sebagai pusat kekayaan terumbu karang dengan potensi perikanan dan  wisata bahari, masyarakatnya belum dapat menikmati kemajuan seperti saudaranya di wilayah lain.

Masyarakatnya, suku Bajo yang secara tradisi sudah mempunyai pengetahuan tentang kelautan secara turun temurun. Kehidupan mereka tergantung pada sumber daya perikanan dan kelautan. Tetapi sayangnya, mereka kurang beruntung dalam mengenyam pendidikan, baik formal maupun nonformal oleh keadaan ekonomi yang masih  terbatas.

Banyak daerah lain di Indonesia mempunyai kondisi yang sama seperti di Wakatobi. Dengan adanya event nasional dan internasional Sail Wakatobi-Belitong, kita dapat mengambil manfaat untuk  meningkatkan pemberdayaan masyarakat pesisir, antara lain suku Bajo dengan memberikan pelatihan ataupun pendidikan tambahan (nonformal) melalui peningkatan kompetensi pendidikan pada generasi mudanya, baik sebagai pemandu wisata bahari maupun memberikan pelatihan industri kerajianan kreatif yang diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif.

Kegiatan ini tetap menguntungkan secara ekonomi untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Hal tersebut dapat dilaksanakan sepanjang masyarakat pelaku dari kegiatan ini mempunyai suatu visi dan misi yang sama . Ini dapat dicapai melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan  yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan masing-masing.  

Melalui ketiga hal pengembangan sumber daya manusia tersebut, diharapkan dapat meningkatkan sikap kepedulian dan wawasan pengetahuan tentang sumber daya alam lautan kepada masyarakat, yang diharapkan nantinya mereka akan dapat lebih  mengenal, memahami, menyadari, menghayati dan akhirnya mencintai kekayaan alam yang dimiliki oleh negara tercinta  ini.
Kekayaan yang berasal dari lautan, pesisir dan pantai tersebut merupakan modal yang sangat potensial dalam rangka melanjutkan pembangunan nasional di masa datang.

Melalui Sail Wakatobi-Belitong yang  dilandasi oleh semangat kemerdekaan dan kebangsaan  diharapkan pemberdayaan masyarakat pesisir  Indonesia yang hidup disepanjang 95.181 km garis pantai dapat  lebih ditingkatkan guna memapak hari depan mereka yang lebih cerah.  Dengan demikian, di masa datang, seluruh rakyat yang tersebar di pelosok Tanah Air tercinta dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang merata dan memadai, sehingga cita-cita kemerdekaan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia seutuhnya dapat dicapai dan program peningkatan peran laut sebagai pemersatu bangsa dapat terwujud.

Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan adalah cara pandang suatu bangsa mengenai jati diri dan ideologinya serta cita-citanya yang diorientasikan untuk memperkokoh dan menjaga persatuan bangsa. Adapun wawasan Nusantara merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahkan segala dorongan dan rangsangan di dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional. Sebagai negara kepulauan yang luas, kita harus menyatakan  bahwa laut merupakan sarana ’’penghubung’’ pulau, bukan ’’pemisah’’. Dengan demikian,  walaupun terpisah-pisah, bangsa Indonesia tetap menganggap negaranya sebagai satu kesatuan utuh yang terdiri atas ’’tanah’’ dan ’’air’’, sehingga lazim disebut sebagai ’’tanah air’’.

Untuk mewujudkan integrasi Tanah Air serta guna tercapainya  tujuan wawasan kebangsaan dan wawasan Nusantara, maka dipakailah empat asas, yaitu empat pilar kebangsaan yang telah dimiliki bangsa Indonesia sejak merdeka. Empat pilar itu adalah Pancasila sebagai ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945,  Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian  ditambah dengan Bendera Merah Putih sebagai lambang negara yang merupakan satu kesatuan harga mati demi kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. (24)
—Prof Dr Ir Sahala Hutabarat MSc, Guru Besar Oseanografi Undip, tenaga ahli pengajar Lemhannas RI.
Sumber Berita : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/08/23/156925/

0 komentar:

Posting Komentar