Minggu, 26 Juni 2011

Berbhakti Nyata dan Bermakna Bagi Bangsa

TUJUH jiwa yang bersemayam di hati Anak Alam Nusantara (AAN), putera dari Perguruan Argasonya Tegal, selalu mengutamakan kiprahnya untuk bangsa dan negara. AAN yang merupakan generasi muda perguruan itu, aktivitas rutinnya berada di Padepokan Wulan Tumanggal Desa Dukuh Tengah Bojong. Semboyan dan keinginan mereka selalu berkiprah nyata bagi bangsa dan negara yang berlandaskan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45.
Semboyan itu sepertinya harga mati pagi seluruh putera Padepokan Wulan Tumanggal Bojong, bahkan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai perwujudan dari kiprah nyata mereka selalu bersentuhan dengan empat landasan diatas. Bahkan sebagai pengingat jiwa yang menuntun kiprah putera Perguruan Argasonya termasuk di dalamnya AAN, diprasastikan pada Prasasti Jatayu yang merupakan salah satu dari prasasti-prasasti yang ada di padepokan dimaksud.
“Kami ingin langkah konkret dan bukan berbicara. Pada dasarnya justru bangsa dan negara tidak lagi membutuhkan generasi yang pandai berbicara semata, melainkan kiprah nyata,” kata Ketua Kimanan dan juga intlektual muda, Wasto, kepada Radar.
Dikatakan Wasto, sebagai perwujudan rutin dalam berbhakti, setiap tahunnya selalu mengadakan kegiatan dan upacara sebagai rasa cinta kepada bangsa dan negara. Yaitu setiap tanggal 11 Maret (super Semar) yang dilakukan disejumlah padepokan dibawah perguruan Argasonya secara bergilir. Di tahun 2012 mendatang, rencana peringatan bakal dilakukan di Medan Sumatera Utara.
Selain itu, untuk lebih bermakna, generasi muda AAN juga melakukan kegiatan serupa setiap 1 Juni Hari Pancasila, 17 Agustus Hari Kemerdekaan RI dan pada 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.  “Ini suatu kegiatan wajib yang dilakukan oleh AAN, dalam bentuk upacara bendera,” ucap Wasto pula.
Disamping upacara bendera, kegiatan yang dilakukan AAN adalah menguri-uri budaya dan kesenian Indonesia khususnya Jawa. Pada setiap kegiatannya selalu dilakukan pentas seni, dengan mengundang sejumlah putera dan praktisi seni dari sejumlah daerah bahkan manca negara. Bentuk langkah konkret ini sebagai perwujudan jika AAN tidak hanya mampu berbicara tetapi langkah nyata.
TUJUH JIWA
Berbicara seputar pemuda Indonesia, menurut Wasto, sangatlah memiliki potensi besar, namun dari pergerakan yang selama ini pihanya lihat, kurangnya kesempatan yang diberikan kepada mereka. Untuk itu AAN sebagai putera dari Perguruan Argasonya, ingin menunjukan jika dirinya diberi kesempatan yang luas untuk berkarya bagi bangsa dan negara tercinta.  “Dari pengalaman dan ilmu yang diketahui dirinya, siklus tujuh badan saat ini sudah masanya kejayaan pemuda Nusantara. Jika siklus pertama kejayaan Sriwijaya abad 7, kedua kejayaan Majapahit abad 14, saat ini abad 21 seharusnya kejayaan Nusantara baik pemuda dan seluh bangsa,” jelasnya.
Hanya saja, yang terjadi saat ini semuanya masih berproses dan itu tergantung dari perilaku anak bangsa, termasuk didalamnya pemuda sebagai generasi yang bakal mewarisi semuanya di nusantara. Salah satu yang harus dilakukan generasi muda bangsa untuk tetap terciptanya Negara Indonesa yang berdasarkan Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, harus bersikap nyata.
Setidaknya ada upaya bagaiman mewujudkan harapan dan keinginan yang digadang untuk mewujudkan cita-citanya. Untuk generasi muda AAN, selain mendasari empat dasar diatas, juga harus menerapkan tujuh jiwa dalam perilaku keseharian AAN. Jika itu tercipta, Indonesia bakal damai sejahtera dan masyarakat aman sentausa. “Ketujuh jiwa yang terpampang jelas pada Prarasti Jatayu adalah Bersujud Kepada Tuhan YME, Berbudi Pekerti Luhur, Saling Menghormati, Rela Berkorban, Gotong Royong, Bangga Sebagai Bangsa Indonesia dan Bersatu,” pungkas Wasto. (gon)
Sumber Berita : http://www.radartegal.com/24 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar